Bab 1 Siuman
by Winston
12:17,Jul 08,2020
“Cepat siuman!”
Tiano Lin dikejutkan oleh sebuah suara berisik, perlahan membuka mata, terlihat langit-langit berwarna putih di atas.
Saat ini dia sedang terbaring di ranjang, dengan badan yang dililiti kain kasa.
“Akhirnya kamu siuman juga.
Perempuan di samping berkata dengan sangat nyaring, tersimpan ekspresi menyalahkan dalam kata-katanya.
Tiano mengangkat kepala, terlihat seorang nona perawat yang berbadan indah, menyiapkan obat sambil meliriknya dengan ujung mata.
Meski wajahnya tidak terlihat jelas, tetapi di balik masker itu pasti ada kecantikan tiada tara.
“Kamu sudah terbaring beberapa hari disini, hari ini dokter melihat ada tanda-tanda kamu akan siuman, maka memintaku datang menjaga, sekalian menanyakan uang rawat inap.”
Uang rawat inap?
Mendengar sampai disana, terlihat jelas Tiano tidak tahu harus bagaimana, dia segera melihat keadaan tubuhnya.
Seluruh tubuh dipenuhi luka, bekas jahitan dimana-mana.
Beberapa kalimat perawat membuatnya teringat masa lalu.
Dia adalah seorang mahasiswa di Universitas Nanlin, karena keadaan ekonomi keluarga yang kurang, dia harus bekerja sambil kuliah.
Dan kemarin, sepulang kerja dari toko kecil dekat kampus, dia mengendarai sepeda butut kembali ke asrama.
Awalnya semua baik-baik saja, tetapi saat menyeberangi perempatan jalan, sebuah mobil berbelok tanpa mengikuti aturan lalu lintas, langsung mengarah padanya.
Karena supir mobil tidak mengurangi kecepatan, ditambah dengan otak yang seolah berhenti berputar, Tiano langsung tertabrak oleh mobil itu, mengakibatkan badannya terpental sangat jauh.
Tiano Lin yang tergeletak di jalan memuntahkan darah dua kali, setelah pandangan menjadi gelap, dia pun kehilangan kesadaran.
Saat terbangun sudah terbaring di ranjang rumah sakit.
“Tuan, aku sedang berbicara denganmu. Sejak kamu dibawa dari jalan raya, 3 hari 3 malam sudah berlalu.”
“Dimana supir itu, kemana supir yang menabrakku itu?”
Tiano Lin bertanya dengan tidak sabar.
“Itu tidak penting, sekarang dokter memintaku menanyakan keadaan kamu, sekalian membahas biaya rawat inap dan operasi kamu selama 3 hari ini.”
Perawat mulai menyibukkan diri sambil berkata dengan sangat santai.
Tiano Lin melihatnya dengan sedikit panik.
“Be…berapa semua biayanya?”
“Ini adalah rinciannya, kamu bisa membacanya sendiri.”
Selesai berkata, perawat langsung mengeluarkan secarik kertas yang sudah disiapkan dan meletakkannya di ranjang Tiano tanpa sedikitpun sungkan.
Melihat nominal yang besar di kertas itu, hati Tiano sangat terkejut.
Hanya 3 hari saja sudah memerlukan biaya sebesar 12 juta, sungguh jumlah yang besar bagi orang miskin seperti Tiano.
“Kapan kamu akan membayarnya? Jika tidak memiliki uang, pihak rumah sakit kami akan memilih memanggil polisi. Tiba saatnya nanti tempat kamu baring bukan lagi kamar pasien, melainkan kamar penjara!”
Perawat itu sudah bisa melihat ketegangan di wajah Tiano, sikapnya pun langsung berubah.
“Aku, aku tidak punya uang….”
Tiano menundukkan kepala, berkata dengan sangat tidak berdaya.
Di saat inilah pintu kamar terbuka perlahan, seorang dokter laki-laki berjubah putih masuk ke dalam.
“Anak muda, sudah merasa lebih baik belum, jika tidak ada masalah lagi, mohon kamu atau keluargamu segera melunaska tagihan ini.”
Sikap dokter itu masih sangat sopan.
Tiano terdiam di ranjang tanpa mengatakan apapun.
Dia tidak tahu harus bagaimana, karena uang sebesar 12 juta terasa sangat berat baginya.
Demi memasukkannya ke dalam universitas, pihak keluarga sudah menghabiskan semua tabungan yang ada. Ayah dan Ibunya yang miskin mana mungkin memiliki sisa uang untuk membayar pengobatannya.
“Tuan, apakah kamu mengalami kesulitan? Jika perlu, aku bisa membantumu menelepon keluarga agar mereka segera menanggung biaya ini.”
Tiano Lin tetap tidak bersuara, hatinya seolah tertimpa batu yang sangat besar.
Tiba-tiba saja dia teringat seseorang.
Marvel!
Tiano memiliki seorang pacar bernama Celine, beberapa hari lagi adalah ulang tahunnya. Demi mewujudkan impiannya, Tiano menitip Marvel membeli sebuah handphone merek Apple terbaru.
Ayah Marvel memiliki bisnis yang besar, dia memiliki jalur khusus demi mendapatkan handphone Apple dengan harga sedikit lebih murah. Demi menghemat uang, Tiano sengaja memberikan semua uang sisa makan dan biaya hidup pada Marvel, memintanya membelikan sebuah handphone.
Seharusnya saat ini Marvel belum membelikan handphone itu,Tiano berniat mencarinya dan meminta kembali uang itu.
Tiano segera menelepon Marvel.
Setelah berdering beberapa saat, terdengar suara Marvel dari ujung telepon.
“Siapa?”
“Ini aku Tiano.”
“Ternyaata kamu ya, ada urusan apa segera katakan saja, jangan ganggu tidurku!”
“Masih ingatkah beberapa hari lalu aku memberimu uang untuk beli handphone, bisakah mengirim kembali uang itu padaku, aku sedang menghadapi masalah besar, saat ini sangat memerlukan uang itu!”
Orang di ujung telepon ragu sejenak, tiba-tiba berkata dengan kesal.
“Tiano, kamu sedang mempermainkan aku ya, sudah menitip orang beli handphone, sekarang malah berubah pikiran, keterlaluan deh."
“Marvel, anggap saja bantu aku, anggap saja uang itu kamu pinjamkan padaku, lain kali akan aku kembalikan.”
“Tiano, kamu sedang bercanda ya? Orang miskin sepertimu punya apa untuk menawar-nawar denganku? Saat ini aku tidak ingin ribut terlalu banyak, aku katakan jujur saja, soal uang itu aku telah menipumu. Tetapi kamu tenang saja, aku tetap akan membelikan handphone untuk Celine, aku juga akan menjaganya!
Apa maksudnya ini?
Tiano tidak hanya mendengar suara Marvel disana, secara samar-samar juga terdengar suara manja seorang perempuan.
“Saat ini Celine sedang baring di sampingku, maukah kamu berbicara sebentar dengannya?”
Setelah itu, Tiano pun mendengar suara yang tidak ingin dia dengar.
“Tiano, sebenarnya sejak awal aku sudah ingin berpisah denganmu, sungguh tidak menyangka kamu seorang laki-laki yang tidak punya apa-apa. Saat-saat bersamamu terasa sangat menjijikkan.”
Celine membuat Tiano kecewa dengan sindiran tak berperasaannya.
Tangannya yang sedang memegang handphone tidak berhenti bergetar, satu kata pun tidak mampu dia ucapkan.
“Dengar baik-baik, lain kali jangan ganggu kami lagi. Uangmu yang sedikit itu sudah aku habiskan dengan menraktir orang makan, bahkan tidak cukup untuk memesan dua sayur di restoran. Uang receh seperti itu masih kamu ingat-ingat, sungguh memalukan.
Selesai berkata, Marvel pun mematikan telepon itu tanpa perasaan.
Tiano tercengang, tidak bisa bersuara sedikitpun.
Kali ini dia tidak hanya kehilangan pacar yang dicintai, tetapi juga uang untuk menyelamatkan nyawa.
Semuanya, gara-gara dia miskin.
“Riska, jangan pasangkan infus lagi, tahan kartu pelajarnya dan bawa dia kembali ke asrama. Jika tidak ada yang datang menebusnya, kita lapor polisi saja.”
Selesai berkata, dokter mulai menyeret Tiano keluar.
Badan Tiano masih sangat lemah, bagaimana mungkin mampu menahan semua itu.
Dia terhempas kuat ke lantai, sama sekali tidak mampu berdiri.
Saat dirinya akan diseret ke lorong, handphone dokter tiba-tiba berdering.
Dia mengangatnya, raut wajah berubah menjadi takut dalam seketika. Tangan yang sedang menyeret Tiano terlepas, melihatnya dengan penuh rasa bersalah.
“Mohon maaf Tuan, biaya pengobatan Anda sudah dibayarkan---“
Tiano tercengang, secara samar-samar terdengar suara langkah kaki di lorong.
