Bab 1 Kamu Juga Membunuhnya?!

by Amanda Zahra 15:40,Nov 10,2022
Di penjara kota Bosnia.

Akhirnya pintu besi yang berat itu terbuka.

Tamara Ryder perlahan berjalan keluar dari dalam.

Angin di bulan Desember bertiup kencang dan dingin, tapi dia seperti orang mati yang tidak merasakan apa pun.

Hanya ada kebencian yang terpancar dari matanya.

“Tamara!”

Dia mendongak dan melihat seorang pria tinggi yang tampan, sedang bersandar di mobil dengan senyuman dan merentangkan tangan ke arahnya.

Ada seorang wanita manis dan menawan di samping pria itu.

Pria itu pernah menjadi kekasihnya dan wanita itu pernah menjadi saudara perempuannya.

Sekarang, mereka adalah musuhnya!

Tamara diam-diam memegang erat belati yang tersembunyi di lengan bajunya dan mulai melangkah.

Sudah terlambat ketika Dimas Danuarta menyadari ada yang salah.

Sebuah cahaya yang terpancar dari pisau memantul.

Dimas tidak bisa menghindar dan bahu kirinya ditikam.

“Kamu udah bunuh anakku, jadi sekarang aku akan bunuh kamu!” Teriak Tamara penuh kebencian.

“Ah, kak Dimas, hati-hati!”

Terdengar jeritan Laras Ryder ketika melihat Tamara mengeluarkan belati yang penuh tetesan darah dan menikam Dimas lagi.

Tapi kali ini Dimas berhasil memegang pergelangan tangan Tamara dan melemparkannya dengan kasar ke tanah.

Bruk!

Tubuh Tamara menghantam tanah dengan keras.

Dimas mencengkeram bahunya yang berdarah dan matanya penuh dengan ketakutan.

“Tamara, kamu gila ya!”

Tamara menatapnya dan seringai kesal muncul di wajahnya yang terluka.

“Dimas kamu bajingan! Kamu menipu aku, membunuh anakku dan membodohiku untuk menggantikan kamu tiga tahun di penjara! Brengsek, lebih baik kamu masuk neraka!”

Tamara berusaha untuk bangun.

Dimas memuntahkan seteguk darah dan menendangnya dengan keras.

Melihat wajah wanita yang terluka, Dimas tidak lagi berpura-pura sayang padanya dan mencibir acuh tak acuh.

“Brengsek!” Tamara berteriak histeris, “Kenapa kamu memperlakukanku seperti ini!”

Dimas tersenyum tipis, “Karena Laras benci kamu, aku juga mau menghancurkanmu, simple kok.”

Setelah selesai bicara, dia meremas dagu wanita di sampingnya dan memberinya ciuman yang begitu dalam.

Di sampingnya, Laras tersenyum licik, mendorong Dimas dan menatap Tamara.

“Heh Tamara, ini semua karena kebodohanmu sendiri. Kamu tidak menginginkan pria yang mencintaimu dan sekarang Samuel Cortez sudah lama membusuk, jadi tidak ada yang bisa menyelamatkanmu!”

Tamara menatapnya dengan penuh ketidakpercayaan.

“Apa, kamu juga membunuh Samuel?!”

Orang yang paling dia sesali dalam hidupnya adalah anaknya dan Samuel.

Ayah dari anaknya.

Pria itu selalu berada di posisi tertinggi, tapi rela memberikan segalanya untuk Tamara dan bahkan merendahkan dirinya sendiri.

Dulu Tamara sangat mempercayai Laras dan berpikir kalau Samuel hanya ingin mengendalikan dirinya demi seorang putra!

Sampai akhirnya kapal itu karam, Samuel terus menjaganya di laut selama 44 jam dan rela menukar nyawanya dengan Tamara.

Baru saat itu Tamara menyadari kesalahannya.

Ternyata kapal karam itu juga…

Mata Tamara terbelalak, “Tidak mungkin!”

Laras tidak bisa menyembunyikan kecemburuan di matanya.

“Kamu yang sudah membunuhnya dan kalau dia mati karena menyelamatkanmu,kan? Dia menderita karena mencintaimu!”

Setelah mengatakan itu, Laras melangkah dengan heelsnya yang tinggi dan menginjak tangan Tamara yang hendak meraih belati.

“Ah!”

Jeritan melengking terdengar di alam liar pinggiran kota, membuat burung-buruk gagak yang ada di atas penjara berteriak.

Tentu saja Laras menikmatinya.

“Wah, teriakanmu sangat bagus.”

Mengatakan itu, dia menambah kekuatan di kakinya, akhirnya heels itu membuat lubang yang penuh darah di telapak tangan Tamara.

Mata Tamara terus tertuju pada belati.

Pada saat berikutnya dia tiba-tiba mengerahkan kekuatan, mengambil belati dengan tangan yang lain dan melukai pergelangan kaki Laras dengan keras.

Dalam sekejap, darah memercik dari kaki Laras dan dia jatuh ke tanah sambil berteriak.

“Aduh sakit! Kak Dimas, tolong aku!”

Melihat ini, Dimas segera bergegas dan menendang Tamara dengan keras.

“Wanita jalang, beraninya kamu melukainya!”

Tamara hanya menatapnya marah dan tidak mengatakan apa pun.

Dimas melihatnya, menendangnya lebih kuat sampai tanah berlumuran darah.

Saat melihat Tamara yang mulai sekarat, Laras menahan rasa sakitnya dan langsung meraih celana Dimas.

“Kak Dimas cukup! Jangan bunuh dia, sekarang cuma dia yang tahu kunci brankas Samuel!”

Begitu mendengar kata kunci, mata Dimas dipenuhi dengan keserakahan.

Dia berhenti, membungkuk dan menjambak rambut panjang Tamara yang berantakan dan bertanya dengan marah.

“Serahkan kunci brangkas itu dan aku akan tetap hidup!”

Tamara mendongak dan meludahi wajah Dimas dengan seteguk darah, “Cih! Kamu cuma sampah dan tidak akan sebanding dengan Samuel!”

“Sialan!” Mata Dimas memerah, meraih belati dan menikam perut Tamara dengan keras.

“Kalau gitu aku akan mencabik perutmu untuk lihat apakah kamu masih berani bicara seperti itu padaku!”

Tiba-tiba pisau menancap pada leher Dimas.

Dia terjatuh ke tanah sambil memegangi lehernya, matanya penuh dengan ketidakpercayaan.

“Tamara!”

Terdengar suara yang begitu familiar.

Tapi sebelum Tamara bisa berpikir, dia sudah berada dalam pelukan yang hangat dan nyaman.

Dia mendongak dan tersenyum pada pria yang dikenalnya.

Pria itu memakai seragam militer, menatap Tamara dengan tatapan yang penuh cinta.

Tamara mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi pria itu.

Tapi mulutnya terbuka, memuntahkan darah yang membasahi dada Samuel.

“Samuel.. kamu. kamu ternyata masih hidup? Baguslah..”

Sebelum Tamara selesai bicara, perlahan tangannya terjatuh dengan lemas.

“Tamara!”

Teriakan itu adalah hal terakhir yang Tamara dengar sebelum jatuh ke dalam kegelapan.

Samuel, maafkan aku dan andai saja di kehidupan selanjutnya…

Aku akan…

Tamara membuka matanya lagi dan melihat kamar tidur yang akrab dan orang yang dia kenal.

Dia menoleh dan melihat kalender di meja samping tempat tidur, yang benar-benar menunjukkan tanggal 15 Desember 2015!

Astaga, dia kembali ke enam tahun lalu!

Apakah dia terlahir kembali?

Tepat ketika sedang berpikir, terdengar suara rendah dan magnetis pria.

“Tamara.”

Tamara yang sedang berbaring, mendongak dan melihat Samuel di kursi roda.

Ekspresinya langsung berubah.

Dia benar-benar kembali ke enam tahun lalu, semuanya memang sudah berlalu, tapi sepertinya bisa diubah!

Tamara menatap Samuel dan hatinya menghangat.

Kenapa di kehidupan sebelumnya Tamara tidak pernah merasakan kelembutan dari pria ini?

Sekarang, dia ingin terus tinggal di sisi Samuel dan membalas semua kebaikannya.

“Sam…”

Tapi sebelum Tamara bisa selesai bicara, ada beberapa kertas yang dilemparkan ke arahnya.

“Berhenti menyakiti dirimu sendiri. Ayo kita cerai, tapi kamu tidak bisa membawa anak itu.”

Tamara tercengang.

Pada tanggal 15 Desember, sepertinya itu adalah hari ketika Samuel dan Tamara bercerai di kehidupan sebelumnya.

Dia ingat bahwa saat itu dia diam-diam bertemu Dimas, tapi ketahuan oleh Samuel.

Dimas ditahan dan Tamara juga dikurung di kamar tidur ini.

Dia ingin bercerai tapi Samuel menolak dan akhirnya Tamara menyakiti dirinya sendiri.

Dia melukai urat nadinya dengan pecahan kaca dan hampir mati, sehingga akhirnya Samuel setuju untuk bercerai.

Tapi sekarang Tamara menyesalinya.

Menatap pria yang menatapnya acuh tak acuh, dia ingin bicara.

“Tidak…”

Samuel memotong perkataannya dengan dingin.

“Kamu tidak boleh menolak. Kalau kamu mau, kamu harus berikan anak itu padaku. Kamu tidak menyukainya dan jangan mengambilnya, kamu juga tidak bisa merawatnya dengan baik.”

Download APP, continue reading

Chapters

103