chapter 14 Kakek Lin, Dia Mencubitku

by Priscilla 08:09,Oct 10,2023
Cara anak-anaknya peduli dan marah-marah membuat Siska Ye merasa sangat bahagia.

"Jangan bertengkar. Sudah, tidak apa-apa. Mommy akan mencari pekerjaan lain saja!" Dia tersenyum.

Brandon Ye menggenggam tangannya, "Jangan khawatir Mommy, kami akan menghidupi Mommy!"

Siska Ye tersentuh ketika mendengar kata-kata Brandon. Dia memeluknya dan mengusap kepalanya, "Kalian tidak perlu menghidupi Mommy. Mommy yang akan menghidupi kalian!"

Untunglah putranya memiliki niat seperti itu. Dia tidak akan membiarkan anak-anaknya menanggung beban hidup sejak dini. Ini bukanlah sesuatu yang harus mereka tanggung pada usia mereka.

"Mommy, aku bisa menghasilkan banyak uang jika aku menulis program lain dan menjualnya!" Kata Bani Ye.

"Mommy, aku juga. Aku bisa pergi ke landasan pacu lagi dan aku akan mendapatkan banyak uang!"

Benard Ye juga memeluknya, tidak ingin Mommy bekerja terlalu keras.

"Mommy, aku juga punya uang. Aku akan menghidupi Mommy!" Barra Gu juga menimpali, agar Mommy tidak perlu khawatir tentang bekerja.

Siska Ye memandangi anak-anak, masing-masing menunjukkan perasaan mereka. Dia memeluk mereka dengan penuh kasih sayang.

"Mommy berterima kasih kepada kalian semua. Kalian benar-benar tidak perlu menghidupi Mommy. Simpan saja uang kalian.”

"Bani, kamu tidak boleh menulis seperti itu lagi."

Pemrograman menguras otak, Siska Ye tidak ingin anaknya terlalu banyak menggunakan otaknya.

Bani Ye menggelengkan kepalanya. Diperingatkan olehnya, dia mengangguk sambil tersenyum kering, "Mengerti, Mommy!"

"Benard juga tidak boleh melakukan pertunjukan secara pribadi!"

Siska Ye mengusap kepala Benard saat mengatakan itu.

Uang itu tidak mudah didapat. Terkadang anak-anak bekerja lebih keras daripada orang dewasa karena harus berlatih sepanjang waktu.

"Mommy, kami akan patuh!" Benard menyeringai, menunjukkan dua giginya yang ompong, tersenyum menggemaskan.

Barra Gu menatap Benard, yang lebih putih dari mereka.

Saat tersenyum, dia memiliki dua lesung pipi, sama seperti Mommy. Jadi, dia terlihat seperti anak perempuan.

Seandainya saja Benard Ye perempuan akan sangat menyenangkan.

Benard Ye memperhatikan mata adiknya dan tersenyum padanya.

Barra Gu juga memberikan senyuman penuh kasih sayang dan mengelus kepalanya, "Benard sangat menggemaskan!"

Siska Ye memandang Benard Ye dan juga berpikir bahwa gadis itu sangat menggemaskan.

Gadis kecil itu dibesarkan olehnya sebagai anak laki-laki. Rambutnya juga pendek dan pakaiannya sama dengan pakaian kakaknya.

Mereka yang tidak tahu mengira dia adalah anak laki-laki.

Dia memeluk dan mencium wajah kecil Benard Ye, membuat Benard Ye terkikik.

"Benard lucu sekali. Sini cium Mommy ...." Siska Ye menggoda gadis kecil itu sambil tersenyum.

"Hehe ... Mommy, geli ...." Benard mengernyitkan dahi dan mengangkat alisnya.

Mereka yang lainnya juga ikut tertawa.

Brandon Ye duduk di samping dan mengirim pesan kepada Bryan untuk memberi tahunya kalau Mommy mereka tidak jadi bekerja dengan Thomas Gu.

Bryan Ye melihat Brandon mengirim pesan, alis kecilnya berkerut. Si tampan Thomas Gu tidak jadi mempekerjakan Mommy?

Mengetahui bahwa Siska Ye juga diusir oleh Luna An membuatnya semakin geram.

"Keterlaluan sekali!" Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengumpat, emosinya pun meledak. Dia membanting buku-buku di tangannya.

Pengurus rumah tangga, Paman Lin, memandang si kecil dengan kaget.

Melihat napas si kecil terengah-engah, dia tidak tahu siapa yang memprovokasi nya. Dia langsung menghampiri untuk membujuknya, "Tuan muda, ada apa?"

Bryan Ye memandang Paman Lin, matanya menerawang ke sekeliling. Dia menyadari bahwa hanya dia dan Thomas Gu yang tinggal di sini. Luna An tidak tinggal bersama mereka. Dia ingin bertanya kepada Paman Lin apa hubungan antara Thomas Gu dan Luna An.

Pada saat itu, pelayan datang untuk memberitahunya, "Nona An datang!"

Luna An mengikuti di belakang pelayan dan berjalan mendekat. Dia datang untuk menemui Barra Gu.

Bryan Ye marah pada saat itu. Ketika dia melihat wanita itu, dia bahkan lebih marah, memelototi Luna An dengan ganas.

Luna An menatap mata si kecil dan mengerutkan kening, mengutuk dalam hati.

Bocah sialan ini sekarang sudah dewasa. Dia semakin tidak menghormatinya.

Beraninya dia memelototinya dengan tatapan seperti itu. Lihat saja, Luna An akan memberikan pelajaran kepadanya hari ini.

"Nona An!" sapa Paman Lin dengan hormat.

"Ya, Paman Lin. Lanjutkan saja pekerjaannya. Aku akan menemani Barra sebentar!"

Luna An menekan amarah di dalam hatinya. Dia melambaikan tangannya agar kepala pelayan pergi. Dia juga tersenyum saat mendekati si kecil.

Kepala pelayan memandang si kecil. Tuan mudanya menunjukkan ekspresi marah di wajahnya. Dia benar-benar gelisah, tetapi dia masih pergi dan meninggalkan keduanya.

Luna An memandang si kecil sambil tersenyum, "Barra, kamu masih marah pada ibu?"

"Ibu akan menebus kesalahan Ibu. Ibu akan mengajakmu keluar untuk membeli makanan yang enak, bagaimana?"

Pengurus rumah tangga menatapnya dan tidak mengatakan apa-apa.

Luna An adalah ibu tuan muda. Sepertinya dia belum pernah mengajak tuan muda keluar sebelumnya. Jadi, bukan tidak mungkin jika dia mengajak tuan muda keluar.

"Siapa yang ingin dibelikan makanan enak olehmu. Tidak tahu malu!"

Bryan Ye mengutuk dengan marah, tidak menatap Luna An sama sekali, "Melihatmu membuatku muak, pergilah!"

Emosi si kecil berkobar, tetapi tidak ada yang peduli.

Pengurus rumah tangga belum pernah melihat Barra Gu berbicara dengan Luna An seperti ini sebelumnya. Dia tertegun.

Sebuah tatapan menyeramkan melintas di bagian bawah mata Luna An. Tangannya diletakkan di atas tubuh si kecil.

Wajahnya kewalahan, khas seperti raut wajah seorang ibu yang tidak disukai oleh anaknya. Dia terlihat sedih dan tidak berdaya, tetapi tangannya diam-diam mengerahkan kekuatan.

Dia mencubit keras bagian dalam siku si kecil.

Namun, si kecil di depannya bukanlah Barra Gu. Dia tidak akan menahan diri sama sekali.

Saat dia mencubitnya, dia menendang tubuh Luna An.

Dia kesakitan dan matanya memerah, bercampur dengan kemarahan.

"Barra Gu!" Luna An lengah, ditendang oleh si kecil dan membentak dengan marah.

Tidak disangka bocah kecil ini cukup kuat juga.

Bryan Ye menatap matanya yang marah. Dia bergidik, lalu berteriak keras.

"Huwaaa ...."

Pengurus rumah tangga bergegas menghampiri dan memeluk si kecil, tidak berani marah pada Luna An. Dia membujuk si kecil dengan lembut, "Jangan takut!"

"Kakek Lin, dia mencubitku, kenapa, hiks ...."

"Aku bahkan tidak melakukan kesalahan apa pun ... hiks ... dia bukan ibuku."

"Aku tidak punya ibu seperti itu. Dia bahkan diam-diam mencubitku ...."

Mendengar kata-kata si kecil, kemarahan melintas di wajah pengurus rumah tangga. Dia menatap Luna An lekat.

"Nona An!"

Luna An tidak menyangka si kecil akan mengadu. Dia jadi sedikit bingung.

Bertemu dengan tatapan penuh tanya dari pengurus rumah tangga, dia panik dan menjelaskan, "Aku ... aku tidak ...."

"Paman Lin, jangan percaya dengannya ...."

"Barra, kenapa kamu berbohong? Kamu lupa apa yang ibu ajarkan kepadamu?"

"Kenapa kamu berbohong?"

"Aku ibumu!"

"Kamu bukan ibuku. Kamu tidak hanya mencubitku, tapi kamu juga diam-diam memukulku."

"Kamu menyebutku pembohong! Kamu orang jahat, kamu bukan ibuku!"

Bryan Ye membenamkan kepalanya di dada Paman Lin dan menangis, terlihat sangat sedih.

Tanpa diduga, wanita ini berani mencubitnya secara diam-diam di depan semua orang.

Jika tidak ada orang di sana, bukankah dia akan berakhir menjadi buruk lagi.

Di dalam kepala si kecil langsung terlintas berbagai tindakan nakal Luna An. Tubuhnya langsung bergetar.

Hatinya sakit dan merasa kasihan kepada Barra Gu. Barra Gu pasti juga telah diperlakukan seperti ini oleh Luna An.

Dia jelas tidak tahu bagaimana cara melawan. Bryan Ye tidak bisa menahan rasa kasihan pada adik laki-lakinya ini, jadi dia sengaja menangis lebih keras.

"Barra Gu!"

Luna An sangat marah, ekspresi wajahnya sedikit berubah. Dia ingin menggantung pria kecil ini dan memukulinya.

Jika dia tahu bahwa membawa bocah sialan ini kembali bersamanya, tetapi Thomas Gu masih tidak akan menikahinya, dia mungkin akan melemparkannya ke dalam tempat sampah dan memberikannya pada anjing-anjing liar.

Saat ini, bocah itu berani meneriakinya dan memiliki keberanian untuk mengadu.

Download APP, continue reading

Chapters

150