Setelah itu, seorang Ibu berwibawa tinggi tiba di hadapannya.
Tiano Lin dikejutkan oleh sebuah suara berisik, perlahan membuka mata, terlihat langit-langit berwarna putih di atas.
Saat ini dia sedang terbaring di ranjang, dengan badan yang dililiti kain kasa.
“Akhirnya kamu siuman juga.
Perempuan di samping berkata dengan sangat nyaring, tersimpan ekspresi menyalahkan dalam kata-katanya.
Tiano mengangkat kepala, terlihat seorang nona perawat yang berbadan indah, menyiapkan obat sambil meliriknya dengan ujung mata.
Meski wajahnya tidak terlihat jelas, tetapi di balik masker itu pasti ada kecantikan tiada tara.
“Kamu sudah terbaring beberapa hari disini, hari ini dokter melihat ada tanda-tanda kamu akan siuman, maka memintaku datang menjaga, sekalian menanyakan uang rawat inap.”
Uang rawat inap?
Mendengar sampai disana, terlihat jelas Tiano tidak tahu harus bagaimana, dia segera melihat keadaan tubuhnya.
Seluruh tubuh dipenuhi luka, bekas jahitan dimana-mana.
Beberapa kalimat perawat membuatnya teringat masa lalu.
Dia adalah seorang mahasiswa di Universitas Nanlin, karena keadaan ekonomi keluarga yang kurang, dia harus bekerja sambil kuliah.
Dan kemarin, sepulang kerja dari toko kecil dekat kampus, dia mengendarai sepeda butut kembali ke asrama.
Awalnya semua baik-baik saja, tetapi saat menyeberangi perempatan jalan, sebuah mobil berbelok tanpa mengikuti aturan lalu lintas, langsung mengarah padanya.
Karena supir mobil tidak mengurangi kecepatan, ditambah dengan otak yang seolah berhenti berputar, Tiano langsung tertabrak oleh mobil itu, mengakibatkan badannya terpental sangat jauh.
Tiano Lin yang tergeletak di jalan memuntahkan darah dua kali, setelah pandangan menjadi gelap, dia pun kehilangan kesadaran.
Saat terbangun sudah terbaring di ranjang rumah sakit.
“Tuan, aku sedang berbicara denganmu. Sejak kamu dibawa dari jalan raya, 3 hari 3 malam sudah berlalu.”
“Dimana supir itu, kemana supir yang menabrakku itu?”
Tiano Lin bertanya dengan tidak sabar.
“Itu tidak penting, sekarang dokter memintaku menanyakan keadaan kamu, sekalian membahas biaya rawat inap dan operasi kamu selama 3 hari ini.”
Perawat mulai menyibukkan diri sambil berkata dengan sangat santai.
Tiano Lin melihatnya dengan sedikit panik.
“Be…berapa semua biayanya?”
“Ini adalah rinciannya, kamu bisa membacanya sendiri.”
Selesai berkata, perawat langsung mengeluarkan secarik kertas yang sudah disiapkan dan meletakkannya di ranjang Tiano tanpa sedikitpun sungkan.
Melihat nominal yang besar di kertas itu, hati Tiano sangat terkejut.
Hanya 3 hari saja sudah memerlukan biaya sebesar 12 juta, sungguh jumlah yang besar bagi orang miskin seperti Tiano.
“Kapan kamu akan membayarnya? Jika tidak memiliki uang, pihak rumah sakit kami akan memilih memanggil polisi. Tiba saatnya nanti tempat kamu baring bukan lagi kamar pasien, melainkan kamar penjara!”
Perawat itu sudah bisa melihat ketegangan di wajah Tiano, sikapnya pun langsung berubah.
“Aku, aku tidak punya uang….”
Tiano menundukkan kepala, berkata dengan sangat tidak berdaya.
Di saat inilah pintu kamar terbuka perlahan, seorang dokter laki-laki berjubah putih masuk ke dalam.
“Anak muda, sudah merasa lebih baik belum, jika tidak ada masalah lagi, mohon kamu atau keluargamu segera melunaska tagihan ini.”
Sikap dokter itu masih sangat sopan.
Tiano terdiam di ranjang tanpa mengatakan apapun.
Dia tidak tahu harus bagaimana, karena uang sebesar 12 juta terasa sangat berat baginya.
Demi memasukkannya ke dalam universitas, pihak keluarga sudah menghabiskan semua tabungan yang ada. Ayah dan Ibunya yang miskin mana mungkin memiliki sisa uang untuk membayar pengobatannya.
“Tuan, apakah kamu mengalami kesulitan? Jika perlu, aku bisa membantumu menelepon keluarga agar mereka segera menanggung biaya ini.”
Tiano Lin tetap tidak bersuara, hatinya seolah tertimpa batu yang sangat besar.
Tiba-tiba saja dia teringat seseorang.
Marvel!
Tiano memiliki seorang pacar bernama Celine, beberapa hari lagi adalah ulang tahunnya. Demi mewujudkan impiannya, Tiano menitip Marvel membeli sebuah handphone merek Apple terbaru.
Ayah Marvel memiliki bisnis yang besar, dia memiliki jalur khusus demi mendapatkan handphone Apple dengan harga sedikit lebih murah. Demi menghemat uang, Tiano sengaja memberikan semua uang sisa makan dan biaya hidup pada Marvel, memintanya membelikan sebuah handphone.
Seharusnya saat ini Marvel belum membelikan handphone itu,Tiano berniat mencarinya dan meminta kembali uang itu.
Tiano segera menelepon Marvel.
Setelah berdering beberapa saat, terdengar suara Marvel dari ujung telepon.
“Siapa?”
“Ini aku Tiano.”
“Ternyaata kamu ya, ada urusan apa segera katakan saja, jangan ganggu tidurku!”
“Masih ingatkah beberapa hari lalu aku memberimu uang untuk beli handphone, bisakah mengirim kembali uang itu padaku, aku sedang menghadapi masalah besar, saat ini sangat memerlukan uang itu!”
Orang di ujung telepon ragu sejenak, tiba-tiba berkata dengan kesal.
“Tiano, kamu sedang mempermainkan aku ya, sudah menitip orang beli handphone, sekarang malah berubah pikiran, keterlaluan deh."
“Marvel, anggap saja bantu aku, anggap saja uang itu kamu pinjamkan padaku, lain kali akan aku kembalikan.”
“Tiano, kamu sedang bercanda ya? Orang miskin sepertimu punya apa untuk menawar-nawar denganku? Saat ini aku tidak ingin ribut terlalu banyak, aku katakan jujur saja, soal uang itu aku telah menipumu. Tetapi kamu tenang saja, aku tetap akan membelikan handphone untuk Celine, aku juga akan menjaganya!
Apa maksudnya ini?
Tiano tidak hanya mendengar suara Marvel disana, secara samar-samar juga terdengar suara manja seorang perempuan.
“Saat ini Celine sedang baring di sampingku, maukah kamu berbicara sebentar dengannya?”
Setelah itu, Tiano pun mendengar suara yang tidak ingin dia dengar.
“Tiano, sebenarnya sejak awal aku sudah ingin berpisah denganmu, sungguh tidak menyangka kamu seorang laki-laki yang tidak punya apa-apa. Saat-saat bersamamu terasa sangat menjijikkan.”
Celine membuat Tiano kecewa dengan sindiran tak berperasaannya.
Tangannya yang sedang memegang handphone tidak berhenti bergetar, satu kata pun tidak mampu dia ucapkan.
“Dengar baik-baik, lain kali jangan ganggu kami lagi. Uangmu yang sedikit itu sudah aku habiskan dengan menraktir orang makan, bahkan tidak cukup untuk memesan dua sayur di restoran. Uang receh seperti itu masih kamu ingat-ingat, sungguh memalukan.
Selesai berkata, Marvel pun mematikan telepon itu tanpa perasaan.
Tiano tercengang, tidak bisa bersuara sedikitpun.
Kali ini dia tidak hanya kehilangan pacar yang dicintai, tetapi juga uang untuk menyelamatkan nyawa.
Semuanya, gara-gara dia miskin.
“Riska, jangan pasangkan infus lagi, tahan kartu pelajarnya dan bawa dia kembali ke asrama. Jika tidak ada yang datang menebusnya, kita lapor polisi saja.”
Selesai berkata, dokter mulai menyeret Tiano keluar.
Badan Tiano masih sangat lemah, bagaimana mungkin mampu menahan semua itu.
Dia terhempas kuat ke lantai, sama sekali tidak mampu berdiri.
Saat dirinya akan diseret ke lorong, handphone dokter tiba-tiba berdering.
Dia mengangatnya, raut wajah berubah menjadi takut dalam seketika. Tangan yang sedang menyeret Tiano terlepas, melihatnya dengan penuh rasa bersalah.
“Mohon maaf Tuan, biaya pengobatan Anda sudah dibayarkan---“
Tiano tercengang, secara samar-samar terdengar suara langkah kaki di lorong.
Setelah itu, seorang Ibu berwibawa tinggi tiba di hadapannya.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved