Bab 15 Melawan Kalian Tidak Perlu Pedang
by Ken Satoshi
11:00,Feb 22,2023
Saat Tetua Jargozan memikirkan Tetua Dalasim, seluruh tubuhnya merinding.
Kalau bisa dibilang Tetua Akhuma membuatnya merasa tertekan, maka Tetua Dalasim lebih seperti hal tabu di Sekte Pedang Iblis.
Kecuali dia dan beberapa anggota senior di Sekte Pedang Iblis, tidak ada yang tahu apa yang diwakili Tetua Dalasim.
Tak disangka, anak muda ini bisa seberuntung itu.
"Lupakan saja, anak muda, jangan terlalu memikirkannya, setelah selesai ujian luar sekte, kamu dan aku akan menemui pak tua itu." Melihat Vernon ragu, Tetua Akhuma tidak ingin mempersulit situasinya.
Bagaimanapun, dia juga merasa sangat bersemangat saat ini.
Kalau bisa mengambil anak muda ini, apa yang akan dilakukan pak tua itu kalau mencarinya sekuat tenaga nantinya?
"Bagus!" Vernon juga menghela nafas lega.
Punya murid sangat penting di dunia ajaib ini, dia bahkan tidak kenal satu sama lain sama sekali, jadi bagaimana mungkin bisa menerimanya sebagai guru begitu saja.
Tetua Akhuma mengangguk, setelah mengambil beberapa langkah, dia sampai di panggung tinggi di alun-alun.
Melihat hal tersebut, Tetua Jargozan menoleh dan berkata dengan sopan pada Vernon "Vernon, kamu bisa melanjutkan ujiannya."
Vernon melihat Batu Ujian di depannya
Dia dengan santai mengayunkan tinjunya dan memukulnya.
Nilai seketika muncul.
Batu Ujian yang sudah diserap Roh Pedangnya oleh Vernon masih tetap bisa bekerja, tetapi sepertinya telah kehilangan jiwanya, jadi tidak mengeluarkan ketajaman dan agesifitas seperti sebelumnya.
Setelah melihat nilainya, murid yang mencatat di sebelahnya mengumumkan hasilnya.
"Murid no 410, nilainya 2000, selanjutnya!"
Nilai ini sudah sangat bagus, kedua setelah Raizan dan Byako.
Tapi Vernon, yang membuat keributan besar, semua orang mengira dia akan sekali lagi membuat kehebohan.
Tanpa diduga, nilainya cuma 2000.
"Ternyata cuma 2000, kupikir dia bisa menyusul Senior Kiryu dan senior Byako."
"Kamu buta ya? Tidakkah kamu lihat bahwa dia cuma mengayunkan pukulan santai? Kalau dia mengayunkan pedangnya dan menggunakan Cakra Pedang, mungkin dia benar-benar bisa setara dengan dua senior sebelumnya."
"Tidak mungkin, dia cuma Alam Penggabungan Roh level satu, sedangkan kedua senior tadi sudah Alam Penggabungan Roh level enam."
"Ya, meskipun dia membuat kehebohan barusan, tapi dengan tingkat kekuatannya di sini, masih terlalu dini untuk mengejar kedua senior itu."
Tidak hanya para murid berdiskusi, Raizan juga berjalan ke arah Byako saat ini, bertanya sambil tersenyum "Bagaimana menurutmu tentang pemuda barusan?"
Byako menatap Raizan dengan sinis, dia menjawab "Sangat kuat, dia masih menyembunyikan kekuatannya."
"Oh, kamu juga bisa menebaknya, kulihat orang ini masuk Makam Pedang Api Langit sebagai Penjaga Makam setengah tahun yang lalu, dia bisa tumbuh dan berkembang sampai ke titik ini dalam setengah tahun, kalau pemuda itu diberi waktu setengah tahun lagi, dia pasti pasti meninggalkan kita berdua jauh di belakang." Raizan bicara.
"Penjaga Makam?!" Wajah tanpa ekspresi Byako menunjukkan sentuhan keterkejutan.
"Tidak bisa dipercaya." Kata Raizan.
“Sepertinya dia punya fisik yang langka.” Tatapan Byako menunjukan rasa iri.
“Saat dia benar-benar bangkit, Sekte Pedang Iblis kita akan kembali jaya.” Kata Raizan sambil tersenyum.
"Mungkin dia bisa mengalahkanmu kali ini!" Kata Byako sambil mengejek.
Raizan: "..."
Setelah satu jam.
Babak pertama dari ujian luar sekte telah selesai.
Raizan yang pertama, Byako yang kedua, Vernon yang ketiga...
Sebanyak seratus murid luar sekte lolos ke babak kedua.
Babak kedua adalah bertarung satu sama lain.
Sesuai peringkat 100 besar, mereka akan dikelompokkan dan bertarung satu sama lain di atas panggung, sampai akhirnya sepuluh besar peserta akan ditentukan.
Setelah pengelompokan, babak kedua dimulai.
Para murid naik ke panggung satu per satu untuk berkompetisi, masing-masing dari mereka menunjukkan kekuatan penuh dan ingin bersinar dalam kompetisi ini.
Suasana terus meningkat sampai ke titik tertinggi, sorakan terdengar keras.
Di antara para peserta top di sesi pertama, Vernon tampil lebih dulu.
Lawannya adalah seorang murid yang telah menyelesaikan puncak Alam Pemurnian Cakra, murid ini menempati peringkat ke-10 di babak pertama.
Setelah melangkah ke atas panggung, dia terlihat tidak puas.
Kenapa nasibnya sangat buruk.
Kebetulan bertemu dengan salah satu dari tiga orang yang paling tidak ingin dia lawan.
Dia lebih suka melawan senior Byako daripada menghadapi pendatang baru yang misterius ini.
"Mohon bimbingannya dari Senior." Kata murid itu dengan sopan.
Di dalam Sekte, orang dengan tingkat kekuatannya lebih tinggi biasa dipanggil senior.
"Siap." Kata Vernon dengan tenang.
Begitu dia selesai bicara, murid di seberang melesat maju dengan pedang.
Apa yang dipikirkan murid ini sangat sederhana.
Pertarungan akan diselesaikan dengan cepat.
Bagaimanapun, tingkat kekuatan miliknya tidak sebaik milik lawan, kalau dirinya ragu, akan terlalu menyakitkan kalau harus kalah telak.
Whoosh!
Jurus Pedang dipakai, tiga Cakra Pedang kuning ditebaskan ke arah Vernon dari posisi yang berbeda.
Murid itu sangat fokus, dia menyerang dengan jurus terbaiknya dari awal.
Dia menatap Vernon dengan seksama, ingin melihat bagaimana lawannya bertahan, hal ini dilakukan untuk melancarkan serangan berikutnya.
Tapi yang tidak dia duga adalah bahwa Vernon hanya menatapnya dengan santai, tanpa memikirkan arti pertahanan sama sekali.
Poof!
Disaat berikutnya.
Tiga tebasan Cakra Pedang mengenai tubuh Vernon.
Murid itu terkejut.
Ada juga seruan terdengar di tempat kejadian.
Tidak ada yang menyangka Vernon akan semudah itu diserang.
“Kalau hilang fokus dalam pertarungan, kamu pasti akan kalah!” Sebuah suara tiba-tiba terdengar dari belakang murid itu.
Murid itu tiba-tiba terkejut.
Tapi sebelum dia bisa berbalik.
Dia merasakan kekuatan besar datang, kemudian dia terhempas keluar dari panggung kompetisi.
Vernon menarik telapak tangannya dan berjalan turun dari panggung.
"Apa yang sudah terjadi, aku sama sekali tidak bisa melihat bagaimana dia bergerak."
"Apa yang baru saja dia lakukan sepertinya adalah jurus ‘Langkah Bayangan’."
"Tidak mungkin, bayangannya sangat realistis, sepertinya itu sangat nyata."
"Kecepatan ini, bahkan kalau aku yang menghadapinya, aku juga tidak akan bisa bereaksi."
Orang seperti itu, adalah budak?
Semua murid luar sekte terdiam ketika mereka memikirkan hal ini.
Kompetisi berlanjut, segera giliran senior Byako untuk bertarung.
Lawannya adalah murid peringkat keempat.
Setelah keduanya bertukar tiga serangan, sang murid merasa tidak kuat dan langsung menyerah.
Dia merasa sangat senang bisa bertahan tiga serangan di tangan senior Byako.
Pertandingan selanjutnya adalah penampilan Raizan.
Dia lebih baik, dia bertarung bolak-balik dengan murid lain, setelah bertukar lebih dari selusin serangan, Raizan menyerang dengan serius.
Sikap pria seperti itu menarik sorakan para murid luar sekte.
Setelah babak kompetisi, semua orang juga sadar.
Raizan, Byako dan Vernon yang misterius, kekuatan ketiga orang ini jauh melebihi para murid di tingkat yang sama.
Mereka sangat ingin tahu, kalau ketiga orang ini bertarung bersama, siapa yang lebih kuat dan siapa yang lebih lemah.
Terutama Vernon itu.
Setelah beberapa pertarungan, dia bahkan tidak pernah mengeluarkan pedangnya.
Hanya mengandalkan kecepatan dan tinjunya, tiada lawan yang bisa bertahan
Perbedaan kekuatan seperti itu membuat semua orang penasaran.
Seberapa kuat dia.
Akhirnya.
Setelah beberapa pertarungan lagi.
Vernon melawan Byako.
Semua murid luar sekte menatapnya dengan penuh semangat.
Dua orang naik ke atas panggung.
"Junior Vernon, mohon bantuannya." Kata Byako santai.
"Begitu juga dengan senior Byako." Jawab Vernon.
Di tempat di luar sekte.
“Jargozan, menurutmu siapa yang akan menang?” Tetua Akhuma bertanya dengan santai.
"Tetua Akhuma bercanda, meskipun Byako sangat kuat, tapi dia tetap tidak sekuat Vernon yang telah memahami pemadatan roh pedang." Tetua Jargozan memberikan pendapatnya sendiri.
“Tapi apa jadinya kalau bocah ini tidak memakai Roh Pedang?” Tetua Akhuma bertanya sambil tersenyum.
"Ah!? Tidak memakai Roh Pedang?"
Tetua Jargozan sedikit terkejut, lalu menjawab.
"Kalau Vernon tidak menggunakan Roh Pedangnya, dengan perbedaan tingkat kekuatan yang ada, akan sulit baginya untuk menahan serangan dari Byako."
"Selain itu, Byako menguasai jurus Pedang Api Liar, itu sangat cocok untuk menghadapi lawan yang cepat."
Tetua Akhuma tersenyum dan tidak berkata apa-apa.
Dia yakin akan hal itu.
Byako tidak bisa bertahan dari tiga serangan di tangan anak ini.
Kalau bisa dibilang Tetua Akhuma membuatnya merasa tertekan, maka Tetua Dalasim lebih seperti hal tabu di Sekte Pedang Iblis.
Kecuali dia dan beberapa anggota senior di Sekte Pedang Iblis, tidak ada yang tahu apa yang diwakili Tetua Dalasim.
Tak disangka, anak muda ini bisa seberuntung itu.
"Lupakan saja, anak muda, jangan terlalu memikirkannya, setelah selesai ujian luar sekte, kamu dan aku akan menemui pak tua itu." Melihat Vernon ragu, Tetua Akhuma tidak ingin mempersulit situasinya.
Bagaimanapun, dia juga merasa sangat bersemangat saat ini.
Kalau bisa mengambil anak muda ini, apa yang akan dilakukan pak tua itu kalau mencarinya sekuat tenaga nantinya?
"Bagus!" Vernon juga menghela nafas lega.
Punya murid sangat penting di dunia ajaib ini, dia bahkan tidak kenal satu sama lain sama sekali, jadi bagaimana mungkin bisa menerimanya sebagai guru begitu saja.
Tetua Akhuma mengangguk, setelah mengambil beberapa langkah, dia sampai di panggung tinggi di alun-alun.
Melihat hal tersebut, Tetua Jargozan menoleh dan berkata dengan sopan pada Vernon "Vernon, kamu bisa melanjutkan ujiannya."
Vernon melihat Batu Ujian di depannya
Dia dengan santai mengayunkan tinjunya dan memukulnya.
Nilai seketika muncul.
Batu Ujian yang sudah diserap Roh Pedangnya oleh Vernon masih tetap bisa bekerja, tetapi sepertinya telah kehilangan jiwanya, jadi tidak mengeluarkan ketajaman dan agesifitas seperti sebelumnya.
Setelah melihat nilainya, murid yang mencatat di sebelahnya mengumumkan hasilnya.
"Murid no 410, nilainya 2000, selanjutnya!"
Nilai ini sudah sangat bagus, kedua setelah Raizan dan Byako.
Tapi Vernon, yang membuat keributan besar, semua orang mengira dia akan sekali lagi membuat kehebohan.
Tanpa diduga, nilainya cuma 2000.
"Ternyata cuma 2000, kupikir dia bisa menyusul Senior Kiryu dan senior Byako."
"Kamu buta ya? Tidakkah kamu lihat bahwa dia cuma mengayunkan pukulan santai? Kalau dia mengayunkan pedangnya dan menggunakan Cakra Pedang, mungkin dia benar-benar bisa setara dengan dua senior sebelumnya."
"Tidak mungkin, dia cuma Alam Penggabungan Roh level satu, sedangkan kedua senior tadi sudah Alam Penggabungan Roh level enam."
"Ya, meskipun dia membuat kehebohan barusan, tapi dengan tingkat kekuatannya di sini, masih terlalu dini untuk mengejar kedua senior itu."
Tidak hanya para murid berdiskusi, Raizan juga berjalan ke arah Byako saat ini, bertanya sambil tersenyum "Bagaimana menurutmu tentang pemuda barusan?"
Byako menatap Raizan dengan sinis, dia menjawab "Sangat kuat, dia masih menyembunyikan kekuatannya."
"Oh, kamu juga bisa menebaknya, kulihat orang ini masuk Makam Pedang Api Langit sebagai Penjaga Makam setengah tahun yang lalu, dia bisa tumbuh dan berkembang sampai ke titik ini dalam setengah tahun, kalau pemuda itu diberi waktu setengah tahun lagi, dia pasti pasti meninggalkan kita berdua jauh di belakang." Raizan bicara.
"Penjaga Makam?!" Wajah tanpa ekspresi Byako menunjukkan sentuhan keterkejutan.
"Tidak bisa dipercaya." Kata Raizan.
“Sepertinya dia punya fisik yang langka.” Tatapan Byako menunjukan rasa iri.
“Saat dia benar-benar bangkit, Sekte Pedang Iblis kita akan kembali jaya.” Kata Raizan sambil tersenyum.
"Mungkin dia bisa mengalahkanmu kali ini!" Kata Byako sambil mengejek.
Raizan: "..."
Setelah satu jam.
Babak pertama dari ujian luar sekte telah selesai.
Raizan yang pertama, Byako yang kedua, Vernon yang ketiga...
Sebanyak seratus murid luar sekte lolos ke babak kedua.
Babak kedua adalah bertarung satu sama lain.
Sesuai peringkat 100 besar, mereka akan dikelompokkan dan bertarung satu sama lain di atas panggung, sampai akhirnya sepuluh besar peserta akan ditentukan.
Setelah pengelompokan, babak kedua dimulai.
Para murid naik ke panggung satu per satu untuk berkompetisi, masing-masing dari mereka menunjukkan kekuatan penuh dan ingin bersinar dalam kompetisi ini.
Suasana terus meningkat sampai ke titik tertinggi, sorakan terdengar keras.
Di antara para peserta top di sesi pertama, Vernon tampil lebih dulu.
Lawannya adalah seorang murid yang telah menyelesaikan puncak Alam Pemurnian Cakra, murid ini menempati peringkat ke-10 di babak pertama.
Setelah melangkah ke atas panggung, dia terlihat tidak puas.
Kenapa nasibnya sangat buruk.
Kebetulan bertemu dengan salah satu dari tiga orang yang paling tidak ingin dia lawan.
Dia lebih suka melawan senior Byako daripada menghadapi pendatang baru yang misterius ini.
"Mohon bimbingannya dari Senior." Kata murid itu dengan sopan.
Di dalam Sekte, orang dengan tingkat kekuatannya lebih tinggi biasa dipanggil senior.
"Siap." Kata Vernon dengan tenang.
Begitu dia selesai bicara, murid di seberang melesat maju dengan pedang.
Apa yang dipikirkan murid ini sangat sederhana.
Pertarungan akan diselesaikan dengan cepat.
Bagaimanapun, tingkat kekuatan miliknya tidak sebaik milik lawan, kalau dirinya ragu, akan terlalu menyakitkan kalau harus kalah telak.
Whoosh!
Jurus Pedang dipakai, tiga Cakra Pedang kuning ditebaskan ke arah Vernon dari posisi yang berbeda.
Murid itu sangat fokus, dia menyerang dengan jurus terbaiknya dari awal.
Dia menatap Vernon dengan seksama, ingin melihat bagaimana lawannya bertahan, hal ini dilakukan untuk melancarkan serangan berikutnya.
Tapi yang tidak dia duga adalah bahwa Vernon hanya menatapnya dengan santai, tanpa memikirkan arti pertahanan sama sekali.
Poof!
Disaat berikutnya.
Tiga tebasan Cakra Pedang mengenai tubuh Vernon.
Murid itu terkejut.
Ada juga seruan terdengar di tempat kejadian.
Tidak ada yang menyangka Vernon akan semudah itu diserang.
“Kalau hilang fokus dalam pertarungan, kamu pasti akan kalah!” Sebuah suara tiba-tiba terdengar dari belakang murid itu.
Murid itu tiba-tiba terkejut.
Tapi sebelum dia bisa berbalik.
Dia merasakan kekuatan besar datang, kemudian dia terhempas keluar dari panggung kompetisi.
Vernon menarik telapak tangannya dan berjalan turun dari panggung.
"Apa yang sudah terjadi, aku sama sekali tidak bisa melihat bagaimana dia bergerak."
"Apa yang baru saja dia lakukan sepertinya adalah jurus ‘Langkah Bayangan’."
"Tidak mungkin, bayangannya sangat realistis, sepertinya itu sangat nyata."
"Kecepatan ini, bahkan kalau aku yang menghadapinya, aku juga tidak akan bisa bereaksi."
Orang seperti itu, adalah budak?
Semua murid luar sekte terdiam ketika mereka memikirkan hal ini.
Kompetisi berlanjut, segera giliran senior Byako untuk bertarung.
Lawannya adalah murid peringkat keempat.
Setelah keduanya bertukar tiga serangan, sang murid merasa tidak kuat dan langsung menyerah.
Dia merasa sangat senang bisa bertahan tiga serangan di tangan senior Byako.
Pertandingan selanjutnya adalah penampilan Raizan.
Dia lebih baik, dia bertarung bolak-balik dengan murid lain, setelah bertukar lebih dari selusin serangan, Raizan menyerang dengan serius.
Sikap pria seperti itu menarik sorakan para murid luar sekte.
Setelah babak kompetisi, semua orang juga sadar.
Raizan, Byako dan Vernon yang misterius, kekuatan ketiga orang ini jauh melebihi para murid di tingkat yang sama.
Mereka sangat ingin tahu, kalau ketiga orang ini bertarung bersama, siapa yang lebih kuat dan siapa yang lebih lemah.
Terutama Vernon itu.
Setelah beberapa pertarungan, dia bahkan tidak pernah mengeluarkan pedangnya.
Hanya mengandalkan kecepatan dan tinjunya, tiada lawan yang bisa bertahan
Perbedaan kekuatan seperti itu membuat semua orang penasaran.
Seberapa kuat dia.
Akhirnya.
Setelah beberapa pertarungan lagi.
Vernon melawan Byako.
Semua murid luar sekte menatapnya dengan penuh semangat.
Dua orang naik ke atas panggung.
"Junior Vernon, mohon bantuannya." Kata Byako santai.
"Begitu juga dengan senior Byako." Jawab Vernon.
Di tempat di luar sekte.
“Jargozan, menurutmu siapa yang akan menang?” Tetua Akhuma bertanya dengan santai.
"Tetua Akhuma bercanda, meskipun Byako sangat kuat, tapi dia tetap tidak sekuat Vernon yang telah memahami pemadatan roh pedang." Tetua Jargozan memberikan pendapatnya sendiri.
“Tapi apa jadinya kalau bocah ini tidak memakai Roh Pedang?” Tetua Akhuma bertanya sambil tersenyum.
"Ah!? Tidak memakai Roh Pedang?"
Tetua Jargozan sedikit terkejut, lalu menjawab.
"Kalau Vernon tidak menggunakan Roh Pedangnya, dengan perbedaan tingkat kekuatan yang ada, akan sulit baginya untuk menahan serangan dari Byako."
"Selain itu, Byako menguasai jurus Pedang Api Liar, itu sangat cocok untuk menghadapi lawan yang cepat."
Tetua Akhuma tersenyum dan tidak berkata apa-apa.
Dia yakin akan hal itu.
Byako tidak bisa bertahan dari tiga serangan di tangan anak ini.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved