Bab 3 Berjumpa Kembali dengan Polisi Wanita

by King Roner 10:27,Oct 10,2021
Mungkin tidak ada namanya kesetaraan bagi pria dan wanita, pasti akan ada wanita yang bersabar saat mereka dilecehkan, hanya bisa memarahi diri sendiri lagi sial, ini juga akan membuat para pria mesum semakin berani.

Orang yang dikasihani pasti ada sisi yang dibenci.

Kira-kira seperti ini!

Jadi di saat wanita ini tidak berencana meminta bantuan, Maxwell pun benar-benar tidak berencana membantu, sepertinya akan menerima segala ini dan menahan emosi.

Namun, Maxwell sudah meremehkan wanita ini, di saat dia mengira wanita ini akan bersabar, mendadak terdengar suara tamparan yang nyaring.

Pria paruh baya yang melakukan perbuatan mesum pada wanita tersebut pun terdiam, tapi rasa sakit seolah-olah mengingatkan bahwa dia benar-benar ditampar.

”Wanita jalang!” Dia langsung memarahi, “Aku susah-susah mencari uang di luar, kamu malah mengkhianatiku!”

Tidak menyangka pria paruh baya mesum ini mendadak berkata seperti ini, wanita yang menamparnya pun tercengang, “Tidak, aku sama sekali tidak mengenalmu!”

”Diam, kamu masih merasa kurang memalukan? Hari ini menipuku bilang pergi kerja, tapi pergi berjumpa dengan kekasih gelap, sekarang ikut aku pulang!” Saat ini, bus kota sudah sampai di terminal akhir, pria paruh baya mengulurkan tangan menangkap pergelangan wanita tersebut.

Wanita ini pun kaget, karena sudah tidak ada ruang untuk mundur dan menghindar pun tidak sempat.

Tapi di saat ini, mendadak sebuah tangan mengulur keluar dari belakangnya, langsung menangkap pergelangan tangan pria paruh baya tersebut.

Reaksi pria paruh baya tersebut sangat cepat, langsung memarahi, “Dasar kekasih gelap! Tidak menyangka adalah kamu, kalian benar-benar tidak tahu malu!” Sambil berkata, dia ingin menarik kembali tangannya, tapi malah menyadari, tenaga menggenggam tangannya sangat kuat, dia tidak bisa bergerak.

”Kekasih gelap! Cepat lepaskan!” Pria paruh baya ini mulai bingung.

Maxwell mencibir dan berkata, “Sekali dilihat sudah sangat pengalaman, pasti sudah banyak wanita yang menjadi korban. Di bus kota juga berani bertindak, benar-benar sampah masyarakat!”

”Lepaskan! Jika tidak aku akan memanggil orang!” Pria paruh baya ini meskipun sedikit kaget, tapi mental sangat kuat. Hanya saja tidak peduli dia bagaimana menarik tidak bisa lepas dari tangannya, bahkan semakin kuat dia menarik, maka genggaman akan semakin erat.

Tidak memedulikan perkataannya, tatapan Maxwell tertuju pada wanita tersebut, dia pun membalas dengan tatapan terima kasih. Penumpang di samping langsung merasa ada yang tidak beres, menelepon polisi.

Melihat kondisi ini, pria paruh baya semakin panik, terus sekuat tenaga menarik, tapi tidak berhasil. Membuat dia semakin emosi menendang ke arahnya, “Mati sana!”

”Ahh!” Wanita yang ada di samping Maxwell menjerit, tapi tidak sempat menghentikan.

Hanya saja hal yang diharapkan tidak terjadi, tidak menyangka Maxwell mengangkat kaki menahan tendangannya. Lalu hanya terdengar suara teriakan pria paruh baya, badan pun tumbang ke belakang, hanya saja pergelangan tangan digenggam Maxwell, badan pun tertarik ke depan. Saat ini, Maxwell langsung menendang lututnya, dia pun langsung bertekuk lutut di lantai.

Melihat sepertinya terjadi sesuatu, sopir bus tidak langsung membuka pintu. Penumpang baru melapor polisi, dalam tiga menit sudah melihat seunit mobil polisi berhenti di samping.

Emma turun dari mobil polisi, tadi dia yang berencana kembali ke kantor polisi mendengar ada laporan dan kebetulan ada di sekitar pun bergegas kemari.

”Apa yang terjadi?” Dia membawa dua rekan masuk ke bus kota.

”Polisi, orang ini terus menggangguku di bus kota, lalu...” Wanita yang dilecehkan pun langsung menjelaskan.

Namun, pria paruh baya yang berlutut di lantai malah dengan nada kuat berkata, “Polisi jangan percaya dengan dia. Dia diam-diam bertemu kekasih gelap dan tertangkap basah olehku. Kekasih gelapnya malah beraninya memukulku!”

”Hah?” Emma mengerutkan kening, tatapan yang tertuju pada wanita tersebut, melirik sekilas pria paruh baya lalu tertuju pada pria remaja yang berdiri di samping.

Kenapa pria ini dia begitu familiar?

”Semuanya turun.” Emma pun tidak banyak berkata, lalu menoleh ke rekan yang ada di samping dan berkata, “Kamu pergi ambil video CCTV bus kota.”

”Polisi, aku juga?” Ekspresi Maxwell sedikit jelek, terutama saat melihat polisi wanita ini, sangat terkejut.

Emma mengerutkan kening, “Turun!”

”Iya, iya. Turun ya turun, kamu jangan galak-galak.” Maxwell menaikkan bahu, cukup kaget di sini bisa berjumpa dengan polisi wanita ini, tapi hari itu dirinya juga ada penyamaran di bagian muka, dia pasti tidak akan bisa mengenal, juga tidak perlu khawatir.

”Ikut kami ke kantor polisi.” Temperamen Emma belakangan ini sangat tinggi, tekanan dari berbagai sisi membuat dia sangat tertekan dan dia tidak suka menangani kasus di tempat umum.

”Aku...” Pria paruh baya saat ini ketakutan hingga kaki pun lemas, ingin mengatakan tidak mau, tapi tidak berani.

Maxwell dan wanita itu turun dari bus, “Terima kasih, namaku Yasmin Wang, kamu?”

”Maxwell Luo.” Melihat dia mengulurkan tangan, Maxwell pun bersalaman dengan dia. Tangan yang mulus ini, sangat lembut, membuat Maxwell tidak ingin melepaskannya. Tapi wanita yang dijumpai Maxwell beberapa tahun ini sangat banyak, jadi dia masih bisa mengendalikan diri.

Namun, wanita ini termasuk wanita yang lebih baik dari wanita lain yang pernah dirinya jumpai. Terutama hawa yang dia pancarkan, kelihatan sedikit lembut, tapi dengan serius mengamati dalam kelembutan ini ada keyakinan yang kuat. Tinggi Maxwell ada 183 sentimeter, menundukkan kepala sedikit, dia lebih pendek satu kepala, sekitar 168 sentimeter.

Rambut panjang membuat dia semakin cantik, wajah sangat cantik, meskipun tidak termasuk cantik sekali tapi enak dipandang, terutama di saat senyum sangat mempesona.

Terutama mendekati dia, ada aroma wangi membuat orang terlelap.

”Mery, kamu bawa nona ini menulis catatan kepolisian. Kamu, ikuti aku.” Saat ini ekspresi Emma sangat dingin, sangat susah menebak isi hatinya.

Yasmin dengan nada kecil berkata pada Maxwell, “Maaf, sudah merepotkanmu.”

”Tidak apa-apa, yang sebenarnya menolong kamu adalah dirimu sendiri. Jika waktu di bus kota kamu tidak melawan, aku juga malas ikut campur.” Maxwell tersenyum, juga tidak takut karena berkata demikian membuat dia marah, mungkin hanya akan berjumpa sekali, ke depannya juga tidak mungkin bisa berjumpa lagi.

Dibawa Emma, Maxwell mengerutkan kening, ini mana tempat untuk catatan kepolisian, ini adalah ruang interogasi!

”Masuk!” Melihat Emma dengan tegas mendorong Maxwell masuk ke dalam.

Tapi Maxwell berdiri di pintu, merasa tidak berdaya, ini membuat Emma merasa aneh, “Duduk di sini!”

”Baik! Baik! Baik!” Maxwell pun kaget dan segera duduk di depan Emma, tapi kelihatan sangat serius, sebenarnya bisa melihat dia berusaha menenangkan hati, ekspresi tidak bisa membohonginya.

Apakah dirinya sudah mencurigai orang yang salah? Pria yang ada di depannya sama sekali bukan orang yang dia jumpai di hari itu.

Emma melihat Maxwell yang ada di depannya, hati pun mulai menebak. Sebenarnya ini sangat aneh, Emma bisa melupakan wajah orang itu hanya dalam beberapa hari. Ini ada yang aneh, Emma pun mengerti jelas.

”Siapa namamu!”

”Maxwell Luo, ini Kartu Identitasku.”

”Hah?” Pertama kali melihat orang begitu mudah diajak kerja sama, Emma semakin mencurigai pemikirannya, mungkin hanya sedikit mirip saja. Orang ini sama sekali tidak ada aura seperti orang waktu itu. Meskipun dia pandai teknik penyamaran, tapi aura pasti tidak bisa disembunyikan.

Melihat kartu identitasnya, Emma mencatat, tanpa basa-basi, “Coba ceritakan apa saja yang terjadi.”

”Ceritanya seperti ini, waktu aku di bus, melihat pria paruh baya mesum itu melecehkan wanita cantik, semua orang hanya diam! Aku tentu saja tidak akan diam, pun berkelahi dengannya.”

Cerita Maxwell ini sama seperti video CCTV bus kota, tapi tatapan mata Emma terus tertuju pada Maxwell dan tidak berbicara.

Download APP, continue reading

Chapters

80