Bab 5 Kenapa perbedannya sangat besar (2)
by Riski saputro
15:38,Dec 04,2019
"Disini."
Tiba - tiba, sebuah suara dingin yang enak didengar datang dari belakang Jilson.
Jilson berbalik kepala, melihat Monika menggandeng tangan Angel, berdiri di jalan di belakangnya dengan dingin melihatnya. Angel membawa tas, dengan muka yang merasa bersalah.
Mati...
Hati Jilson dingin lagi.
"Ayo." sepasang mata Monika yang dingin dan terang melihat kearah Jilson, matanya penuh dengan ketidaksukaan.
"Iya." Jilson sedih, duduk masuk kedalam pikap pengangkut kecil dan menghidupkan mobil, dan mengikuti mobil Monika pulang ke rumah.
Setelah sampai rumah, Monika tidak berbicara dengan Jilson, setelah membawa Angel mandi, kemudian membawa Angel makan dengan diam duduk di meja makan. Sepasang mata Angel yang hitam berputar dan mengintip diri sendiri, Jilson berpikir sesaat dan duduk disebelahnya, dengan suara rendah berkata, "Aku hari ini ada sedikit masalah makanya lupa menjemput Angel pulang, maaf..."
"Aku sama sekali tidak pernah bergantung padamu." Monika menggunakan sumpit mengambil sayur masuk ke dalam mulut yang lembut dengan tanpa ekspresi.
"Iya...." melihat ekspresi Monika yang dingin seperti tidak ingin berbicara dengannya, Jilson duduk dengan diam di sebelahnya.
Disaat ini Monika sudah ganti baju, bagian atas dia memakai kaos longgar putih, bagian bawah memakai celana pendek yang longgar, sepasang kaki putih yang panjang dan kurus. Jilson mengintip kaki Monika yang panjang dan cantik, berpikir diri sendiri telah membuat kesalahan yang membuat Monika marah, hari ini ingin mengambil keuntungan darinya itu tidak akan dapat.
Jilson jomblo selama dua puluh lima tahun, semenjak dia mengambil keuntungan dari Monika, bagian dalam hatinya seperti terbuka sebuah ruang, berubah menjadi sesuatu yang tidak bisa dikendali, sebuah pemikiran yang pelan - pelan menjadi kuat.
Bagaimana Jilson bisa punya mobil, bagaimana bisa dia menyetir mobil, Monika tidak bertanya apa - apa. Dirinya semenjak diambil keuntungan oleh Jilson, dalam hatinya selalu ada kegelisahan yang tidak bisa dijelaskan, perasaan penghinaan yang tidak bisa dikatakan. Dia makin lama makin membenci pria dihadapannya, berpikir sebelumnya keterlaluan, bahkan berharap pria ini lari dari rumah, selamanya tidak muncul dihadapannya.
Disaat ini, ponsel Monika berdering.
"Monika, beritahu kamu satu hal besar, hal besar yang sangat mengerikan !" Fanny berkata.
"Kenapa ?" Monika bertanya dengan santai.
"Siang hari bukannya aku ada berkata padamu, ada orang yang bernama Jilson Lee, apakah dia mengambil data buronan dalam sepuluh tahun ini ?dia benar - benar melakukannya, meskipun dia tidak menangkap semua ketiga belas buronan itu, tapi dalam setengah hari dia sudah menangkap tujuh. Ya Tuhan, kamu bilang dia mengerikan atau tidak !" Fanny bersorak dengan heboh.
"Apa !?" raut mata Monika tercengang.
"terpidana yang kabur selama sepuluh tahun totalnya ada tiga belas, dia telah berhasil menangkap tujuh orang. Ketua masih ada sedikit tidak percaya, setelah melewati pemeriksaan DNA, sudah sepenuhnya yakin, ketujuh orang ini adalah buronan yang kabur selama sepuluh tahun ini. Dan juga dalam tujuh orang ini, empat orang adalah pidana pembunuh, satu adalah pidana pemerkosaan, dua adalah pidana pencuri, mereka ada yang saat kabur membawa pistol. Monika, Jilson juga sangat tampan." Fanny makin berkata makin heboh, akhirnya heboh sampai hampir menangis.
"Haha, aku tidak tertarik dengan Jilson ini tampan atau tidak, aku malah tertarik dengan kemampuannya." Monika tertawa.
"Iya, rasanya dia sangat hebat. Umurnya harusnya tidak tua, harusnya dua puluh lima tahun. Monika, tidak ngobrol lagi, ketua sudah melototiku. Sekarang kantor polisi sangat sibuk, Jilson itu sekali menangkap tujuh pidana, kita ada banyak catatan dan kasus tertutup yang harus ditulis..." Fanny mengakhiri panggilan telepon .
"Jilson ?" Monika dengan ringan berkata nama tersebut, dengan pelan meletakkan ponsel.
"Uhuk.. uhuk ! ehmm ehmm !" Jilson batuk dan langsung bangun terduduk.
Dia sudah yakin, karena Monika adalah istrinya, dia beneran harus mengambil Monika, beneran menjadi suaminya.
Dirinya sendiri sudah jomblo dua puluh lima tahun, Monika tidak salah, harus mengakhiri jomblo dirinya.
Dan sekarang teman kerja Monika dan dirinya sedang memujinya, bagaimana mungkin dia bisa tidak senang ?
Kalau Monika tahu Jilson adalah dirinya, hanya takut akan segera masuk kamar dan melakukan hal yang tidak bisa dijelaskan.
"Kamu berteriak apa ?" Monika tiba - tiba dengan dingin melihat Jilson.
"Tidak apa - apa." wajah Jilson yang senang sudah merah, tersenyum melihat Monika.
"Haha..." Monika tertawa dingin.
Tidak mempedulikannya lagi, Monika lanjut mengambil sumpit dan makan. Beberapa menit kemudian, Monika baru mengkerutkan alis sedikit, dengan ekspresi yang tidak suka berkata, "Sama - sama bermarga Lee, sama - sama pria, ada orang yang perbedaannya cukup besar."
Mendengar perkataan Monika, Jilson...
Hanya merasakan dadanya tersumbat, Jilson hampir muntah darah.
Melihat wajah Monika yang cantik, wajahnya dalam sesaat penuh dengan tanpa harapan.
Tiba - tiba, sebuah suara dingin yang enak didengar datang dari belakang Jilson.
Jilson berbalik kepala, melihat Monika menggandeng tangan Angel, berdiri di jalan di belakangnya dengan dingin melihatnya. Angel membawa tas, dengan muka yang merasa bersalah.
Mati...
Hati Jilson dingin lagi.
"Ayo." sepasang mata Monika yang dingin dan terang melihat kearah Jilson, matanya penuh dengan ketidaksukaan.
"Iya." Jilson sedih, duduk masuk kedalam pikap pengangkut kecil dan menghidupkan mobil, dan mengikuti mobil Monika pulang ke rumah.
Setelah sampai rumah, Monika tidak berbicara dengan Jilson, setelah membawa Angel mandi, kemudian membawa Angel makan dengan diam duduk di meja makan. Sepasang mata Angel yang hitam berputar dan mengintip diri sendiri, Jilson berpikir sesaat dan duduk disebelahnya, dengan suara rendah berkata, "Aku hari ini ada sedikit masalah makanya lupa menjemput Angel pulang, maaf..."
"Aku sama sekali tidak pernah bergantung padamu." Monika menggunakan sumpit mengambil sayur masuk ke dalam mulut yang lembut dengan tanpa ekspresi.
"Iya...." melihat ekspresi Monika yang dingin seperti tidak ingin berbicara dengannya, Jilson duduk dengan diam di sebelahnya.
Disaat ini Monika sudah ganti baju, bagian atas dia memakai kaos longgar putih, bagian bawah memakai celana pendek yang longgar, sepasang kaki putih yang panjang dan kurus. Jilson mengintip kaki Monika yang panjang dan cantik, berpikir diri sendiri telah membuat kesalahan yang membuat Monika marah, hari ini ingin mengambil keuntungan darinya itu tidak akan dapat.
Jilson jomblo selama dua puluh lima tahun, semenjak dia mengambil keuntungan dari Monika, bagian dalam hatinya seperti terbuka sebuah ruang, berubah menjadi sesuatu yang tidak bisa dikendali, sebuah pemikiran yang pelan - pelan menjadi kuat.
Bagaimana Jilson bisa punya mobil, bagaimana bisa dia menyetir mobil, Monika tidak bertanya apa - apa. Dirinya semenjak diambil keuntungan oleh Jilson, dalam hatinya selalu ada kegelisahan yang tidak bisa dijelaskan, perasaan penghinaan yang tidak bisa dikatakan. Dia makin lama makin membenci pria dihadapannya, berpikir sebelumnya keterlaluan, bahkan berharap pria ini lari dari rumah, selamanya tidak muncul dihadapannya.
Disaat ini, ponsel Monika berdering.
"Monika, beritahu kamu satu hal besar, hal besar yang sangat mengerikan !" Fanny berkata.
"Kenapa ?" Monika bertanya dengan santai.
"Siang hari bukannya aku ada berkata padamu, ada orang yang bernama Jilson Lee, apakah dia mengambil data buronan dalam sepuluh tahun ini ?dia benar - benar melakukannya, meskipun dia tidak menangkap semua ketiga belas buronan itu, tapi dalam setengah hari dia sudah menangkap tujuh. Ya Tuhan, kamu bilang dia mengerikan atau tidak !" Fanny bersorak dengan heboh.
"Apa !?" raut mata Monika tercengang.
"terpidana yang kabur selama sepuluh tahun totalnya ada tiga belas, dia telah berhasil menangkap tujuh orang. Ketua masih ada sedikit tidak percaya, setelah melewati pemeriksaan DNA, sudah sepenuhnya yakin, ketujuh orang ini adalah buronan yang kabur selama sepuluh tahun ini. Dan juga dalam tujuh orang ini, empat orang adalah pidana pembunuh, satu adalah pidana pemerkosaan, dua adalah pidana pencuri, mereka ada yang saat kabur membawa pistol. Monika, Jilson juga sangat tampan." Fanny makin berkata makin heboh, akhirnya heboh sampai hampir menangis.
"Haha, aku tidak tertarik dengan Jilson ini tampan atau tidak, aku malah tertarik dengan kemampuannya." Monika tertawa.
"Iya, rasanya dia sangat hebat. Umurnya harusnya tidak tua, harusnya dua puluh lima tahun. Monika, tidak ngobrol lagi, ketua sudah melototiku. Sekarang kantor polisi sangat sibuk, Jilson itu sekali menangkap tujuh pidana, kita ada banyak catatan dan kasus tertutup yang harus ditulis..." Fanny mengakhiri panggilan telepon .
"Jilson ?" Monika dengan ringan berkata nama tersebut, dengan pelan meletakkan ponsel.
"Uhuk.. uhuk ! ehmm ehmm !" Jilson batuk dan langsung bangun terduduk.
Dia sudah yakin, karena Monika adalah istrinya, dia beneran harus mengambil Monika, beneran menjadi suaminya.
Dirinya sendiri sudah jomblo dua puluh lima tahun, Monika tidak salah, harus mengakhiri jomblo dirinya.
Dan sekarang teman kerja Monika dan dirinya sedang memujinya, bagaimana mungkin dia bisa tidak senang ?
Kalau Monika tahu Jilson adalah dirinya, hanya takut akan segera masuk kamar dan melakukan hal yang tidak bisa dijelaskan.
"Kamu berteriak apa ?" Monika tiba - tiba dengan dingin melihat Jilson.
"Tidak apa - apa." wajah Jilson yang senang sudah merah, tersenyum melihat Monika.
"Haha..." Monika tertawa dingin.
Tidak mempedulikannya lagi, Monika lanjut mengambil sumpit dan makan. Beberapa menit kemudian, Monika baru mengkerutkan alis sedikit, dengan ekspresi yang tidak suka berkata, "Sama - sama bermarga Lee, sama - sama pria, ada orang yang perbedaannya cukup besar."
Mendengar perkataan Monika, Jilson...
Hanya merasakan dadanya tersumbat, Jilson hampir muntah darah.
Melihat wajah Monika yang cantik, wajahnya dalam sesaat penuh dengan tanpa harapan.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved