Bab 7 Mengobrol

by Glen Valora 18:01,Nov 26,2021
“Apakah lebih baikan.”

Ganni meminta segelas air pada kerabatnya di pintu masuk desa, melayani Ibu Violet minum panadol yang legendaris itu.

Disimpan dalam botol kecil warna kuning kecoklatan, setelah selesai makan, raut wajah Ibu Violet terlihat lebih baik.

“Kamu ya kamu, huh, sudahlah, jalan, kita pergi ke rumah penjagal babi itu lagi, aku tidak mau banyak ngasih tahu kamu lagi, begitu mudah menyerahkan tubuhmu, tunggu setelah kamu dewasa pasti akan menyesal.”

Ganni merasa bersalah, terus mengangguk mengiyakannya.

Ibu Violet mengendarai mobil dan langsung pergi ke depan rumah Ganni.

Ganni merasakan aura membunuh yang sama dari tubuhnya yang lemah, berkeliaran dalam kesabaran dan ledakan.

“Sebenarnya, sebenarnya Ganni cukup baik.”

Ganni mencoba untuk membela dirinya, merebut anak gadis orang, dalam hati Ibu Violet citranya pasti buruk sekali, setidaknya itu juga demi ‘wanita’.

Ibu Violet melirik dengan tatapan penuh aura membunuh, dalam sekejap Ganni memilih untuk tutup mulut.

“Kakek sudah kembali? Aduh, besan, sini, nak, namamu Violet bukan, cepat masuk rumah, jangan sampai kedinginan.”

Ganni terkejut, apakah ini mamanya?

Violet menggunakan cara apa! Ternyata bisa membuat wanita yang menjagal babi tanpa ampun itu sampai bisa tersenyum ramah, begitu hangat seolah-olah telah berubah menjadi orang lain.

Ibu Violet agak menekan aura membunuhnya, terlihat pasrah.

Diperlakukan sebagai calon menantu oleh ibu kandung sendiri, di dalam hati Ganni sangat rumit.

Bagaikan ratu, Ganni dipersilahkan masuk ke dalam rumah, saat melewati pintu, Ibu Ganni menoleh.

“Besan, cepat, silahkan masuk ke dalam, ada kaki babi yang sedang dimasak dalam panci, tunggu papa Ganni pulang, kita bersama-sama membicarakan masalah anak-anak.”

Ibu Violet menarik nafas dalam-dalam, menganggukkan kepala, aturan dalam keluarga besar Regina sangat ketat, Tuan besar memiliki tiga orang anak, tapi di generasi ketiga hanya Violet seorang, sejak kecil, Violet dibesarkan oleh tiga keluarga.

Seluruh anggota keluarga memanjakannya.

Demikian pula, banyak cinta banyak harapan.

“Ma, tidak, bibi, silahkan masuk.”

Violet merasa agak gelisah setelah melihat raut wajah mamanya yang berubah-ubah, sudah hidup bersama selama bertahun-tahun, ini pertama kalinya dia melihat mama seperti itu.

Ibu Violet menarik nafas dalam-dalam, berjalan ke halaman kecil yang penuh bau darah, di mana-mana bisa melihat darah yang terkubur di pasir.

Saluran pembuangan di sisi selatan tembok, terdapat banyak tumpukan lemak di sana, mengeluarkan bau tak sedap, Ibu Violet menutup hidungnya dengan tangan, merasa tenggorokannya sudah kering, rasanya ingin muntah.

Violet melihat mamanya, seolah-olah melihat dirinya yang kemarin.

Awalnya dia mengira, dirinya Nona besar Regina sudah berkelana ke mana-mana dan mengalami banyak hal, ini sungguh pertama kalinya dia menemui lingkungan pedesaan yang buruk seperti ini.

Ruang utama rumah berlantai beton, di sisi paling timur ada ranjang kecil Ganni, kelambu biru yang penuh debu, di atasnya penuh pakaian yang berantakan.

Ada TV hitam besar serta meja makan yang menghadap ke pintu, di depan meja makan ada dua baskom besi besar yang menyimpan daging babi.

“Ah, tikus, besar sekali!”

Violet berjalan, tiba-tiba merasa kakinya seperti menginjak sesuatu, begitu menundukkan kepala melihat ke bawah, ternyata seekor tikus berambut hitam.

Rambutnya selembut hamster peliharaan di kota, tetapi mata hitam dan gigi tajam itu tampaknya penuh aura membunuh.

“Aduh, maaf besan, kamu terkejut ya, Ganni kamu baik-baik temani Vio dulu.”

Violet mengiyakan, merasa agak kesulitan memandang Ganni sejenak.

“Rumah kalian seperti ini, bagaimana bisa ditinggali orang, kita keluar dan rundingkan baik-baik.”

Ibu Violet berbicara dengan suara tajam, dia yang sudah terbiasa tinggal di vila mewah dan megah, melihat rumah bata bertingkat rendah yang penuh makhluk tak dikenal ini, dia menahan dan menahan lagi, tapi tetap tidak bisa membulatkan tekad untuk masuk ke dalam.

“Rundingkan baik-baik, kalau begitu kita rundingkan baik-baik.”

Senyuman di wajah Ibu Ganni sirna, dia yang terkenal dalam industri jagal babi juga mengedepankan harga diri.

Bagi desa Ngaglik, keluarga Ganni setiap hari berjualan di pasar, dalam setahun menjual lebih dari 1000 ekor babi, pendapatan ekonomi keluarganya juga bagus.

“Jika bukan karena gerakan anak laki-lakimu yang terlalu cepat, kamu bahkan tidak memiliki kesempatan untuk berunding denganku.”

“Dik kamu memang gadis yang baik, tapi mamamu terlalu merusak suasana.”

“Kamu yang merusak suasana, kamu lihat putramu, gendut gitu, pemotong babi setiap hari dikasih makan daging.”

“Emang kamu, diterpa angin kencang saja tumbang, anak laki-laki harus lebih kuat sedikit, bagaimana caranya menopang keluarga, terlebih lagi, memang kalau makan minta kamu?”

Kedua mama sepanjang jalan saling berselisih berjalan keluar halaman, terkadang tampangnya seperti akan bertarung.

“Jangan-jangan mau ribut, kondisi tubuh mamaku tidak terlalu baik.”

Tampang Violet terlihat agak khawatir.

Dia belum bergaul dengan Ibu Ganni dalam waktu yang lama, tapi dia sangat paham betapa mengerikannya Ibu Ganni, setiap hari memegang pisau, sebilah pisau besar untuk memotong daging, sebilah pisau tajam untuk menguliti dan menghilangkan tulang.

Hanya ukuran tubuhnya itu, sudah tidak bisa disaingi oleh mamanya yang lemah lembut itu.

“Seharusnya tidak akan, mamaku memang kuat dan keras, tapi pasti tidak akan menindas seorang wanita kecil yang lemah.”

Ganni menggaruk kepala, begitu merasa gugup dia akan melakukan tindakan ini, hanya saja, di depan Violet menggaruk kepalanya, tampaknya agak tidak sopan, rambut panjang itu, dia juga belum terbiasa.

Menemukan tatapan Violet yang melihat ke sini, dia merasa agak canggung meletakkan tangannya.

“Mari kita juga ngobrol.”

“Baik, mari mengobrol.”

“Sebelum tubuh saling tukar kembali, dia adalah Violet, aku adalah Ganni, aku tidak melakukan hal yang keterlaluan, kamu juga tidak boleh keterlaluan.”

“Aku tidak keterlaluan, aku tidak melakukan apapun.”

Ganni segera menggelengkan kepala seperti gendang kerincingan, “Kamu, kamu tidak boleh menyakiti tubuhku, aku juga tidak akan menyakiti tubuhmu.”

Violet mengangguk, Ganni juga ikut mengangguk, seketika suasana dalam ruangan berubah menjadi agak canggung.

“Oh iya, aku bilang kita berdua bersama, kita harus sering bertemu.”

“Ehm, iya.”

“Ada lagi, ketika kamu pergi ke toilet, tidak boleh curi lihat, juga tidak boleh makan makanan yang terlalu berminyak, mandi, tidak boleh mandi, salah, tidak boleh tidak mandi, aduh, ketika kamu mandi juga harus memejamkan mata.”

Violet melihat Ganni yang patuh bagaikan kayu, hatinya kacau sekali.

Dia suka bersih, tapi meminta Ganni setiap hari mandi itu secara tidak sengaja atau sengaja menyuruh Ganni melihat tubuhnya.

“Oke, oke.”

Ganni juga mengangguk mengiyakan.

“Lalu, kamu ada permintaan apa padaku?”

“Kamu bersikap lebih baik pada papa dan mamaku, kaki papaku tidak baik, tidak boleh minum terlalu banyak alkohol, mamaku orang yang mulutnya keras tapi hatinya lembut, jangan membuatnya marah.”

Violet tercengang sejenak, dia tidak menyangka, ternyata hal yang paling Ganni khawatirkan adalah hal ini.

“Tentu, kamu tenang saja, aku pasti akan bersikap baik pada papa dan mamamu.”

“Kamu ini si bodoh, baik, besok mulai masuk sekolah, kita bertemu di sekolah, kamu jangan mempermalukanmu, tegapkan dadamu untuk menjadi Violet, aku juga pasti tidak akan membiarkanmu menjadi buruk, aku akan bikin kamu hebat.”

Download APP, continue reading

Chapters

62