Bab 6 Melihatnya Sekarat Tapi Tidak Menolongnya, Aku Akan Membunuhnya
by Angel Veronica
11:21,Aug 05,2019
“Jangan! Jangan, kak Shella, tolong aku!” Di tengah-tengah kesakitan, ia berteriak histeris dan menangis.
Penampilannya yang cantik dan terlihat lemah semakin mendorong para berandalan untuk mengajakinya.
Aku melihat para berandalan mendorongnya jatuh ke tanah, menamparnya, menarik kepalanya lalu menghantamkannya ke dinding, menganiayanya, lalu menyobek dress putih yang tak ada duanya di dunia dari tubuhnya, ia terhina hingga seperti ini, kulitnya yang seputih susu terlihat bergitu bersinar di bawah matahari.
Cemerlang, mengagumkan.
Dirinya saat ini, sama seperti aku ketika menjadi budak yang tengah berlutut memohon belas kasihan di dalam ruangan kemarin.
Nia, dipermalukan, seperti ayam yang sedang di permainkan, bagaimana rasanya?
Ketika kau membunuh putraku, saat itu dengan begitu kejam dan tanpa perasaan kau harusnya juga sadar pembalasan atas apa yang kau perbuat pada akhirnya akan kembali padamu.
Aku berjalan layaknya mayat hidup, melihat semuanya dengan hambar, menutup mata, memutar badan hendak meninggalkan ruangan ini.
Tapi belum sempat memutar badan, bayangan gelap yang misterius berjalan menuju ruangan dan secara langsung sebuah tamparan keras mendarat sempurna di pipiku!
Tamparan itu, begitu hebat juga tanpa belas kasihan!
Rasa sakitnya hingga menyebabkan mati rasa dan menyerang hingga ke hati.
Tamparan itu membuatku jatuh ke arah dinding, jidatku menabrak sempurna ke dinding, dan rasa sakitnya begitu menyayat hati!
“Dasar pelacur! Melihatnya sekarat tapi tak menolongnya! Aku akan membunuhmu!”
Mata Nicho terlihat begitu gelap, dalam matanya penuh akan kemarahan dan juga rasa ingin membunuh, seluruh badan dan sekitarnya terselimuti hawa dingin dan udara yang bertekanan rendah.
“Habisi mereka semua!”
Bawahannya langsung menjalankan perintahnya,
dan menundukkan para berandalan yang cari mati itu, tinju dan tendangan seolah bergantian, bunyi rintih kesakitan juga bersahutan, tak berapa lama seluruh berandalan berhasil ditaklukan.
Nicho melepas jas hitamnya lalu menutupi tubuh Nia dari baju yang sudah robek lalu menggendongnya, “Jangan takut, ada aku disini.”
Wajah Nia penuh dengan air mata, dan tubuhnya, penuh dengan luka, tangannya yang kecil memegang erat kerah kemeja Nicho, “Nicho kamu kenapa baru datang, kak Shella...dia menyuruh orang mencabuliku.”
Aku yang tak bertenaga duduk bersender di dinding, kepalaku sangat pusing, tidak ada tenaga untuk berdiri, tapi mendengar perkataan Nia,
Nicho aku tak sanggup menahan diri untuk tidak tertawa.
Sorotan mata Nicho begitu menakutkan, seperti angin dahsyat yang dapat menerbangkan siapapun, ia menatapku begitu dalam, tatapannya begitu tajam dan dingin.
“Tunggu nanti aku akan datang membereskanmu! Dasar pelacur!”
Selesai berkata, tanpa melihatku lagi, ia memutar badan dan memeluk Nia membawanya pergi meninggalkan ruangan ini.
“Siapkan mobil, pergi ke rumah sakit!”
Menatap bayangnya yang tinggi dan tegap pergi, aku menggigit bibirku, hatiku seperti teriris pisau.
Dengan sekuat tenaga berdiri menahan tubuh yang sakit kembali ke rumah sewa yang besarnya hanya 10 meter persegi.
Jidat yang panas, pikiran yang kacau balau, aku rasa diriku demam, namun aku sudah tidak bertenaga untuk menahan rasa sakit, aku baring di kasur lalu tertidur.
Mimpi buruk yang tidak berujung kembali mendatangiku.
Pabrik yang gelap, tua dan lusuh begitu menakutkan, segerombolan penjahat berhati kejam dan bengis meninggalkan genangan darah di atas tanah.
Putraku terbaring di atas genangan darah, dengan menyayat hati memanggilku, ibu, mengapa meninggalkanku sendiri, ibu tolong aku.
Keringat dingin bercucuran.
Mimpi buruk ini, selama beberapa tahun belakangan, tidak pernah sekalipun meninggalkan aku, aku membawa rasa sakit dan luka lama ini dengan pahit bertahan hingga sekarang.
Sakit sekali.
Sakit seperti seluruh tubuh kekurangan napas, dan setiap menit dan detik tubuhku seperti terpisah-belah
Tiba-tiba, didalam mimpi, mata Nicho yang hitam dan kelam mendekat, ia mencekik leherku, ia menggertakan giginya seperti hendak mencekikku hingga mati!
Dadaku sesak, hatiku seperti akan meledak.
Ketakutan akan kematian datang menyerang.
Aku tiba-tiba terbangun, membuka mata, melihat Nicho benar sedang berdiri di depanku, bibir tipisnya yang terlihat dingin dengan tegas memanggil namaku,
ia terlihat begitu marah, “Shella, dasar kau pelacur! Kau masih ada muka tidur disini!”
Penampilannya yang cantik dan terlihat lemah semakin mendorong para berandalan untuk mengajakinya.
Aku melihat para berandalan mendorongnya jatuh ke tanah, menamparnya, menarik kepalanya lalu menghantamkannya ke dinding, menganiayanya, lalu menyobek dress putih yang tak ada duanya di dunia dari tubuhnya, ia terhina hingga seperti ini, kulitnya yang seputih susu terlihat bergitu bersinar di bawah matahari.
Cemerlang, mengagumkan.
Dirinya saat ini, sama seperti aku ketika menjadi budak yang tengah berlutut memohon belas kasihan di dalam ruangan kemarin.
Nia, dipermalukan, seperti ayam yang sedang di permainkan, bagaimana rasanya?
Ketika kau membunuh putraku, saat itu dengan begitu kejam dan tanpa perasaan kau harusnya juga sadar pembalasan atas apa yang kau perbuat pada akhirnya akan kembali padamu.
Aku berjalan layaknya mayat hidup, melihat semuanya dengan hambar, menutup mata, memutar badan hendak meninggalkan ruangan ini.
Tapi belum sempat memutar badan, bayangan gelap yang misterius berjalan menuju ruangan dan secara langsung sebuah tamparan keras mendarat sempurna di pipiku!
Tamparan itu, begitu hebat juga tanpa belas kasihan!
Rasa sakitnya hingga menyebabkan mati rasa dan menyerang hingga ke hati.
Tamparan itu membuatku jatuh ke arah dinding, jidatku menabrak sempurna ke dinding, dan rasa sakitnya begitu menyayat hati!
“Dasar pelacur! Melihatnya sekarat tapi tak menolongnya! Aku akan membunuhmu!”
Mata Nicho terlihat begitu gelap, dalam matanya penuh akan kemarahan dan juga rasa ingin membunuh, seluruh badan dan sekitarnya terselimuti hawa dingin dan udara yang bertekanan rendah.
“Habisi mereka semua!”
Bawahannya langsung menjalankan perintahnya,
dan menundukkan para berandalan yang cari mati itu, tinju dan tendangan seolah bergantian, bunyi rintih kesakitan juga bersahutan, tak berapa lama seluruh berandalan berhasil ditaklukan.
Nicho melepas jas hitamnya lalu menutupi tubuh Nia dari baju yang sudah robek lalu menggendongnya, “Jangan takut, ada aku disini.”
Wajah Nia penuh dengan air mata, dan tubuhnya, penuh dengan luka, tangannya yang kecil memegang erat kerah kemeja Nicho, “Nicho kamu kenapa baru datang, kak Shella...dia menyuruh orang mencabuliku.”
Aku yang tak bertenaga duduk bersender di dinding, kepalaku sangat pusing, tidak ada tenaga untuk berdiri, tapi mendengar perkataan Nia,
Nicho aku tak sanggup menahan diri untuk tidak tertawa.
Sorotan mata Nicho begitu menakutkan, seperti angin dahsyat yang dapat menerbangkan siapapun, ia menatapku begitu dalam, tatapannya begitu tajam dan dingin.
“Tunggu nanti aku akan datang membereskanmu! Dasar pelacur!”
Selesai berkata, tanpa melihatku lagi, ia memutar badan dan memeluk Nia membawanya pergi meninggalkan ruangan ini.
“Siapkan mobil, pergi ke rumah sakit!”
Menatap bayangnya yang tinggi dan tegap pergi, aku menggigit bibirku, hatiku seperti teriris pisau.
Dengan sekuat tenaga berdiri menahan tubuh yang sakit kembali ke rumah sewa yang besarnya hanya 10 meter persegi.
Jidat yang panas, pikiran yang kacau balau, aku rasa diriku demam, namun aku sudah tidak bertenaga untuk menahan rasa sakit, aku baring di kasur lalu tertidur.
Mimpi buruk yang tidak berujung kembali mendatangiku.
Pabrik yang gelap, tua dan lusuh begitu menakutkan, segerombolan penjahat berhati kejam dan bengis meninggalkan genangan darah di atas tanah.
Putraku terbaring di atas genangan darah, dengan menyayat hati memanggilku, ibu, mengapa meninggalkanku sendiri, ibu tolong aku.
Keringat dingin bercucuran.
Mimpi buruk ini, selama beberapa tahun belakangan, tidak pernah sekalipun meninggalkan aku, aku membawa rasa sakit dan luka lama ini dengan pahit bertahan hingga sekarang.
Sakit sekali.
Sakit seperti seluruh tubuh kekurangan napas, dan setiap menit dan detik tubuhku seperti terpisah-belah
Tiba-tiba, didalam mimpi, mata Nicho yang hitam dan kelam mendekat, ia mencekik leherku, ia menggertakan giginya seperti hendak mencekikku hingga mati!
Dadaku sesak, hatiku seperti akan meledak.
Ketakutan akan kematian datang menyerang.
Aku tiba-tiba terbangun, membuka mata, melihat Nicho benar sedang berdiri di depanku, bibir tipisnya yang terlihat dingin dengan tegas memanggil namaku,
ia terlihat begitu marah, “Shella, dasar kau pelacur! Kau masih ada muka tidur disini!”
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved