Bab 2 Bawa Aku Pergi

by Nadyn 09:16,Jul 09,2022
Bahkan tidak ada kesempatan berteriak, Dahlia An dengan jelas merasakan sebuah pil di paksa masuk ke mulutnya.

Dia menggigit bibirnya dengan erat, tetapi karena orang yang memegangnya terlalu kuat, pada akhirnya, dia hanya bisa dengan terpaksa menelan pil itu.

“Obat ganas, terima saja konsekuensinya nanti.” Orang itu tersenyum mengejek, kemudian memanfaatkan keuntungan di sekitar yang gelap dan kacau, mendorongnya ke kerumunan.

Dahlia An yang memakai heels setinggi 7 atau 8 cm, tiba-tiba kehilangan berat badannya dan jatuh dengan keras ke tanah.

Dalam kegelapan dan hanya dalam beberapa detik, seluruh tubuhnya sudah panas.

Sialan, obat itu mulai bekerja!

Plak.

Lampu di kapal tiba-tiba menyala, setelah orang-orang mengucek mata mereka, mereka baru bisa melihat dengan jelas Dahlia An yang meringkuk di tengah geladak.

Dalam satu waktu, ejekan dan sindiran mulai bergema.

Dahlia An yang saat ini terlihat sangat mengenaskan.

Rambut panjangnya sedikit berantakan, basah oleh keringat dingin, helaian rambut menempel di pipinya, seluruh tubuhnya tidak bertenaga hingga membuatnya tidak bisa berdiri.

Dahlia An berusaha menahan sekuat yang dia bisa, menahan gelombang demi gelombang panas di tubuhnya, dan tubuhnya tidak berhenti bergetar ringan.

Bibir yang digigit olehnya sudah pucat kehilangan darah, tetapi pipinya nemerah.

Dia sudah tidak tahan lagi!

Tiba-tiba, ada banyak pria berpakaian hitam muncul di geladak. Mereka berjalan sangat cepat dan berdiri di samping untuk membuka jalan. Dan terlihat jelas kalau mereka terlatih dengan baik.

Hingga seorang pria lain muncul.

Pria itu mengenakan setelan hand made yang dipotong rapi, membuat tubuhnya terlihat lebih tinggi dan ramping. Jam tangan Patek Philippe di pergelangan tangannya sangat mempesona, dan kemeja zamrud yang sebelumnya dijual dengan harga setinggi langit di acara pelelangan, semua yang dia kenakan seolah menunjukkan identitasnya yang mahal.

Banyak orang di sekitar yang menarik napas. Mereka tidak menyangka, Tuan muda Jing yang biasa berada di jalan hitam dan putih bisa menghadiri acara pernikahan ini.

Napas jelas dan menyegarkan khas pria itu terus mengalir ke hidung Dahlia, bau ini seperti katalisnya, membuat efek obatnya semakin kuat.

Dahlia An dipenuhi keringat dingin, dan betisnya sudah gemetar.

Dia sudah tidak bisa menahan diri, dan benar-benar ingin memeluk pria ini dengan erat.

“Kalau mau peluk ya sini peluk, jangan menahan diri.” Suara rendah pria itu masuk ke telinga Dahlia An, ada sedikit godaan di suaranya.

Suara ini, Dahlia An tiba-tiba terkejut, dia langsung mengangkat kepalanya, dengan sisa tenaganya melebarkan matanya, dengan sedikit rasa tidak percaya, "Kamu?"

“Benar, ternyata kamu masih bisa mengenaliku.” Setelah mengatakan itu, tangan rampingnya membuka kancing tangannya satu per satu, gerakannya sangat lambat, dan dengan sedikit godaan.

Dahlia An menggertakkan giginya dan tahu kalau pria ini sengaja!

Tapi untuk sekarang dia tidak bisa tinggal di sini lagi!

Jadi dia hanya bisa tunduk dan mengikuti kata-katanya.

"Bawa aku pergi."

Dia tidak mengeluarkan suara itu, dia hanya bergumam beberapa kali, dan mata pria itu menyipit, jelas mengerti.

Beberapa detik kemudian, semua orang melihat Tuan muda Jing, yang sangat pembersih melepas jasnya dan mengenakannya pada Dahlia An.

"Dahlia!"

Ouyang keluar dari kerumunan, menyaksikan Dahlia An dipeluk oleh pria lain, dengan kebencian mengepalkan tinjunya.

Langkah kaki Hengky Jing berhenti, berbalik, dan dia tersenyum jahat, "Selamat atas pernikahan Tuan Muda Ouyang, tetapi, kalau nanti mau pergi bertemu dokter mata, bisa minta tolong aku untuk menghubungi dokter mata yang terbaik."

Maksud kata-katanya memiliki makna lain, dan makna lainnya mengandung pembelaan untuk Dahlia An.

Dia kemudian merasakan wanita di lengannya semakin gemetar, bahkan wanita itu berani menggigit bahunya.

Hengky Jing hanya bisa mendengus dalam hati, ekspresinya kembali dingin, dan mempercepat langkahnya untuk pergi dari tempat itu.

...

Baru setelah mereka meninggalkan kerumunan yang bising itu, Dahlia An mengangkat tangannya, meraih kerahnya dengan erat dan bertanya, "Kenapa kamu bisa ada di sini?"

Download APP, continue reading

Chapters

60