Bab 7 Kartu Undangan

by Reza Oktovian 16:17,Mar 15,2021
Keesokan harinya, ruang rapat Grup Trenosa.

" Cendani, cepat berlutut dan mengakui kesalahanmu pada Tuan Muda Axel !"

Orang-orang dari Keluarga Trenosa diliputi amarah. Kemarin Lexia memukuli Gibran di kios pasar. Tanpa diduga, Gibran tidak langsung pergi ke Lexia untuk melampiaskan amarah, melainkan mengadu ke Keluarga Trenosa.

Setelah mengetahui apa yang terjadi kemarin, Keluarga Trenosa ketakutan hingga hampir kencing di celana.

Siapa Gibran itu?

Dia adalah satu-satunya putra Joko dari Lippo Group Land. Dibandingkan dengan mereka, Grup Trenosa bagaikan debu tak berarti. Mereka hanya perlu menghembuskan napas untuk melenyapkan Keluarga Trenosa.

"Apakah masalah ini bisa diselesaikan dengan hanya berlutut?"

 Gibran melipat kaki, jari kaki bergerak-gerak, memandangi Cendani dari atas ke bawah dengan tatapan mesum, berkata dengan ringan, "Jika berlutut berguna, apa gunanya polisi? Kalau kamu mau meminta maaf, maka tunjukkan ketulusanmu."

Melihat tatapan Gibran, Keluarga Trenosa segera mengerti.

" Cendani, karena kamu yang menimbulkan masalah tersebut, maka kamu harus bertanggung jawab. Sekarang kamu pulang dengan Tuan Muda Axel, pergi ke rumahnya untuk meminta maaf padanya!"

Seorang kerabat Keluarga Trenosa berkata dengan marah.

 Cendani dikelilingi oleh sekelompok orang, menggigit bibir, mata memerah. Tidak ada yang bisa memahami kesedihan dan keluhannya saat ini.

Meskipun dia selalu diintimidasi Keluarga Trenosa karena identitasnya, namun dia tidak pernah menyangka bahwa Keluarga Trenosa akan memintanya mengkhianati tubuh sendiri demi keselamatan mereka.

"Nenek…….."

Dalam keputusasaan, Cendani tidak punya pilihan selain meminta bantuan nyonya besar.

Sejak Tuan Besar Trenosa meninggal, nyonya besar menjadi Kepala Keluarga Trenosa. Dia tidak mengatakan apa-apa dari awal sampai akhir. Cendani berharap dia bisa berpihak padanya.

"Jangan panggil aku nenek, aku tidak punya cucu tak berbakti sepertimu!"

Tak disangka, Nyonya Besar Trenosa tidak hanya tidak berpihak padanya, malahan berkata dengan marah, "Kalau kamu mau menyalahkan orang, maka salahkan suamimu yang tak berguna itu. Beraninya dia memukuli Tuan Muda Axel."

"Kamu tidak punya pilihan dalam masalah hari ini. Kamu harus mengikuti Tuan Muda Axel pulang ke rumahnya. Apapun caranya, kamu harus mendapatkan pengampunan dari Tuan Muda Axel. Jika tidak, aku akan langsung mengeluarkanmu dari Keluarga Trenosa !"

 Cendani sangat pasrah. Dia tidak pernah menyangka neneknya akan mengucapkan kata-kata seperti itu, "Nenek, aku adalah cucumu. Sekarang kamu malah menyuruhku untuk melakukan hal-hal yang mengkhianati tubuhku sendiri?"

"Diam!"

Nyonya besar membentak dengan keras, "Karena kamu tahu bahwa kamu adalah cucuku, maka kamu harus mendengarkan kata-kataku. Kamu mau pergi sendiri atau aku yang bantu kamu?"

Melihat Cendani tidak bergerak, nyonya besar melambaikan tangan, "Seseorang, ikat wanita murahan ini dan bawa dia ke mobil Tuan Muda Axel !"

Sekelompok kerabat segera mengepung Cendani dan menekannya di atas meja. Mereka mengambil tali dan hendak mengikat kaki dan tangannya. 

 Cendani berteriak keras dan meronta sekuat tenaga. Namun, dia hanyalah wanita lemah. Dia sama sekali tidak bisa melawan mereka. Dia sangat sedih dan pasrah, air mata tidak henti mengalir. 

"Tunggu sebentar!"

 Gibran mengangkat tangan dan berkata, "Telepon Lexia yang tidak berguna itu, suruh dia datang. Tugas mengikat orang harus dikerjakannya secara pribadi."

"Benar, Tuan Muda Axel benar sekali. Beraninya sampah itu memukuli Anda, sungguh tidak tahu diri!"

"Telepon dia dan suruh dia datang sekarang juga. Nantinya kami akan menyuruh dia untuk berlutut dan menjilat sepatu Anda!"

Keluarga Trenosa sangat emosi.

"Aku mohon, jangan suruh dia datang ke sini, aku akan menanggung semua ini sendirian!"

 Cendani memohon dengan suara keras dan mata yang merah. Meskipun dia tidak memiliki sedikitpun perasaan terhadap Lexia, tapi bagaimanapun mereka telah menjadi suami istri selama lebih dari dua tahun. Dia tahu betul penyiksaan seperti apa yang akan dialami Lexia nantinya.

Hanya saja tidak ada yang mendengarkannya. Keluarga Trenosa sudah menelepon.

" Tuan Muda Axel, sampah itu akan segera tiba. Nanti kami akan menyuruh dia untuk berlutut dan bersujud padamu, lalu menyuruh dia mengikat Cendani dan membawanya ke mobil Anda."

Keluarga Trenosa menyanjung.

 Gibran mengangguk puas.

Sebenarnya sesudah dipukuli kemarin, dia sangat ingin membawa orang untuk segera menangkap sampah itu. Namun setelah dipikir-pikir, dia berubah pikiran. 

Bahkan jika membunuh sampah itu ribuan kali pun dia juga tetap tidak akan bisa melupakan apa yang dilakukan sampah itu padanya. Dia harus membuat si sampah itu membayar harganya.

Itulah mengapa dia langsung mendatangi Keluarga Trenosa, memberi beban pada Keluarga Trenosa. Dia mau melecehkan Cendani di hadapan sampah itu untuk melampiaskan amarahnya!

Tak lama kemudian, Lexia masuk dari luar.

"Apa yang terjadi!"

Melihat Cendani berdiri di samping dengan mata merah, Lexia segera menariknya ke sisi lain.

" Lexia, cepat pergi dari sini, jangan hiraukan aku!"

 Cendani mendorong Lexia ke arah pintu dengan kuat.

PONG!

Dua kerabat Keluarga Trenosa segera menutup pintu dan mencibir, "Mau pergi? Tidak semudah itu. Cepat berlutut pada Tuan Muda Axel !"

 Lexia mendongak. Dia baru menyadari ternyata Gibran juga ada di sini. Setelah melihat ekspresi Keluarga Trenosa, Lexia segera menebak apa yang telah terjadi.

“ Tuan Muda Axel, menurutmu apa yang harus dilakukan sekarang. Kami akan menuruti kata-katamu!” Kerabat Keluarga Trenosa berusaha menyenangkan Gibran.

 Gibran melambaikan tangan, memandang Lexia dengan dingin, berkata dengan penuh minat, "Anjing, kita bertemu lagi."

Sambil berbicara, dia berdiri dan mencibir, "Aku tidak akan banyak omong lagi. Sekarang aku beri kamu sebuah kesempatan. Ikat istrimu dan bawa dia ke mobilku, lalu ikut aku pulang dan jadi anjingku di masa depan. Dengan demikian, aku akan menganggap masalah kemarin tidak pernah terjadi."

"Anjing, cepat berterima kasih pada Tuan Muda Axel !"

Kerabat Keluarga Trenosa mengumpat di samping, kemudian mengacungkan jempol kepada Gibran dan menyanjung, "Sikap Tuan Muda Axel sungguh sangat mengagumkan, Anda sangat baik padanya. Ke depannya kami harus belajar dari Anda!"

Melihat Lexia tidak mengucapkan sepatah kata pun, Gibran mengira bahwa dia ketakutan hingga tidak bisa berkata-kata, “Kamu sudah menyesal, bukan? Apakah kamu tahu siapa aku? Biar aku memperkenalkan diriku padamu sekali lagi, angkat telinga anjingmu untuk mendengarkan kata-kataku dengan baik!"

"Namaku Gibran. Ayahku adalah Joko, presiden Lippo Group Land. Bagiku, kamu bahkan tidak sebanding dengan semut. Aku cukup menghembuskan napas untuk memusnahkan kamu dari muka bumi ini!"

Kerabat Keluarga Trenosa di dekatnya langsung menyanjung, "Tuan Muda Axel terlalu rendah hati. Menghadapi sampah seperti ini bahkan tidak perlu repot-repot menghembuskan napas. Anda cukup mengedipkan mata dengan santai, sampah ini pun akan langsung hancur!"

 Gibran amat menikmati perasaan disanjung oleh orang lain. Hari ini dia datang ke sini tidak hanya untuk melampiaskan amarahnya, tetapi juga untuk menunjukkan kepada Cendani bahwa sampah ini bahkan tidak sebanding dengan semut baginya. 

Kemudian dia menoleh dan tersenyum pada Cendani, " Cencen, tenang saja, setelah kamu mengikuti aku, aku jamin kamu bakal makan mewah setiap hari, tinggal di vila, mengendarai mobil sport, dan aku juga akan membawamu ke pesta pada malam nanti."

Usai itu, dia mengeluarkan kartu undangan dengan pola naga emas dari saku, berkata dengan ringan, "Apakah kamu tahu apa ini? Ini adalah surat undangan pesta penyambutan Jenderal Protector pada malam ini. Nanti aku akan membawamu untuk menghadiri pesta tersebut."

"Apa, itu adalah surat undangan pesta penyambutan Jenderal Protector !"

Keluarga Trenosa sontak tercengang. Melihat kartu undangan merah itu, masing-masing dari mereka menunjukkan ekspresi yang sangat kagum, air liur mereka hampir menetes.

Download APP, continue reading

Chapters

810