Bab 13 Bedebah Yang Tidak Punya Mata
by Hideo Takashi
11:20,Sep 23,2020
Kenapa dia bisa ada disini?
Tokoh besar seperti dia, bagaimana bisa berada di pemukiman yang kecil dan sempit seperti ini?!
“Bang Norton kamu kenapa?”
“Bang Norton, apakah kamu sekarang sedang berpikir bagaimana mematahkan kaki dan tangan bedebah ini?”
“Bang Norton, kamu tidak perlu pikirkan lagi, aku sudah membantumu mengatur semuanya.”
Setelah mengatakannya, Brandon langsung membuka bagasi mobilnya yang sudah tidak berbentuk.
Ia mengambil sebuah kunci pas, lalu menyerahkan kunci pas itu kehadapan Norton .
“Pakai saja kunci pas ini!”
“Bang Norton, selanjutnya kuserahkan padamu!”
“Setelah urusan ini beres, aku akan……….”
“Brakk!”
Tinju Norton yang sangat besar langsung mendarat di wajah Brandon .
Brandon memegang hidungnya yang berdarah tidak berhenti sambil menatap Norton dengan bingung.
“Bang Norton, kenapa kamu malah memukulku?”
Norton langsung menarik kerah Brandon dan melemparkannya dengan kuat ke tanah.
“Yang ingin kupukul memang kamu!”
“Dasar bedebah yang tidak punya mata!”
Norton memukuli dan menendangi Brandon .
Bahkan menyuruh dua orang anak buahnya untuk menyeret Brandon kedalam mobil Van hitamnya.
Sebelum naik ke dalam mobil, Norton masih menyempatkan diri untuk tersenyum pada Cloud dan memberi hormat.
Melihat Norton yang datang dengan begitu garang, lalu menyeret Brandon bagaikan menyeret bangkai anjing.
Aeris dan Gavia menoleh kearah Cloud bersamaan.
“Orang yang bertubuh seperti beruang itu, kamu kenal?”
Cloud mengangguk.
“Hm, dulu kami sempat mengemis bersama, aku juga pernah membaginya dua potong roti.”
Aeris memutar bola matanya yang indah.
Siapa yang akan percaya!
Karena tahu Cloud tidak akan mengatakan hal yang sebenarnya, Aeris hanya bisa menghela nafas pelan.
Lalu dia berjalan kedepan mobil Benz yang baru saja ia beli dengan perasaan sedih.
Gavia menghampiri, melihat mobil Benz yang rusak karena tabrakan, wajahnya dipenuhi dengan ekspresi sedih.
“Aduh! Mobil sebagus ini malah di tabrak sampai menjadi seperti ini, bagaimana kalau sampai ketahuan oleh pemilik mobil?”
“Aeris, mobil ini kamu pinjam darimana? Cepat hubungi dia, kita harus meminta maaf padanya.”
Aeris mengetatkan bibirnya yang merah, setelah ragu sejenak, akhirnya dia berkata pada Gavia .
“Ibu, ini adalah mobil yang baru saja kami beli.”
“Ha?!”
……
Diruang tamu, Aeris sekeluarga bertiga duduk mengelilingi meja makan.
Casius Lehard sedang pergi ke klinik untuk memeriksa kaki dan belum pulang.
Aeris bertiga menatap Cloud yang duduk diseberang meja makan.
akhirnya Gavia memulai pembicaraan.
“Bukankah kamu tidak memiliki pekerjaan tetap sama sekali?”
“Kamu dapat uang sebanyak itu dari mana?”
Begitu Gavia membuka mulut, ia langsung membombardir dengan pertanyaan beruntun.
Cloud belum sempat menjawab, Denzel tiba-tiba menepuk tangannya.
“Aku tahu!”
“Kakak ipar pasti mendapatkan uang dari judi!”
“Ibu, kak, kakak ipar sungguh sangat hebat!”
“Malam itu hanya dengan sekejap dia memenangkan uang 12 miliar!”
Awalnya Cloud masih bingung harus bagaimana menjelaskannya, sekarang mendengar adik iparnya berkata demikian, malah membuatnya menemukan alasan yang tepat.
Dia tidak mengelak, melainkan mengikuti alur yang dikatakan adik iparnya dan menyelesaikan masalah ini.
Denzel menceritakan Cloud bagaikan tokoh dalam film.
Setelah Gavia mendengarnya, dia sama sekali tidak merasa senang karena Cloud mendapatkan begitu banyak uang.
Ia malah menatap Cloud sambil menasehatinya.
“Judi bukanlah hal yang baik, kelak jangan pernah melakukannya lagi.”
“Lagipula, meskipun kamu memiliki uang, kamu juga tidak boleh sembarangan menghamburkannya.”
Disaat ini, Cloud dengan santai mengeluarkan sebuah kartu atm berwarna emas dari dalam kantungnya.
Dia langsung menyerahkan kartu berwarna emas itu kehadapan Gavia .
“Ibu, didalam kartu ini ada sedikit uang, untuk ibu beli sayur.”
Gavia menggeleng : “Tidak tidak, bagaimana boleh aku menerima uangmu?”
“Aku tinggal dan makan dirumah ini cuma-cuma, kalau tidak membantu sedikit, aku akan merasa tidak enak hati.”
Melihat Gavia tidak bersedia menerima, Cloud memberi isyarat pada Denzel yang ada disamping.
Denzel langsung mengerti, ia segera mengambil kartu itu dan menyodorkannya ke dalam tangan Gavia .
“Ibu, apa yang kakak ipar katakan benar.”
“Dia tinggal dan makan dengan cuma-cuma di rumah kita, bagaimana pun tetap harus membantu sedikit.”
Gavia memelototi Denzel, dia menerima kartu berwarna emas itu dan berkata sambil menatap Cloud .
“Apakah didalam kartu ini ada banyak uang?”
“Tidak banyak.”
Cloud menggeleng : “Hanya cukup untuk ibu membeli sayur.”
Mendengar uang didalam kartu ini hanya cukup untuk membeli sayur, Gavia diam-diam merasa lega.
Kalau uang didalamnya benar-benar sangat banyak, dia tidak bisa menerimanya.
Namun kalau hanya digunakan untuk membeli sayur, paling banyak ada beberapa ratus ribu saja didalam.
Dengan berpikir demikian, Gavia lalu memasukkan kartu itu kedalam dompet yang biasa dia bawa untuk belanja ke pasar.
Di lantai bawah.
Brandon berjalan dengan tergopoh-gopoh kesamping mobilnya.
Brandon melihat mobilnya yang hancur ditabrak, sorot matanya terlihat begitu tajam dan penuh kebencian.
Dia membuka pintu mobil yang sudah ditabrak sampai rusak, lalu duduk didalam mobil.
Dia mengeluarkan selembar kartu nama dan menelepon nomor Black Panther .
Suara Brandon terdengar begitu jahat.
“Waw, Pewaris kamu sejak kapan punya waktu untuk meneleponku?”
Dari balik telepon terdengar suara Black Panther yang sedang menertawakannya.
Brandon memang seorang “Pewaris ”.
Rumah turun temurun keluarga mereka, setengah tahun yang lalu sudah digusur
Dan dia dalam waktu singkat mendapatkan uang penggusuran yang sangat besar.
“Kak Panther, aku punya sebuah bisnis untukmu, apakah kamu mau menerimanya?”
“Coba katakan.”
“Aku ingin menghajar tiga orang. Dua orang wanita, yang satu tua dan satu muda, dan juga seorang pria.”
Dari balik telepon terdengar suara tawa Black Panther .
“Tuan muda Salim ternyata punya bisnis yang besar rupanya, kamu juga tahu aku Black Panther selalu menyelesaikan masalah dengan bersih dan rapi, namun harga yang kuberikan tidaklah murah.”
“Harga bukan masalah!”
Brandon berkata sambil menggertakkan giginya : “Ketiga orang ini ingin kuhajar berdasarkan urutan yang kubuat. Awalnya hajar dulu wanita tua itu, lalu aku ingin mengurung pria itu dan memperkosa wanitanya sampai mati dihadapannya!”
“Gampang! 1 orang harganya 800 juta, begitu uang masuk, besok akan langsung bergerak!”
Black Panther baru saja menutup telepon dari Brandon .
Ponselnya tiba-tiba berdering lagi.
Begitu dilihat ternyata itu adalah telepon dari Jared Lehard.
Black Panther menepuk pahanya dan berkata sambil tersenyum : “Hehe, lagi-lagi uang yang mengetuk pintu!”
“Presdir Lehard, apakah ada yang perlu kubantu?”
Dibalik telepon terdengar suara Jared yang begitu jahat : “Aku akan memberikanmu sebuah alamat, besok kamu suruh orangmu untuk membuat onar disana.”
“Ini mudah.”
Begitu mendengar hanya pekerjaan membuat onar yang mudah, Black Panther langsung bersemangat.
Namun Jared yang berada dibalik telepon malah berkata dengan nada tegas : “Black Panther, tujuanku adalah membuat proyek ini paling tidak selama satu bulan tidak bisa bekerja.”
“Aku tidak perduli cara apapun yang kamu lakukan, asalkan kamu bisa melakukan sampai ke tahap itu, aku akan memberikanmu 2 miliar.”
Black Panther langsung menepuk tangannya.
“Memang benar-benar bos besar, sangat elegan!”
“Tenang saja! Aku tidak akan membiarkan mereka menggerakkan sapotong bata ataupun batu!”
……
Proyek kerjasama Tazma Grup dan Grandy resmi dimulai hari ini.
Proyek ini merupakan kerjasama pertama diantara kedua group, kedua belah pihak sangat mementingkan proyek ini.
Lahan proyek sudah dibeli sejak dua bulan yang lalu.
Hari ini Cloud mengendarai mobil mengantar Aeris pergi ke lokasi proyek.
Dijalan, Aeris terus menoleh kearah Cloud dan menatapnya beberapa saat.
Melihatnya terus seperti itu, Cloud tidak tahan untuk bertanya.
“Apakah masih ada butiran nasi yang menempel di pipiku.”
Aeris menggeleng.
“Kalau begitu kenapa kamu terus melihatku?”
Tokoh besar seperti dia, bagaimana bisa berada di pemukiman yang kecil dan sempit seperti ini?!
“Bang Norton kamu kenapa?”
“Bang Norton, apakah kamu sekarang sedang berpikir bagaimana mematahkan kaki dan tangan bedebah ini?”
“Bang Norton, kamu tidak perlu pikirkan lagi, aku sudah membantumu mengatur semuanya.”
Setelah mengatakannya, Brandon langsung membuka bagasi mobilnya yang sudah tidak berbentuk.
Ia mengambil sebuah kunci pas, lalu menyerahkan kunci pas itu kehadapan Norton .
“Pakai saja kunci pas ini!”
“Bang Norton, selanjutnya kuserahkan padamu!”
“Setelah urusan ini beres, aku akan……….”
“Brakk!”
Tinju Norton yang sangat besar langsung mendarat di wajah Brandon .
Brandon memegang hidungnya yang berdarah tidak berhenti sambil menatap Norton dengan bingung.
“Bang Norton, kenapa kamu malah memukulku?”
Norton langsung menarik kerah Brandon dan melemparkannya dengan kuat ke tanah.
“Yang ingin kupukul memang kamu!”
“Dasar bedebah yang tidak punya mata!”
Norton memukuli dan menendangi Brandon .
Bahkan menyuruh dua orang anak buahnya untuk menyeret Brandon kedalam mobil Van hitamnya.
Sebelum naik ke dalam mobil, Norton masih menyempatkan diri untuk tersenyum pada Cloud dan memberi hormat.
Melihat Norton yang datang dengan begitu garang, lalu menyeret Brandon bagaikan menyeret bangkai anjing.
Aeris dan Gavia menoleh kearah Cloud bersamaan.
“Orang yang bertubuh seperti beruang itu, kamu kenal?”
Cloud mengangguk.
“Hm, dulu kami sempat mengemis bersama, aku juga pernah membaginya dua potong roti.”
Aeris memutar bola matanya yang indah.
Siapa yang akan percaya!
Karena tahu Cloud tidak akan mengatakan hal yang sebenarnya, Aeris hanya bisa menghela nafas pelan.
Lalu dia berjalan kedepan mobil Benz yang baru saja ia beli dengan perasaan sedih.
Gavia menghampiri, melihat mobil Benz yang rusak karena tabrakan, wajahnya dipenuhi dengan ekspresi sedih.
“Aduh! Mobil sebagus ini malah di tabrak sampai menjadi seperti ini, bagaimana kalau sampai ketahuan oleh pemilik mobil?”
“Aeris, mobil ini kamu pinjam darimana? Cepat hubungi dia, kita harus meminta maaf padanya.”
Aeris mengetatkan bibirnya yang merah, setelah ragu sejenak, akhirnya dia berkata pada Gavia .
“Ibu, ini adalah mobil yang baru saja kami beli.”
“Ha?!”
……
Diruang tamu, Aeris sekeluarga bertiga duduk mengelilingi meja makan.
Casius Lehard sedang pergi ke klinik untuk memeriksa kaki dan belum pulang.
Aeris bertiga menatap Cloud yang duduk diseberang meja makan.
akhirnya Gavia memulai pembicaraan.
“Bukankah kamu tidak memiliki pekerjaan tetap sama sekali?”
“Kamu dapat uang sebanyak itu dari mana?”
Begitu Gavia membuka mulut, ia langsung membombardir dengan pertanyaan beruntun.
Cloud belum sempat menjawab, Denzel tiba-tiba menepuk tangannya.
“Aku tahu!”
“Kakak ipar pasti mendapatkan uang dari judi!”
“Ibu, kak, kakak ipar sungguh sangat hebat!”
“Malam itu hanya dengan sekejap dia memenangkan uang 12 miliar!”
Awalnya Cloud masih bingung harus bagaimana menjelaskannya, sekarang mendengar adik iparnya berkata demikian, malah membuatnya menemukan alasan yang tepat.
Dia tidak mengelak, melainkan mengikuti alur yang dikatakan adik iparnya dan menyelesaikan masalah ini.
Denzel menceritakan Cloud bagaikan tokoh dalam film.
Setelah Gavia mendengarnya, dia sama sekali tidak merasa senang karena Cloud mendapatkan begitu banyak uang.
Ia malah menatap Cloud sambil menasehatinya.
“Judi bukanlah hal yang baik, kelak jangan pernah melakukannya lagi.”
“Lagipula, meskipun kamu memiliki uang, kamu juga tidak boleh sembarangan menghamburkannya.”
Disaat ini, Cloud dengan santai mengeluarkan sebuah kartu atm berwarna emas dari dalam kantungnya.
Dia langsung menyerahkan kartu berwarna emas itu kehadapan Gavia .
“Ibu, didalam kartu ini ada sedikit uang, untuk ibu beli sayur.”
Gavia menggeleng : “Tidak tidak, bagaimana boleh aku menerima uangmu?”
“Aku tinggal dan makan dirumah ini cuma-cuma, kalau tidak membantu sedikit, aku akan merasa tidak enak hati.”
Melihat Gavia tidak bersedia menerima, Cloud memberi isyarat pada Denzel yang ada disamping.
Denzel langsung mengerti, ia segera mengambil kartu itu dan menyodorkannya ke dalam tangan Gavia .
“Ibu, apa yang kakak ipar katakan benar.”
“Dia tinggal dan makan dengan cuma-cuma di rumah kita, bagaimana pun tetap harus membantu sedikit.”
Gavia memelototi Denzel, dia menerima kartu berwarna emas itu dan berkata sambil menatap Cloud .
“Apakah didalam kartu ini ada banyak uang?”
“Tidak banyak.”
Cloud menggeleng : “Hanya cukup untuk ibu membeli sayur.”
Mendengar uang didalam kartu ini hanya cukup untuk membeli sayur, Gavia diam-diam merasa lega.
Kalau uang didalamnya benar-benar sangat banyak, dia tidak bisa menerimanya.
Namun kalau hanya digunakan untuk membeli sayur, paling banyak ada beberapa ratus ribu saja didalam.
Dengan berpikir demikian, Gavia lalu memasukkan kartu itu kedalam dompet yang biasa dia bawa untuk belanja ke pasar.
Di lantai bawah.
Brandon berjalan dengan tergopoh-gopoh kesamping mobilnya.
Brandon melihat mobilnya yang hancur ditabrak, sorot matanya terlihat begitu tajam dan penuh kebencian.
Dia membuka pintu mobil yang sudah ditabrak sampai rusak, lalu duduk didalam mobil.
Dia mengeluarkan selembar kartu nama dan menelepon nomor Black Panther .
Suara Brandon terdengar begitu jahat.
“Waw, Pewaris kamu sejak kapan punya waktu untuk meneleponku?”
Dari balik telepon terdengar suara Black Panther yang sedang menertawakannya.
Brandon memang seorang “Pewaris ”.
Rumah turun temurun keluarga mereka, setengah tahun yang lalu sudah digusur
Dan dia dalam waktu singkat mendapatkan uang penggusuran yang sangat besar.
“Kak Panther, aku punya sebuah bisnis untukmu, apakah kamu mau menerimanya?”
“Coba katakan.”
“Aku ingin menghajar tiga orang. Dua orang wanita, yang satu tua dan satu muda, dan juga seorang pria.”
Dari balik telepon terdengar suara tawa Black Panther .
“Tuan muda Salim ternyata punya bisnis yang besar rupanya, kamu juga tahu aku Black Panther selalu menyelesaikan masalah dengan bersih dan rapi, namun harga yang kuberikan tidaklah murah.”
“Harga bukan masalah!”
Brandon berkata sambil menggertakkan giginya : “Ketiga orang ini ingin kuhajar berdasarkan urutan yang kubuat. Awalnya hajar dulu wanita tua itu, lalu aku ingin mengurung pria itu dan memperkosa wanitanya sampai mati dihadapannya!”
“Gampang! 1 orang harganya 800 juta, begitu uang masuk, besok akan langsung bergerak!”
Black Panther baru saja menutup telepon dari Brandon .
Ponselnya tiba-tiba berdering lagi.
Begitu dilihat ternyata itu adalah telepon dari Jared Lehard.
Black Panther menepuk pahanya dan berkata sambil tersenyum : “Hehe, lagi-lagi uang yang mengetuk pintu!”
“Presdir Lehard, apakah ada yang perlu kubantu?”
Dibalik telepon terdengar suara Jared yang begitu jahat : “Aku akan memberikanmu sebuah alamat, besok kamu suruh orangmu untuk membuat onar disana.”
“Ini mudah.”
Begitu mendengar hanya pekerjaan membuat onar yang mudah, Black Panther langsung bersemangat.
Namun Jared yang berada dibalik telepon malah berkata dengan nada tegas : “Black Panther, tujuanku adalah membuat proyek ini paling tidak selama satu bulan tidak bisa bekerja.”
“Aku tidak perduli cara apapun yang kamu lakukan, asalkan kamu bisa melakukan sampai ke tahap itu, aku akan memberikanmu 2 miliar.”
Black Panther langsung menepuk tangannya.
“Memang benar-benar bos besar, sangat elegan!”
“Tenang saja! Aku tidak akan membiarkan mereka menggerakkan sapotong bata ataupun batu!”
……
Proyek kerjasama Tazma Grup dan Grandy resmi dimulai hari ini.
Proyek ini merupakan kerjasama pertama diantara kedua group, kedua belah pihak sangat mementingkan proyek ini.
Lahan proyek sudah dibeli sejak dua bulan yang lalu.
Hari ini Cloud mengendarai mobil mengantar Aeris pergi ke lokasi proyek.
Dijalan, Aeris terus menoleh kearah Cloud dan menatapnya beberapa saat.
Melihatnya terus seperti itu, Cloud tidak tahan untuk bertanya.
“Apakah masih ada butiran nasi yang menempel di pipiku.”
Aeris menggeleng.
“Kalau begitu kenapa kamu terus melihatku?”
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved