Bab 11 Berani berselingkuh?

by Laurent Rando 10:30,Mar 27,2021
“ Kak, jangan menggodaku. ”

Itu adalah suara Tania dari dalam ruangan.

Tatapan Eric menajam dan hatinya penuh dengan amarah.

Dasar, beraninya dia berselingkuh!

Eric menendang pintu hingga terbuka. Dia ingin melihat pria mana yang berani datang ke rumahnya untuk menggoda istrinya.

Tiba-tiba, ekspresi wajah Eric membeku.

Karena tidak ada pria lain di ruang tamu.

Hanya ada Tania seorang.

Dia sedang menelepon.

“ Kak, bagaimana bisa aku sepadan denganmu? Dulu ketika di sekolah, kamu adalah seorang tokoh yang hebat. ” Ekspresi wajah Tania terlihat malu-malu.

Meskipun tidak ada yang tertangkap di tempat kejadian, tetapi ekspresi wajah Eric terlihat lebih muram ketika melihat ekspresi wajah Tania.

Dasar, biasanya dia selalu bersikap dingin denganku.

Tetapi sekarang dia malah berbicara dengan kakak kelasnya sambil tersenyum malu.

Eric terlihat sangat kesal.

Melihat Eric berdiri di depannya dengan wajah muram, Tania mengerutkan keningnya dan berkata : “ Kak, sampai di sini dulu ya, kita mengobrol lagi di lain waktu. ”

Dengan itu, dia menutup teleponnya, lalu menatap Eric dengan tatapan dingin dan berkata : “ Ada apa? ”

Eric menatapnya dan bertanya : “ Siapa itu? ”

Tania meliriknya dan berkata : “ Apa hubungannya denganmu? ”

Mendengar perkataanya, Eric sangat marah dan mencibir : “ Tania, jangan keterlaluan ya. Jangan lupa bahwa kamu sudah punya suami. ”

Setelah Eric selesai berbicara, Tania berdiri sampai menarik nafas panjang dan kemudian meraung : “ Eric, jangan lupa bahwa kamu hanyalah seorang menantu yang tidak berguna. Kamu tidak layak menjadi suamiku. ”

Eric tersenyum menyeringai dan kemudian berkata : “ Jika bukan karena ayahmu, apakah kamu mengira bahw aku menginginkannya? ”

Melihat Eric membahas tentang masalah ayahnya lagi, Tania sangat marah dan berkata : “ Apa yang bisa kamu lakukan selain mengancamku dengan ayah? Benar-benar seorang pecundang. ”

Tania bahkan merasa lebih kesal ketika memikirkan masalah Ahong malam ini.

“ Dasar pecundang, kamu telah mengacaukanku. ”

Tania memandang Eric dengan tatapan jijik dan kemudian berbalik dan naik ke atas.

Eric melihatnya dari jauh dan merasa sangat marah.

Dasar, aku telah menyelamatkanmu, tetapi kamu malah mengatakan bahwa aku telah mengacaukanmu?

Terlebih lagi, kamu malah berbicara dengan kakak kelas seperti itu.

Gila!

Ketika kembali ke kamar, Eric tidak ingin berlatih lagi dan langsung tidur.

Keesokan paginya, begitu Eric keluar dari kamar, dia melihat Nadia sedang bersiap untuk turun ke bawah.

Ketika melihat Eric, dia langsung mendengus kesal.

“ Bajingan! ”

Eric tidak berkata apa-apa. Mengetahui kejadian tadi malam di kamar mandi, dia benar-benar telah menyinggung adik ipar ini.

Sesampainya di ruang makan, Eric tidak melihat Tania dan hanya ada Astuti sedang sarapan sendirian.

Seperti biasa, Astuti memandang Eric dengan jijik, lalu menundukkan kepalanya untuk melanjutkan sarapannya.

“ Nak, kamu sudah bangun? Ayo sarapan. ”

Melihat Eric turun, Mbok Ismeh pun hendak mengambilkan bubur untuk Eric.

Namun, Astuti langsung memelototinya dan berkata dengan marah : “ Apakah kamu tidak punya otak? Apakah kamu sudah memberi makan Doggy ? ”

Doggy adalah anjing peliharaan Astuti.

Setiap kali makan, selama ada Astuti di sana, dia pasti meminta Mbok Ismeh untuk memberi makan anjing peliharaannya terlebih dulu dan kemudian baru boleh mengambilkan nasi untuk Eric.

Dan Eric juga tidak boleh duduk di meja makan. Dia hanya membiarkannya duduk di bangku kecil di samping.

Mbok Ismeh ragu sejenak dan kemudian bertanya dengan hati-hati : “ Mata Tuan Muda sudah baik-baik saja. Bukankah ini... ”

“ Tuan Muda apa? ” Astuti sangat marah, kemudian melirik Eric dan berkata : “ Dia hanyalah seorang menantu yang tinggal di rumah kita. Meskipun dia tidak buta, dia juga tidak bisa melakukan apa-apa. ”

“ Tidak perlu Mbok Ismeh, aku akan keluar makan. ” Eric berkata kepada Mbok Ismeh sambil tersenyum.

Dulu dia buta, jadi dia tidak ada pilihan lain.

Tetapi kenapa sekarang dia harus menahan amarah ini?

Di luar ada cakue dan susu kedelai, dan itu sama-sama lezat.

“ Hm, lebih baik keluar makan, tidak perlu menyia-nyiakan makanan di rumah ini. ” Astuti memandang Eric dengan jijik.

Qinghao sangat kesal, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa.

Begitu Eric keluar, dia melihat Nadia sedang mengendari mobil BMW mini keluar dari garasi.

Tiba-tiba, mobil itu datang ke arahnya dengan cepat, lalu berbelok tajam di depan Eric.

“ Ah, mobil ini sudah harus dibawa ke bengkel, sepertinya sudah sedikit rusak. ”

Di dalam mobil, Nadia mengerutkan bibirnya dengan ekspresi marah di wajahnya.

Melihat sikap Nadia, Eric sangat ingin menarik gadis ini keluar.

Nadia menurunkan jendela mobilnya dan melihat wajah tertekan Eric, lalu tersenyum dan kemudian menginjak pedal gas dan pergi.

“ Adik ipar. ”

Melihat wajahnya, Eric pun tidak bisa berkata-kata.

Tiba-tiba, dia teringat sesuatu dan kemudian berteriak : “ Adik ipar, sepertinya rambut rontokmu sudah semakin parah, jangan lupa menggunakan sampo penumbuh. ”

Di dalam mobil, Nadia tertegun dan kemudian teringat dengan kejadian tadi malam ketika Eric memandangnya di dalam toilet.

Dia langsung mengerti apa maksud dari perkataan Eric.

Wajah cantiknya langsung berubah menjadi kesal.

“ Eric, dasar bajingan! ”

Nadia marah, dan kemudian mobil melaju dengan cepat.

Di belakang, sudut mulut Eric sedikit terangkat dan tersenyum.

Siapa suruh dia begitu sombong.

“ Ohya, apakah dia sudah membalasnya? ”

Eric segera mengeluarkan ponselnya dan membuka TOGE21.

“ Belum balas? ” Eric merasa sangat disayangkan.

Keluar dari pintu, belok kanan dan Eric naik bus no. 11 untuk pergi ke Grup Samporna milik Tania.

Di depan pintu, tidak ada penjaga keamanan yang meremehkannya dan sebaliknya, mereka sangat ramah dan membantu Eric untuk memandu jalannya.

Eric mengucapkan terima kasih dan langsung berjalan ke ruangan presiden.

Begitu Eric memasuki ruangan, dia melihat Tania sedang duduk di depan meja kerjanya.

Ketika Tania melihat Eric, dia pun langsung menunjukkan ekspresi jijiknya.

Terlebih lagi ketika dia teringat dengan kejadian tadi malam, Tania terlihat semakin membenci Eric.

Kamu sudah cukup tidak berguna, tetapi kenapa kamu malah mengacaukan urusanku lagi.

“ Pergi ke HRD untuk register, lalu pergi ke departemen pemasaran untuk bekerja. ” Tania berkata dengan dingin.

“ Departemen pemasaran? ” Eric tertegun sejenak, lalu berkata dengan heran : “ Bukan menjadi penjaga keamanan ataupun supirmu? ”

Mendengar perkataan Eric, Tania menghela nafas.

Dasar pecundang, kenapa masih tidak ada kemajuan.

“ Keluar! ” Tania menunjuk ke pintu dan meraung.

“ Apakah kamu mengira aku ingin bersama denganmu? Sama seperti sepotong es.”

Eric bergumam dan kemudian pergi meninggalkan ruangan Tania. Setelah register di HRD, Eric pergi ke departemen pemasaran grup 2 di lantai 16.

.....

Pada saat ini, Kevin mengenakan setelan jas dan rambutnya disisir rapi. Dia berjalan di perusahaan dengan senyuman hangat di wajahnya.

Hari ini, dia sedang dalam suasana hati yang baik. Karena jika tidak ada kendala, maka hari ini kantor pusat akan mengirimkan dokumen dan mengumumkan bahwa dia diangkat menjadi manajer umum cabang Heaven.

Sepanjang jalan, semua orang di perusahaan menyapanya sambil tersenyum, dan Kevin mengangguk seperti seorang pemimpin.

Pada saat ini, seorang wanita dengan pakaian formal datang menyampiri Kevin dan berkata : “ Kak Boni, Direktur Risna meminta anda untuk pergi ke ruangannya. ”

Direktur Risna adalah supervisor cabang Heaven yang dikirim oleh kantor pusat.

Ketika mendengar perkataan wanita itu, Kevin merasa sangat senang.

Apakah dokumennya sudah datang?

Download APP, continue reading

Chapters

95