chapter 5 Laki-laki Ini Daddy nya?

by Priscilla 08:09,Oct 10,2023
Brandon Ye mengikat wajahnya dan menegur adiknya beberapa kali.

"Kamu bilang kamu akan kembali setelah membelinya. Tapi kamu berkeliaran dan membuat kami khawatir. Jangan pernah melakukan itu lagi atau aku akan memukulmu!"

Barra Gu ditegur oleh seorang anak kecil untuk pertama kalinya. Dia tertegun. Di rumah, dia yang selalu dia yang memukuli orang lain, kecuali Thomas Gu.

Pada saat ini, di sisi bandara, semua orang bersorak.

"Jessica An, Jessica An!"

"Jessica An, Jessica An, dewiku yang paling cantik!"

Siska Ye melirik ke samping saat para penggemar menjadi gila dan berkerumun di pintu keluar.

"Penggemar yang otaknya sudah dicuci. Mereka menjatuhkan koper kami tanpa meminta maaf!" Benardo mengumpat marah. Dia galak, tapi tetap menggemaskan. Di antara anak-anak yang lain, dia terdengar paling kekanak-kanakan.

"Aku ingin melihat bintang seperti apa yang membuat mereka sampai seperti itu!" Brandon Ye berdecak dingin.

"Apa kalian terluka?" Siska Ye terkejut. Dia tidak tahu kalau anak-anak tidak memberitahunya.

"Tidak. Mereka hanya menabrak koper kami terus melarikan diri!" Brandon Ye mendengus dan memelototi orang itu.

"Tidak sopan. Aku akan memberi mereka pelajaran!" Bani, yang juga menyadari hal ini, secara impulsif pergi untuk menggertak mereka.

Siska Ye buru-buru menarik si kecil yang impulsif itu kembali, "Kemari."

Barra Gu menegang wajah kecilnya dan menatap jijik ke arah para penggemar.

"Mommy, ayo pergi. Orang-orang ini sangat menyebalkan!"

Si kecil itu benar-benar sangat kesal dengan situasi ini.

Lebih penting lagi, dia tidak ingin bertemu dengan wanita itu karena takut wajahnya akan dikenali olehnya.

"Ya, ayo kita keluar." Dia menarik anak-anak dan bergegas keluar. Dia tidak tertarik dengan yang namanya artis atau apa pun itu.

Barra Gu melirik ke arah sisi Rolls Royce dan samar-samar melihat ada anak kecil di dalam mobil. Dia merasa lega karena anak itu sudah dianggap sebagai dirinya.

"Mommy, sebelah sini ramai. Ayo kita pergi ke sana!" Barra Gu takut pengawal akan melihat mereka. Jadi, dia maju dan meraih tangan Siska Ye, menuntunnya ke sisi lain. Siska Ye melihat ke arah di mana masih ada lebih banyak orang, lalu mengatakan, "Sayang, ada lebih banyak orang di sini!"

"Tidak banyak, tidak banyak! Lewat sana saja lebih mudah naik mobilnya." Barra Gu berkata di luar keinginannya.

Siska Ye melihat taksi ke arah di mana putranya menariknya. Lalu, dia juga menarik anaknya yang lain ke arah sana.

Pada saat itu, ada seseorang yang memiliki perawakan tinggi dikelilingi oleh pengawal dan tengah berjalan keluar dari pintu keluar.

Wajahnya tampan. Dia mengenakan pakaian serba hitam, tetapi masih tidak bisa menyembunyikan auranya yang begitu menarik.

Pendiam dan mengintimidasi.

Menarik perhatian banyak orang.

Galih Wen mengikuti sisi pria itu, memperhatikan pengaruh di sekelilingnya. Dia sudah sejak lama terbiasa dengan hal itu.

Ke mana pun bosnya pergi, dia adalah pusat perhatian.

Dia mengamati lingkungan sekitar dan tiba-tiba melihat beberapa anak tidak jauh dari situ. Hal itu membuatnya menoleh ke arah mereka beberapa kali. Mungkin karena Barra Gu, dia berpikir bahwa anak-anak seusianya itu lucu.

Anak-anak kecil itu semua mengenakan pakaian yang sama, membawa tas sekolah dan mengelilingi seorang wanita.

Galih Wen sangat penasaran, membuatnya kembali melirik ke arah mereka beberapa kali.

Mungkinkah itu?

Dia melirik ke arah wanita yang membelakangi mereka, terpesona hanya dengan penampilannya yang dilihat dari belakang.

Barra Gu mencuri pandang ke sisi ini. Ketika dia melihat Galih Wen, dia buru-buru berbalik.

Daddy keluar!

Galih Wen melihat wajah samping anak kecil itu dari jauh dan terkejut, "Tuan Thomas, tuan muda ...."

"Cepat masuk ke mobil. Jangan menunda lagi." Pria itu memarahi, membungkuk dan masuk ke dalam mobil.

Galih Wen berbalik dan merasa lega melihat pria kecil yang tidak asing itu sudah duduk di dalam mobil.

Dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Ternyata dia salah orang.

"Tuan Muda!"

Menyapa si kecil, dia berjalan ke sisi penumpang untuk masuk ke dalam mobil. Melihat lagi ke sana, wanita dan anak kecil itu sudah pergi.

Bryan Ye dibawa oleh pengawal. Melihat bahwa yang akan ditumpanginya adalah Rolls Royce, dia dalam suasana hati yang bersemangat. Tidak ada anak laki-laki yang tidak suka mobil mewah seperti itu.

Jadi, dia tidak melarikan diri, makan permen kapas sambil melihat ke arah sana.

Para pengawal melihatnya dan bertanya-tanya, mengapa tuan muda mereka seperti berganti orang?

Bukankah ini sudah terbiasa?

Bryan Ye menatap mata mereka. Dia sedikit waspada karena ingin bertemu dengan Daddy nya.

Para pengawal bahkan salah mengira. Pasti ada anak lain yang mirip dengannya sehingga mereka tidak menyadari bahwa mereka telah salah mengira dia sebagai orang lain.

Ya, pasti seperti itu.

Tidak butuh waktu lama bagi Bryan Ye untuk bertemu dengan Thomas Gu.

Si kecil memandang pria yang masuk ke dalam mobil. Dia itu keren dan tampan, dengan aura yang kuat. Dia menelan ludahnya dan rasanya sangat manis.

Pria ini Daddy nya?

Mata Bryan Ye seakan meneteskan rasa ingin tahu saat dia menatap Thomas Gu.

Dia terlihat sangat mirip dengan Brandon. Dia pasti memang Daddy nya.

Thomas Gu melihat putranya menatap kosong ke arahnya dan mengangkat alisnya heran.

"Kamu datang untuk menjemputku?"

Suara rendah pria itu disertai dengan sedikit kelembutan, tetapi cukup agung, membuat orang tidak berani membangkang.

Dia cukup senang putranya datang ke bandara untuk menjemputnya.

Bryan Ye masih asing dengan Thomas Gu, tidak tahu bagaimana harus bersikap. Dia tidak berani berbicara, juga takut dikenali oleh Thomas Gu kalau dia bukan putranya yang entah bernama siapa itu.

Tapi, Daddy nya ini kelihatannya baik.

Kaya, tampan dan super kuat.

Pasti bisa melindungi Mommy.

Si kecil menunduk dan menggigit permen kapas itu. Hatinya sangat gembira.

Thomas Gu juga terbiasa dengan putranya yang tidak banyak bicara. Dia membelai kepala si kecil. Melihatnya memegang permen kapas, matanya berbinar.

Hal semacam ini, hanya anak kecil yang menyukainya.

Tetapi jika anaknya memberikannya, dia tidak akan menolak, "Untuk Daddy?"

Bryan Ye memandangi permen kapas di tangannya, kemudian menatap Thomas Gu yang telah melepas kacamata hitamnya. Mata sipitnya terlihat sangat indah, membuat orang tidak berani menatapnya secara langsung, karena takut rahasia mereka akan terbongkar hanya karena pandangan ini.

Bryan Ye menatap kosong. Permen kapas di tangannya dibeli untuk saudaranya, bukan untuknya.

"Ini ... kamu satu!" Dia tetap menyerahkan satu kepada Thomas Gu.

Dia telah membeli beberapa dan tidak mungkin memakan semuanya. Nanti bisa meleleh.

Thomas Gu mengambilnya dan menatap putranya. Ketika dia melihat pria kecil itu menatapnya, dia menunduk dan menggigit permen kapan di tangannya. Alisnya berkerut karena rasa manis di mulutnya yang membuatnya tidak nyaman.

Itu terlalu manis.

"Jangan terlalu banyak makan yang manis-manis. Nanti gigimu bisa rusak!" Dia melirik ke arah putranya.

"Apa Tuan Muda membelikannya untukku juga?" Galih Wen melihat si kecil tersenyum penuh kasih sayang. Bryan Ye mengedipkan mata, beranjak dari tempat duduknya, lalu memberikan dua buah kepada Galih Wen. Dua lagi untuk dirinya sendiri.

Karena satu permen kapas hampir habis dimakan olehnya.

"Terima kasih, Tuan Muda!" Galih Wen duduk kembali, dengan senang hati memakan permen kapas itu.

Wajah tampan Thomas Gu tertunduk. Anak laki-lakinya sendiri begitu murah hati pada Galih Wen.

Dia makan dua gigitan dan benar-benar tidak bisa makan lagi. Dia menatap permen kapas di tangannya, tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan permen kapas ini.

Bryan Ye menatapnya. Melihatnya berusaha keras untuk memakan permen kapas seolah-olah itu adalah obat, dia berbisik pelan, "Kalau tidak suka, kembalikan kepadaku!"

Dia menyukainya, rasanya lezat.

Thomas Gu melirik ke arah si kecil. Melihat dia ingin makan lebih banyak, dia mengembalikan permen itu kepadanya.

"Beli satu saja kalau ingin makan. Jangan beli terlalu banyak!"

"Oh!" Bryan Ye menjawab dan duduk di samping untuk memakan permen kapas. Hanya saja, matanya fokus pada Thomas Gu.

Download APP, continue reading

Chapters

150