Bab 9 Maribeth Sang Penggoda
by Abarakwan
06:42,Dec 16,2020
"Kalau bukan karena si cecunguk itu...!! Aku tak akan sudi.. Merayu Maribeth seperti ini!!" Batin Jaxon kesal, sudah sejak lima menit yang lalu-Marry, sosok wanita di depannya tersenyum malu-malu dan bersemu merah. Sejak kedatangannya Mary sudah berjalan mendekatinya sedikit demi sedikit, memang ia sudah tahu kalau perempuan ini adalah penggemarnya dan Mary juga dengan terang-terangan menunjukkannya.
"Cih...setelah malam ini, aku akan membenci warna merah!!" Janjinya dalam hati. Ucapan basa-basi, sekedar menanyakan kabar, tempat tinggal dan Marry tertawa malu--bersemu. Bisakah ia memberi racun yang sangat mematikan untuk perempuan di depannya. Jaxon benar-benar muak.
"Jadi... kau bekerja di San Fransissco?" Tanya Jaxon mengabaikan pipi merah tomat Maribeth karena dianggap memiliki perhatian lebih saat menanyakan tempat tinggalnya beberapa menit yang lalu.
"Uh... hmm,"jawab Mary, berusaha terdengar sexy. Namun justru membuat Jaxon berdenyit jijik. Suaranya sengau, mengingatkannya kepada tokoh ibu tiri Cinderella.
"Kau sudah memegang kasus besar?" Lanjut Jaxon memulai misinya mengorek informasi. Jaxon memang tak pernah gagal dengan misinya, saat ia ingin mengorek informasi, ia akan mendapatkannya. Saat ia ingin memecahkan kasus terumit dan kalau ia berkonsentrasi penuh, pasti ia akan memecahkannya. Kecuali kasus lamaran nya dengan Maggie yang sampai detik ini tak memiliki titik terang.
"Mmh... Belum. Aku masih amatir bila disandingkan denganmu," jawabnya dan saat kata "disandingkan" terucap dari bibirnya, Mary membasahi bibir bawahnya--menggoda Jaxon. Wanita ini berharap kata disandingkan akan bermakna bahwa mereka bersama sebagai pasangan.
"Uhhm... " Jaxon terbatuk salah tingkah dengan reaksi lawan bicaranya. Tidak!! ia tidak tertarik dengan wajah penuh riasannya, "lalu... kau menangani kasus apa saat ini?" Lanjut Jaxon, tetap gigih menjalankan misinya. Jaxon menyentuh bahu terbuka Marry dengan enggan, dan segera menarik tangannya--menyesal--karena Marry menjadi lebih salah tingkah. Ia pikir dengan sedikit sentuhan misinya akan berjalan lebih mulus, seperti yang ia selalu lakukan dan selalu berhasil.
"Hanya kasus kecil, perceraian dan hak asuh!! Abaikan!... Bagaimana denganmu?" Tanya Marry dan berdiri mendekat ke arah Jaxon, saat ini tubuh bagian kanannya menempel sempurna dengan tubuh Jaxon sebelah kiri.
Risih dengan kelakuan Marry, Jaxon menjauh satu langkah, melepaskan pegangan tangan Marry pada lengannya, 'aku sedang break, tidak ada kasus yang kutangani. Perceraian dan hak asuh? Orang yang kukenal? Atau seorang selebriti?" Pancing Jaxon dengan tenang.
"Ah... Tidak, seorang pengusaha dan wanita aneh menurutku." Marry menenggak habis cocktailnya dan terseduk lebar kepada Jaxon, berharap pria di depannya bergerak cepat dan membawanya pulang--tanpa basa-basi. Ia sejak tadi menggesekkan bagian dadanya yang separuh terbuka, ia memakai dress kini.at yang membuat bagian dadanya sebagian menyembul keluar.
"Oya? Aneh..? Apa yang aneh?" Tanya Jaxon, "kau tak perlu cerita siapa namanya... aku hanya penasaran dengan case "aneh" milikmu." Jaxon tertawa renyah setelahnya, berharap dengan tawa itu--Marry tidak curiga dengannya. Jaxon tak berani memandang Mary, karena anatomi bagian depan perempuan itu terlihat sangat jelas saat ini.
"Klienku menggugat cerai, karena istrinya adalah penyihir!! Atau menurutnya seperti itu!" Jawabnya cepat, berharap topik mereka akan beralih ke percakapan intim.
"Penyihir?!" Jaxon mengulang dengan tak percaya dan tertawa kecil, "kasus yang sangat menarik!!"
"Menurutmu? menarik?" Tanya Marry tak mengerti, setidaknya ia bisa membuat Jaxon mengobrol dengan lama malam ini, "persetan dengan etika kerja!!" Batin Marry dalam hati, ia tersenyum lebar saat Jaxon memandangnya dengan kedua alis terangkat-ia tertarik!!
"Sang istri.. Ia berwajah sangat putih pucat seperti mayat hidup, klienku berkata bahwa setiap pergantian tahun, istrinya akan pergi membawanya dan anak mereka ke sebuah desa terpencil dan menginap di sana beberapa malam. Di dalam motel kumuh, selalu di motel yang sama dan nomor kamar yang sama selama 7 tahun pernikahan mereka!! bukankah itu aneh?" Tanya Marry yang saat ini menggandeng tangan Jaxon untuk duduk di kursi.
Berjalan berdampingan dan akhirnya, mereka duduk saling menghadap, Marry menjulurkan tangan kanannya di atas meja, berharap Jaxon akan menggenggamnya.
"Lalu... Klienku berkata, anak mereka tidak pernah sekalipun menangis atau demam--well let's say... Anaknya tak pernah sakit!! Begitu juga dengan istrinya!" Lanjut Marry antusias.
"Bukankah hal itu bisa terjadi? Maksudku, mungkin mereka punya sistem imun yang sangat baik?" Jawab Jaxon dengan nada tertarik. Ia tetap meletakkan kedua tangannya di atas pahanya. Ia tak mau melakukan kontak apapun dengan Mary, perempuan ini sebentar lagi akan menerkamnya.
"Oh... Jaxon!! Mereka pernah hujan-hujanan di tengah malam, menyusuri New York yang membeku di musim dingin, dan Ibu-anak itu tak sekalipun bersin-bersin!!"
"Tetap menurutku, adalah hal yang wajar. Tak bisa disimpulkan kalau sang ibu adalah penyihir." Jaxon menaikkan alisnya dan tersenyum kecil, menantang Marry dengan argumen balasannya.
"Dan... Satu lagi!! istrinya selalu menggambar di lengan anaknya, sebuah lukisan melingkar yang aneh... Ia membuatnya dari spidol setiap malam sebelum anaknya tidur!!" Ucap Mary antusias. Ia selalu membasahi bibirnya yang menor.
"Lingkaran aneh? Kau ada fotonya? Tiba-tiba saja aku penasaran," Jaxon mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Oh... Aku memilikinya di handphoneku, klienku yang mengirimkannya beberapa hari yang lalu--sebagai bukti," Marry merogoh purse pink berkilaunya, "ah.. Ini dia!! Lihatlah!! Lihatlah ini simbol penyihir!!"
"Ya... Mungkin kau benar... Ini benar-benar terlihat seperti sebuah mantra." Jaxon mendekatkan layar ponsel Marry, yang menampilkan foto lingkaran misterius--terlihat seperti mantra dengan tulisan dari bahasa lain, bahasa yang tak pernah ia dengar atau ketahui. Jaxon mengerutkan dahinya berpikir, "tak adakah bukti yang lebih kuat di banding ini?" Dalam hati ia meyakini apa yang dilihatnya adalah sebuah rune. Tulisan kuno yang kerap digunakan penyihir.
"Hmm... Klienku memiliki rekaman suara saat istrinya menggambar lingkaran itu--ia selalu mengucap sesuatu dari bahasa yang aneh... Sebuah mantra, menurutku!" Lanjut Marry dan tersenyum, tangan kanannya yang ia letakkan di atas meja, ditariknya.
"Jadi kau tetap berkeras... Bahwa ia seorang penyihir?" Tanya Jaxon memastikannya lagi. Ia masih ragu dengan kasus ini. Sangat aneh, nyentrik dan pelik.
"Ya, tentu saja." Mary mengangguk, mantap dengan pendiriannya. "By the way, aku meminum terlalu banyak malan ini, apa kau tak keberatan menyetorkan aku pulang. Apartemenku tak jauh dari sini, aku berjanji akan menjamuku sesampainya di rumah." Tawar Mary dengan mata memandang penuh nafsu. Manik mata perempuan itu bergerak dari atas ke bawah tubuh Jaxon.
"Ya sepertinya kau akan memperkosaku!" Batin Jaxon, ia merasa dilecehkan dengan pandangan Mary kepadanya. Inilah rasanya seorang perempuan yang di perhatikan dari atas ke bawah. Ia merasa bersalah sering melakukannya dengan lawan bicaranya. Ternyata rasanya seperti dilecehkan.
"Cih...setelah malam ini, aku akan membenci warna merah!!" Janjinya dalam hati. Ucapan basa-basi, sekedar menanyakan kabar, tempat tinggal dan Marry tertawa malu--bersemu. Bisakah ia memberi racun yang sangat mematikan untuk perempuan di depannya. Jaxon benar-benar muak.
"Jadi... kau bekerja di San Fransissco?" Tanya Jaxon mengabaikan pipi merah tomat Maribeth karena dianggap memiliki perhatian lebih saat menanyakan tempat tinggalnya beberapa menit yang lalu.
"Uh... hmm,"jawab Mary, berusaha terdengar sexy. Namun justru membuat Jaxon berdenyit jijik. Suaranya sengau, mengingatkannya kepada tokoh ibu tiri Cinderella.
"Kau sudah memegang kasus besar?" Lanjut Jaxon memulai misinya mengorek informasi. Jaxon memang tak pernah gagal dengan misinya, saat ia ingin mengorek informasi, ia akan mendapatkannya. Saat ia ingin memecahkan kasus terumit dan kalau ia berkonsentrasi penuh, pasti ia akan memecahkannya. Kecuali kasus lamaran nya dengan Maggie yang sampai detik ini tak memiliki titik terang.
"Mmh... Belum. Aku masih amatir bila disandingkan denganmu," jawabnya dan saat kata "disandingkan" terucap dari bibirnya, Mary membasahi bibir bawahnya--menggoda Jaxon. Wanita ini berharap kata disandingkan akan bermakna bahwa mereka bersama sebagai pasangan.
"Uhhm... " Jaxon terbatuk salah tingkah dengan reaksi lawan bicaranya. Tidak!! ia tidak tertarik dengan wajah penuh riasannya, "lalu... kau menangani kasus apa saat ini?" Lanjut Jaxon, tetap gigih menjalankan misinya. Jaxon menyentuh bahu terbuka Marry dengan enggan, dan segera menarik tangannya--menyesal--karena Marry menjadi lebih salah tingkah. Ia pikir dengan sedikit sentuhan misinya akan berjalan lebih mulus, seperti yang ia selalu lakukan dan selalu berhasil.
"Hanya kasus kecil, perceraian dan hak asuh!! Abaikan!... Bagaimana denganmu?" Tanya Marry dan berdiri mendekat ke arah Jaxon, saat ini tubuh bagian kanannya menempel sempurna dengan tubuh Jaxon sebelah kiri.
Risih dengan kelakuan Marry, Jaxon menjauh satu langkah, melepaskan pegangan tangan Marry pada lengannya, 'aku sedang break, tidak ada kasus yang kutangani. Perceraian dan hak asuh? Orang yang kukenal? Atau seorang selebriti?" Pancing Jaxon dengan tenang.
"Ah... Tidak, seorang pengusaha dan wanita aneh menurutku." Marry menenggak habis cocktailnya dan terseduk lebar kepada Jaxon, berharap pria di depannya bergerak cepat dan membawanya pulang--tanpa basa-basi. Ia sejak tadi menggesekkan bagian dadanya yang separuh terbuka, ia memakai dress kini.at yang membuat bagian dadanya sebagian menyembul keluar.
"Oya? Aneh..? Apa yang aneh?" Tanya Jaxon, "kau tak perlu cerita siapa namanya... aku hanya penasaran dengan case "aneh" milikmu." Jaxon tertawa renyah setelahnya, berharap dengan tawa itu--Marry tidak curiga dengannya. Jaxon tak berani memandang Mary, karena anatomi bagian depan perempuan itu terlihat sangat jelas saat ini.
"Klienku menggugat cerai, karena istrinya adalah penyihir!! Atau menurutnya seperti itu!" Jawabnya cepat, berharap topik mereka akan beralih ke percakapan intim.
"Penyihir?!" Jaxon mengulang dengan tak percaya dan tertawa kecil, "kasus yang sangat menarik!!"
"Menurutmu? menarik?" Tanya Marry tak mengerti, setidaknya ia bisa membuat Jaxon mengobrol dengan lama malam ini, "persetan dengan etika kerja!!" Batin Marry dalam hati, ia tersenyum lebar saat Jaxon memandangnya dengan kedua alis terangkat-ia tertarik!!
"Sang istri.. Ia berwajah sangat putih pucat seperti mayat hidup, klienku berkata bahwa setiap pergantian tahun, istrinya akan pergi membawanya dan anak mereka ke sebuah desa terpencil dan menginap di sana beberapa malam. Di dalam motel kumuh, selalu di motel yang sama dan nomor kamar yang sama selama 7 tahun pernikahan mereka!! bukankah itu aneh?" Tanya Marry yang saat ini menggandeng tangan Jaxon untuk duduk di kursi.
Berjalan berdampingan dan akhirnya, mereka duduk saling menghadap, Marry menjulurkan tangan kanannya di atas meja, berharap Jaxon akan menggenggamnya.
"Lalu... Klienku berkata, anak mereka tidak pernah sekalipun menangis atau demam--well let's say... Anaknya tak pernah sakit!! Begitu juga dengan istrinya!" Lanjut Marry antusias.
"Bukankah hal itu bisa terjadi? Maksudku, mungkin mereka punya sistem imun yang sangat baik?" Jawab Jaxon dengan nada tertarik. Ia tetap meletakkan kedua tangannya di atas pahanya. Ia tak mau melakukan kontak apapun dengan Mary, perempuan ini sebentar lagi akan menerkamnya.
"Oh... Jaxon!! Mereka pernah hujan-hujanan di tengah malam, menyusuri New York yang membeku di musim dingin, dan Ibu-anak itu tak sekalipun bersin-bersin!!"
"Tetap menurutku, adalah hal yang wajar. Tak bisa disimpulkan kalau sang ibu adalah penyihir." Jaxon menaikkan alisnya dan tersenyum kecil, menantang Marry dengan argumen balasannya.
"Dan... Satu lagi!! istrinya selalu menggambar di lengan anaknya, sebuah lukisan melingkar yang aneh... Ia membuatnya dari spidol setiap malam sebelum anaknya tidur!!" Ucap Mary antusias. Ia selalu membasahi bibirnya yang menor.
"Lingkaran aneh? Kau ada fotonya? Tiba-tiba saja aku penasaran," Jaxon mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Oh... Aku memilikinya di handphoneku, klienku yang mengirimkannya beberapa hari yang lalu--sebagai bukti," Marry merogoh purse pink berkilaunya, "ah.. Ini dia!! Lihatlah!! Lihatlah ini simbol penyihir!!"
"Ya... Mungkin kau benar... Ini benar-benar terlihat seperti sebuah mantra." Jaxon mendekatkan layar ponsel Marry, yang menampilkan foto lingkaran misterius--terlihat seperti mantra dengan tulisan dari bahasa lain, bahasa yang tak pernah ia dengar atau ketahui. Jaxon mengerutkan dahinya berpikir, "tak adakah bukti yang lebih kuat di banding ini?" Dalam hati ia meyakini apa yang dilihatnya adalah sebuah rune. Tulisan kuno yang kerap digunakan penyihir.
"Hmm... Klienku memiliki rekaman suara saat istrinya menggambar lingkaran itu--ia selalu mengucap sesuatu dari bahasa yang aneh... Sebuah mantra, menurutku!" Lanjut Marry dan tersenyum, tangan kanannya yang ia letakkan di atas meja, ditariknya.
"Jadi kau tetap berkeras... Bahwa ia seorang penyihir?" Tanya Jaxon memastikannya lagi. Ia masih ragu dengan kasus ini. Sangat aneh, nyentrik dan pelik.
"Ya, tentu saja." Mary mengangguk, mantap dengan pendiriannya. "By the way, aku meminum terlalu banyak malan ini, apa kau tak keberatan menyetorkan aku pulang. Apartemenku tak jauh dari sini, aku berjanji akan menjamuku sesampainya di rumah." Tawar Mary dengan mata memandang penuh nafsu. Manik mata perempuan itu bergerak dari atas ke bawah tubuh Jaxon.
"Ya sepertinya kau akan memperkosaku!" Batin Jaxon, ia merasa dilecehkan dengan pandangan Mary kepadanya. Inilah rasanya seorang perempuan yang di perhatikan dari atas ke bawah. Ia merasa bersalah sering melakukannya dengan lawan bicaranya. Ternyata rasanya seperti dilecehkan.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved