Bab 9 Membawa Dia Pulang
by Clarissa
08:00,Jan 01,1970
Bab 9 Membawa Dia Pulang
"Bagaimana caramu merawat pasien?"
Pada saat yang sama, di koridor rumah sakit lain, Teddy menerima perlakuan tidak mengenakkan dari Dokter dan perawat.
Masalah ini, jika dibicarakan sangat tidak adil, sore itu setelah melihat Raymon keluar dari perusahaan, merasa khawatir dia masuk ke dalam kantor Raymon untuk melihat, lalu dia melihat Ayunia yang pingsan tergeletak di lantai.
"Itu ... dia ... bagaimana keadaannya?"
Sudah seperti ini, Teddy terlalu malas untuk menjelaskan, lagipula dia juga sudah diomeli, jika sudah salah paham maka sudahlah biarkan seperti itu.
"Baru sekarang memikirkan keadaaan pasien?" Perawat itu dengan dingin menatap Teddy, orang ini tampangnya lumayan, tapi kenapa hatinya kejam seperti itu?
"Apa yang kamu pikirkan sejak awal?"
Perawat kecil itu ingin mengatakan sesuatu, tetapi dilirik oleh Dokter, setelah perawat itu membungkam mulutnya dengan tidak rela, Dokter baru membuka rekap medis pasien.
Teddy mulanya masih bertanya-tanya, bukankah hanya pingsan, apakah sampai harus melihat rekap medis? Namun kemudian kata-kata yang diucapkan oleh Dokter, seakan membuatnya bagai disambar petir di siang hari.
"Beberapa waktu lalu pasien datang kemari seorang diri, aku sudah bicara dengannya, dia mengidap kanker otak stadium akhir, sudah tidak banyak lagi waktu yang tersisa, kemoterapi hanyalah jalan untuk menciptakan lebih banyak rasa sakit ......"
"Tunggu!"
Teddy meraih lengan Dokter, dengan terkejut membelalakkan matanya: "Apa yang baru saja Anda katakan? Kanker otak stadium akhir apa? Kemoterapi apa?"
"Kamu tidak tahu?"
Dokter mengerutkan keningnya, raut wajahnya tegas: "Ayunia, pasien ini telah didiagnosis mengidap kanker stadium akhir, akan sering pingsan berulang kali dan pandangannya akan buta, dikarenakan penyebaran kanker otak menekan syarafnya, ketika tadi diperiksa, kami menemukan bahwa dia hamil, tapi ... kami sarankan agar anak itu diaborsi sesegera mungkin ... "
Kanker ...
Ayunia dia benar-benar mengidap kanker otak? ! !
Setelah Dokter pergi, Teddy berdiri di koridor, dia terpaku untuk waktu yang lama, tidak tahu sudah lewat berapa lama, dia mengambil ponselnya, melakukan panggilan untuk Raymon.
Masalah Ayunia, dia merasa, Raymon berhak untuk tahu.
"Itu ... Ayunia dia ..."
Namun, sebelum dia selesai berbicara, dia disela oleh Raymon di sisi lain telepon: "Jangan menyebut nama wanita itu di depanku! Menjijikkan!"
"Raymon, apakah kamu benar-benar tidak peduli hidup dan mati Ayunia?"
"Aku senang jika dia mati!"
"..."
Menutup telepon, Teddy merasa tenggorokannya sangat kering, seperti akan retak.
Menundukkan kepala melihat ponsel di tangannya, menggeleng dengan tak berdaya, Raymon benar-benar sangat membenci Ayunia!
Ketika Teddy mendorong pintu kamar rawat, Ayunia sudah sadar.
Ketika melihat Teddy, Ayunia panik sampai matanya melotot hampir keluar, menggigit bibirnya, sekujur tubuhnya kaku.
Teddy melihat tampilannya yang seperti itu, berpura-pura seakan tidak tahu apa-apa, pura-pura tidak ada yang terjadi kemudian berkata: "Mengapa kamu begitu gugup? Aku bukan Raymon."
"Tadi, apa Dokter mengatakan sesuatu padamu?"
"Tidak ada, hanya mengatakan bahwa kamu hamil."
Hamil? !
Ayunia tertegun sambil menundukkan kepalanya, melihat perutnya yang rata, sudah lima tahun, dia akhirnya hamil dengan anak Raymon, akhirnya menjadi seorang ibu.
Rasa bahagia, membuat matanya memerah, dia mengangkat lengannya yang kurus ke arah perutnya kemudian mengelus perutnya, tapi ketika tangan dengan jari dingin yang gemetar itu akan menyentuh perut bagian bawah, dia tertegun kemudian berhenti.
Senyum yang tadinya menumpuk di bibir, secara bertahap kaku, perlahan-lahan, matanya yang bersinar penuh harapan setelah perjuangannya, sekali lagi dilempar ke dalam kabut debu tak berujung.
Dia akan segera mati, bagaimana dia bisa melahirkan anak ini?
"Uhuk ..."
Berdiri di ruang rawat, Teddy yang menyaksikan perubahan ekspresi Ayunia, hatinya merasa sangat tidak nyaman, dia takut tidak bisa lanjut melihatnya, dia ikut depresi, dengan cepat berdeham.
"Jadi... kamu istirahatlah, aku akan pergi dulu."
"Tidak, aku juga pergi."
Teddy yang baru saja ingin berbalik langsung tertegun, suaranya tanpa sadar meninggi: "Kamu sudah seperti ini masih tidak mau dirawat di rumah sakit ?!"
Ayunia tidak menyangka Teddy akan mengeluarkan respon besar seperti ini, dengan kaget duduk di ranjang, tidak tahu harus berkata apa, tapi setelah Teddy berbicara tadi, juga merasa bahwa dia sedikit berlebihan.
Berdeham sekali lagi, dia kembali tenang: "Aku akan mengantarmu pulang."
"Ah."
Ayunia kembali fokus, mengangguk kepalanya: "Baiklah."
Bagi Ayunia, walaupun Teddy sudah tidak asing lagi, tapi tetap saja dia adalah teman terbaik Raymon, sehingga bahkan sudah mengenal selama beberapa tahun, dia masih merasa asing dan segan dengan Teddy.
Karena itu, begitu dia duduk di mobil Teddy, dia dengan cepat membuka mulutnya: "Merepotkanmu, terima kasih."
Teddy yang sedang mengemudi, melirik sekilas pada Ayunia yang ada di kursi penumpang, wajahnya sangat putih, bahkan bibirnya tidak berseri, bulu matanya lentik natural, sedikit terkulai, menutupi sepasang mata yang tertawa secara alami.
Teddy dulu sudah merasa bahwa Ayunia, wanita ini perawakannya sangat cantik, tidak peduli di manapun pasti akan menarik perhatian orang-orang, tetapi karena dendam Raymon, dia telah mengabaikan kecantikan wanita ini.
"Ayunia."
Apa yang dikatakan Dokter masih bergema di telinganya, Teddy akhirnya tidak bisa menahan untuk berbicara: "Sebenarnya ... kamu tidak perlu menyiksa dirimu sendiri."
Ayunia berpikir dia berbicara tentang masalah kehamilannya, tidak memikirkan lebih lanjut mengeluarkan senyum tipis : "Wanita berhati ular sepertiku, setelah selesai menyiksa orang lain, sudah sepantasnya menyiksa diri sendiri."
Kata-kata yang dikatakan memang benar.
Sepengetahuan Teddy dari Raymon, Ayunia, wanita ini sudah melakukan banyak hal untuk mencelakakan Steffy, keluarga Ayunia dapat dianggap tidak berperikemanusiaan.
Tapi kenapa?
Teddy tidak mengerti, jelas-jelas orang jahat ini telah mendapat hukuman, tapi mengapa saat ini dia malah tidak bisa senang, tapi malah merasa agak mengasihani Ayunia?
Sepanjang jalan tidak ada yang berbicara lagi.
Setengah jam kemudian, Teddy memarkir mobil di luar pintu rumah Ayunia.
Ayunia menyeret tubuh lelahnya berjalan keluar dari mobil, melihat ada cahaya hangat memantul melalui jendela rumahnya.
Raymon sudah kembali?
Bagaimana dia bisa kembali?
Dia sudah tidak bisa mengetahuinya, setelah ayahnya meninggal, sudah berapa lama dia tidak kembali ke rumah ini dengan keinginannya sendiri?
Harapan, kejutan, tidak bisa percaya, terus menerus berputar di otak Ayunia, dia sedikit kebingungan bahkan tidak tahu di mana harus menempatkan tangan dan kakinya.
Teddy melihat Ayunia yang seperti itu, matanya perlahan-lahan gelap, berlawanan dengan rasa terkejut Ayunia, dia lebih merasa khawatir ...
Benar saja, ketika Ayunia dengan cepat berjalan ke pintu, tangannya yang gemetar membuka pintu rumahnya sendiri, semua emosi tadi berubah menjadi shock!
Steffy ...
Bagaimana bisa dia muncul di rumahnya?!!
"Bagaimana caramu merawat pasien?"
Pada saat yang sama, di koridor rumah sakit lain, Teddy menerima perlakuan tidak mengenakkan dari Dokter dan perawat.
Masalah ini, jika dibicarakan sangat tidak adil, sore itu setelah melihat Raymon keluar dari perusahaan, merasa khawatir dia masuk ke dalam kantor Raymon untuk melihat, lalu dia melihat Ayunia yang pingsan tergeletak di lantai.
"Itu ... dia ... bagaimana keadaannya?"
Sudah seperti ini, Teddy terlalu malas untuk menjelaskan, lagipula dia juga sudah diomeli, jika sudah salah paham maka sudahlah biarkan seperti itu.
"Baru sekarang memikirkan keadaaan pasien?" Perawat itu dengan dingin menatap Teddy, orang ini tampangnya lumayan, tapi kenapa hatinya kejam seperti itu?
"Apa yang kamu pikirkan sejak awal?"
Perawat kecil itu ingin mengatakan sesuatu, tetapi dilirik oleh Dokter, setelah perawat itu membungkam mulutnya dengan tidak rela, Dokter baru membuka rekap medis pasien.
Teddy mulanya masih bertanya-tanya, bukankah hanya pingsan, apakah sampai harus melihat rekap medis? Namun kemudian kata-kata yang diucapkan oleh Dokter, seakan membuatnya bagai disambar petir di siang hari.
"Beberapa waktu lalu pasien datang kemari seorang diri, aku sudah bicara dengannya, dia mengidap kanker otak stadium akhir, sudah tidak banyak lagi waktu yang tersisa, kemoterapi hanyalah jalan untuk menciptakan lebih banyak rasa sakit ......"
"Tunggu!"
Teddy meraih lengan Dokter, dengan terkejut membelalakkan matanya: "Apa yang baru saja Anda katakan? Kanker otak stadium akhir apa? Kemoterapi apa?"
"Kamu tidak tahu?"
Dokter mengerutkan keningnya, raut wajahnya tegas: "Ayunia, pasien ini telah didiagnosis mengidap kanker stadium akhir, akan sering pingsan berulang kali dan pandangannya akan buta, dikarenakan penyebaran kanker otak menekan syarafnya, ketika tadi diperiksa, kami menemukan bahwa dia hamil, tapi ... kami sarankan agar anak itu diaborsi sesegera mungkin ... "
Kanker ...
Ayunia dia benar-benar mengidap kanker otak? ! !
Setelah Dokter pergi, Teddy berdiri di koridor, dia terpaku untuk waktu yang lama, tidak tahu sudah lewat berapa lama, dia mengambil ponselnya, melakukan panggilan untuk Raymon.
Masalah Ayunia, dia merasa, Raymon berhak untuk tahu.
"Itu ... Ayunia dia ..."
Namun, sebelum dia selesai berbicara, dia disela oleh Raymon di sisi lain telepon: "Jangan menyebut nama wanita itu di depanku! Menjijikkan!"
"Raymon, apakah kamu benar-benar tidak peduli hidup dan mati Ayunia?"
"Aku senang jika dia mati!"
"..."
Menutup telepon, Teddy merasa tenggorokannya sangat kering, seperti akan retak.
Menundukkan kepala melihat ponsel di tangannya, menggeleng dengan tak berdaya, Raymon benar-benar sangat membenci Ayunia!
Ketika Teddy mendorong pintu kamar rawat, Ayunia sudah sadar.
Ketika melihat Teddy, Ayunia panik sampai matanya melotot hampir keluar, menggigit bibirnya, sekujur tubuhnya kaku.
Teddy melihat tampilannya yang seperti itu, berpura-pura seakan tidak tahu apa-apa, pura-pura tidak ada yang terjadi kemudian berkata: "Mengapa kamu begitu gugup? Aku bukan Raymon."
"Tadi, apa Dokter mengatakan sesuatu padamu?"
"Tidak ada, hanya mengatakan bahwa kamu hamil."
Hamil? !
Ayunia tertegun sambil menundukkan kepalanya, melihat perutnya yang rata, sudah lima tahun, dia akhirnya hamil dengan anak Raymon, akhirnya menjadi seorang ibu.
Rasa bahagia, membuat matanya memerah, dia mengangkat lengannya yang kurus ke arah perutnya kemudian mengelus perutnya, tapi ketika tangan dengan jari dingin yang gemetar itu akan menyentuh perut bagian bawah, dia tertegun kemudian berhenti.
Senyum yang tadinya menumpuk di bibir, secara bertahap kaku, perlahan-lahan, matanya yang bersinar penuh harapan setelah perjuangannya, sekali lagi dilempar ke dalam kabut debu tak berujung.
Dia akan segera mati, bagaimana dia bisa melahirkan anak ini?
"Uhuk ..."
Berdiri di ruang rawat, Teddy yang menyaksikan perubahan ekspresi Ayunia, hatinya merasa sangat tidak nyaman, dia takut tidak bisa lanjut melihatnya, dia ikut depresi, dengan cepat berdeham.
"Jadi... kamu istirahatlah, aku akan pergi dulu."
"Tidak, aku juga pergi."
Teddy yang baru saja ingin berbalik langsung tertegun, suaranya tanpa sadar meninggi: "Kamu sudah seperti ini masih tidak mau dirawat di rumah sakit ?!"
Ayunia tidak menyangka Teddy akan mengeluarkan respon besar seperti ini, dengan kaget duduk di ranjang, tidak tahu harus berkata apa, tapi setelah Teddy berbicara tadi, juga merasa bahwa dia sedikit berlebihan.
Berdeham sekali lagi, dia kembali tenang: "Aku akan mengantarmu pulang."
"Ah."
Ayunia kembali fokus, mengangguk kepalanya: "Baiklah."
Bagi Ayunia, walaupun Teddy sudah tidak asing lagi, tapi tetap saja dia adalah teman terbaik Raymon, sehingga bahkan sudah mengenal selama beberapa tahun, dia masih merasa asing dan segan dengan Teddy.
Karena itu, begitu dia duduk di mobil Teddy, dia dengan cepat membuka mulutnya: "Merepotkanmu, terima kasih."
Teddy yang sedang mengemudi, melirik sekilas pada Ayunia yang ada di kursi penumpang, wajahnya sangat putih, bahkan bibirnya tidak berseri, bulu matanya lentik natural, sedikit terkulai, menutupi sepasang mata yang tertawa secara alami.
Teddy dulu sudah merasa bahwa Ayunia, wanita ini perawakannya sangat cantik, tidak peduli di manapun pasti akan menarik perhatian orang-orang, tetapi karena dendam Raymon, dia telah mengabaikan kecantikan wanita ini.
"Ayunia."
Apa yang dikatakan Dokter masih bergema di telinganya, Teddy akhirnya tidak bisa menahan untuk berbicara: "Sebenarnya ... kamu tidak perlu menyiksa dirimu sendiri."
Ayunia berpikir dia berbicara tentang masalah kehamilannya, tidak memikirkan lebih lanjut mengeluarkan senyum tipis : "Wanita berhati ular sepertiku, setelah selesai menyiksa orang lain, sudah sepantasnya menyiksa diri sendiri."
Kata-kata yang dikatakan memang benar.
Sepengetahuan Teddy dari Raymon, Ayunia, wanita ini sudah melakukan banyak hal untuk mencelakakan Steffy, keluarga Ayunia dapat dianggap tidak berperikemanusiaan.
Tapi kenapa?
Teddy tidak mengerti, jelas-jelas orang jahat ini telah mendapat hukuman, tapi mengapa saat ini dia malah tidak bisa senang, tapi malah merasa agak mengasihani Ayunia?
Sepanjang jalan tidak ada yang berbicara lagi.
Setengah jam kemudian, Teddy memarkir mobil di luar pintu rumah Ayunia.
Ayunia menyeret tubuh lelahnya berjalan keluar dari mobil, melihat ada cahaya hangat memantul melalui jendela rumahnya.
Raymon sudah kembali?
Bagaimana dia bisa kembali?
Dia sudah tidak bisa mengetahuinya, setelah ayahnya meninggal, sudah berapa lama dia tidak kembali ke rumah ini dengan keinginannya sendiri?
Harapan, kejutan, tidak bisa percaya, terus menerus berputar di otak Ayunia, dia sedikit kebingungan bahkan tidak tahu di mana harus menempatkan tangan dan kakinya.
Teddy melihat Ayunia yang seperti itu, matanya perlahan-lahan gelap, berlawanan dengan rasa terkejut Ayunia, dia lebih merasa khawatir ...
Benar saja, ketika Ayunia dengan cepat berjalan ke pintu, tangannya yang gemetar membuka pintu rumahnya sendiri, semua emosi tadi berubah menjadi shock!
Steffy ...
Bagaimana bisa dia muncul di rumahnya?!!
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved