Bab 3 Memangnya Aku Sudi?

by Laurent Rando 16:27,Mar 25,2021

“Cepat ikut aku pergi cerai!”

Suara Tania dingin tak berperasaan, dia menatap Eric dengan penuh rasa benci.

Satu tahun yang lalu, ayahnya membawa pulang seorang pria dan menyuruhnya menikah dengan pria itu.

Bagaimana mungkin dia menikah dengan pria seperti itu?

Siapa dia Tania ?

Bagaimana mungkin suaminya adalah si buta yang tak berguna?

Oleh karena itu, Tania melawan.

Akan tetapi, ayahnya mengancam dengan nyawa, menyuruhnya untuk harus menikah dengan Eric.

Maka pada akhirnya, Tania hanya bisa setuju.

Namun setelah menikah, melihat Eric yang setiap harinya bersantai atau pergi ke taman untuk bertapa seperti Biksu, entah mengunci diri di dalam kamar dan tidak tahu sedang melakukan apa, Tania sangat kecewa terhadap pria ini.

Buta ya buta saja, tetapi bisa tidak jangan menjadi pria lembek dengan begitu terang-terangan dan setiap harinya berkeluyuran ke mana-mana.

Hari ini mendengar Ibu mengatakan bahwa Eric berpura-pura menjadi orang buta, Tania semakin jengkel padanya.

Eric mendongak menatap Tania, melihat perasaan benci yang pekat di dalam mata istrinya ini, amarah yang tertekan selama setahun pun meluap.

“Kamu kira aku sudi? Aku di rumahmu ini setiap harinya dihina, ditindas, bahkan makanan saja tidak sebaik anjing peliharaan ibumu itu. Kamu tidak ingin punya suami yang lembek? Aku pun tidak ingin menjadi pria duda, dasar wanita yang tidak bisa hidup lewat dari 24 tahun.”

“Apa katamu?” Wajah cantik Tania menjadi dingin, seperti hendak turun salju.

Sampah tak berguna ini masih berani mengutuknya mati?

“Cerai ya cerai saja, ayo pergi sekarang juga, jangan hanya omong kosong saja!”

Sambil berkata Eric bangkit berdiri dan berjalan keluar.

Tania tertegun, tidak menyangka Eric akan setuju.

Kemudian, hati Tania terasa girang, dia bergegas pergi keluar mengikutinya Eric.

Astuti juga sangat bergairah.

“Akhirnya Tania bisa bebas, akhirnya aku bisa cari lagi menantu yang bagus.”

Ketika Eric membuka pintu dan hendak berjalan keluar, ada seorang pria setengah baya yang berpakaian rapi yang berjalan masuk.

“Hhmm? Kalian pergi ke mana?”

Pria setengah baya itu tepat adalah ayah mertua dari Eric, Raden Abimanyu.

Tania berkata dengan dingin, “Cerai!”

“Cerai?” Raden tertegun, lalu dia berkata dengan marah, “Apa-apaan ini!”

Tania menunjuk Eric dan berkata dengan gusar, “Ayah, dia pura-pura buta, dia itu penipu, dia datang ke rumah kita pasti ada tujuan lain.”

Tania mengira setelah mendengar bahwa Eric berpura-pura menjadi orang buta, ayahnya pasti akan marah besar.

Akan tetapi, Raden menatap Eric dengan penuh bergairah, dia berkata dengan kaget, “ Eric, matamu benar-benar sudah sembuh? Bagus sekali, bagus sekali.”

Tania dan Astuti termangu.

“ Raden, otakmu rusak lagi? Dia tidak buta, dia bohongi kita!” Astuti menatap Raden dan memarahinya dengan tidak senang.

Raden memelototi Astuti, lalu dia berkata, “ Eric bukan orang buta, bukannya lebih bagus?”

“Tetapi….” Astuti benar-benar kehabisan kata-kata, kenapa suaminya ini bersikeras menerima menantu matrilineal ini?

“Oh iya, dia tidak hanya pura-pura buta, dia masih kutuk Tania tidak bisa hidup lewat dari 24 tahun.” ujar Astuti.

Raden tertegun, lalu dia menatap Astuti dengan tatapan membara dan bertanya, “Apa katamu?”

Melihatnya, hati Astuti terasa girang, dia bergegas berkata, “ Eric kutuk Tania tidak bisa hidup lewat dari 24 tahun.”

Lalu Astuti menatap erat pada Raden.

Dia mengira Raden akan meledak marah.

Akan tetapi, Raden memegangi bahu Eric dengan tangan gemetaran, dia bertanya, “Kamu benar-benar berkata seperti itu?”

Eric mengangguk.

Kemudian, Raden langsung menarik Eric ke lantai atas, serta memerintahkan tidak ada orang lain yang boleh naik ke atas.

Begitu masuk ke dalam ruangan, Raden bertanya dengan cemas, “ Eric, tadi kamu bukan hanya asal berkata saja kan?”

Dalam mata Eric terlintas akan sinar ganjil, dia berkata, “Bukan asal berkata saja.”

Mendengarnya, badan Raden bergidik dengan bergairah, matanya pun berair dan dia bergumam sendiri, “ Dewa Tua tidak bohongi aku, Dewa Tua tidak bohongi aku.”

Lalu dia menatap Eric dan berkata dengan semangat, “ Eric, kamu harus selamatkan Tania.”

Eric tertegun, lalu dia berkata, “Bagaimana kamu tahu aku bisa selamatkan dia?”

“Kata Dewa Tua.” Ketika membicarakan Dewa Tua, dalam mata Raden membawa rasa hormat, dia berkata, “Kata Dewa Tua, hanya kamu yang bisa selamatkan dia.”

Dewa Tua ?

Eric tertegun.

Jangan-jangan Kakek Tua itu?

“ Eric, kamu harus selamatkan Tania, dia masih begitu muda, masih belum nikmati hidup dengan baik.” ujar Raden dengan tulus.

Tania memiliki sindrom dingin sejak lahir, dari kecil pun Raden sudah membawanya pergi berobat ke berbagai dokter terkemuka, tetapi semuanya mengatakan tidak dapat disembuhkan.

Kemudian, Raden bertemu dengan seorang Peramal Tua di kaki gunung. Begitu melihat Tania, ekspresi Peramal Tua menjadi serius.

Peramal Tua mengatakan, Tania sudah dirasuki oleh energi dingin ketika di dalam kandungan ibu. Setiap pada tahun shionya, energi dingin di dalam tubuh Tania akan meluap, membuat sekujur tubuhnya menjadi dingin seperti es, bahkan pingsan.

Selain itu… Tania tidak mampu melewati tahun shio keduanya.

Awalnya Raden tidak percaya, apa-apaan dirasuki oleh energi dingin, terdengar abstrak sekali, jangan-jangan hanya tipuan saja.

Namun pada hari ulang tahun Tania yang ke-12, tiba-tiba sekujur tubuh Tania memancarkan hawa dingin lalu langsung pingsan.

Pingsan selama tujuh hari.

Raden mulai mempercayai perkataan Peramal Tua, namun dia tidak pernah mengungkit perkataan Peramal Tua pada siapapun.

Diam-diam Raden mulai mencari Peramal Tua, hingga satu tahun yang lalu, dia berhasil menemukan Peramal Tua.

Peramal Tua menyuruhnya membawa Eric pulang sebagai menantu matrilineal, serta mengatakan hanya Eric yang bisa menyelamatkan putrinya.

Pada waktu itu Raden pun termangu.

Membiarkan seorang pria buta menjadi menantunya?

Pria itu bisa menyelamatkan putrinya?

Dalam hati Raden sangat mencurigai, namun dia tetap memilih untuk mempercayai perkataan Peramal Tua.

Hari ini ketika mendengar mata Eric tidak buta, dia juga termangu.

Dia tahu Eric bukan berpura-pura buta, melainkan benar-benar sudah sembuh.

Dalam hatinya sangat bergairah, dia merasa perkataan Peramal Tua mungkin benar.

Lalu tadi ketika mendengar perkataan Astuti, dia semakin yakin.

Eric mungkin benar-benar bisa menyembuhkan penyakit putrinya.

“Bukannya aku tidak ingin, tetapi sekarang aku juga tidak bisa sembuhkan.” Eric berkata dengan tak berdaya sambil menatap Raden.

Selama setahun ini, selain Mbok Ismeh, hanya ada Raden yang melindunginya.

“Tidak bisa sembuhkan?” Raden tertegun, lalu dia bergegas bertanya, “Kenapa?”

Melihat Raden yang cemas, Eric berkata menenangkannya, “Juga bukannya tidak bisa, lebih tepatnya, sekarang aku masih belum bisa.”

Jika ingin menyembuhkan penyakit Tania, ada banyak hal yang perlu disiapkan, tetapi ada dua persyaratan yang paling utama.

Pertama, harus berlatih Ilmu Sakti hingga tingkatan kedua; Kedua, harus menempa satu set Segel Ilmu Sakti.

Kedua hal ini, tidak boleh kurang satupun.

Raden menghela napas dalam hati, dia berkata pelan, “Kalau begitu tidak perlu cemas, asalkan bisa sembuhkan Tania sebelum hari ulang tahunnya yang ke-24.”

Eric bergeleng, “Takutnya kamu akan kecewa.”

Download APP, continue reading

Chapters

95