Bab 9 Berlutut, Dengar Tidak?
by Angel Veronica
11:21,Aug 05,2019
“Ah, dikubur hidup-hidup ya? Baiklah.......” dengan malas aku bersandar di atas kasur, “aku juga sejak awal sudah tidak ingin hidup...... aku pernah menderita di penjara, makanya bersedia hidup sampai sekarang, tapi juga masih ingin bertemu denganmu, berharap kamu bisa percaya padaku, membuat orang yang terbukti membunuh anak kita mendapat hukuman yang setimpal.”
Dengan erat ia mengunciku, nadi di kedua kepalan tangannya meledak.
“tapi sejak kamu tak mempercayaiku, daripada tersiksa, aku lebih baik mati.”
“Shella, kamu benar-benar bisa membuat orang kasihan, selalu berbicara dengan polos, apa yang dari awal sudah kamu lakukan?” Nicho tertawa getir, pada dasarnya tidak menganggap penting perkataanku, “selain kamu, siapa lagi?”
“aku sudah bilang, dapatkah kamu percaya?” mataku sembab, menimbulkan rasa tidak berdaya yang pucat.
“jangan bilang padaku kalau orang itu adalah Nia.” Nicho menatapku dengan sinis, figur wajahnya yang kokoh membuatnya tampak lebih dingin dan sadis.
Mataku melebar memandangnya, merengek, seperti ketidakadilan selama bertahun-tahun yang akhirnya terungkap kebenarannya.
aku menggigit bibir keras-keras, tangisku pecah, “ya...... benar dia, dialah orang yang membunuh anak kita......”
Tapi hanya dalam hitungan detik, harapan yang membara dalam hatiku dipadamkan tanpa ampun, suaranya dingin seperti es, dia dengan tega memukul daguku.
Napas yang dingin menyembur di antara bibir dan gigiku, kata dan kalimat, tiap kalimat seperti menghukum hati.
“aku tahu kamu bisa memfitnah dia! Shella. Demi menduduki dengan stabil posisi nyonya besar di keluargaku, kamu sengaja ya, saat itu demi menyelamatkan anak kita, Nia hampir mati! Kamu tahu betapa banyak dia mengeluarkan darah? Shella, kamu masih punya muka memfitnah dia pembunuh! Siapa yang memberimu muka!”
Aku menahan rasa ketidak adilan ini, berusaha keras untuk tidak menunjukkan muka.
Ternyata dia tetap tidak percaya.
Di dalam hatinya, semua yang tergenang adalah kejahatan serta kelicikanku dan kelembutan kehangatan Nia, Nia adalah teratai salju di langit, dia suci dan tidak ternoda.
Aku tidak kuasa menutup mata.
“lihat, kamu tetap tidak percaya...... kalau begitu biarkan aku menemani anakku. Kamu ingin aku mati dengan cara apa? Lompat dari gedung atau minum racun? Aku akan dengar......”
Saat ini, seluruh tubuhku, atas bawah semua mengeluarkan rasa sakit.
Pupus harapan, tak ada harapan sama seperti meninggal.
Tatapan Nicho yang dalam mengeluarkan bara api, dia mengempaskan pergelangan tanganku menarikku turun dari tempat tidur.
“dengan alasan apa kamu punya muka untuk mati? Kamu pergi dan minta maaf pada Nia! Nanti aku lihat masih beranikah kamu memfitnah Nia!”
Aku benar-benar kehabisan tenaga, hampir diseret olehnya keluar.
Aku diseret olehnya menuju kamar rawat yang lain.
Dengan tega lututku ditendang olehnya, terhantam ke lantai, dengan posisi berlutut di depan Nia.
“katakan! Katakan kalau kamu salah. Berlutut, dengar tidak?” Nicho berdiri di belakangku, dia menggertakku, naFasnya tersengal, gemetar, sangat membuatku kecewa.
Aku membungkuk di lantai dengan sedih, bahkan tenaga untuk mendongakkan kepala pun tak ada.
Nia sangat terkejut seketika ia turun dari tempat tidur, wajahnya kecil dan pucat menggantikanku bicara, bahkan ingin mengangkatku bangun dari lantai. “Nicho, apa yang kamu lakukan? Kakak tidak sengaja, kamu jangan menambah kesulitannya......”
Muka, terjalin kebencian yang amat dalam.
Merampas alasanku, aku tidak tahu datang dari mana asalnya kekuatan itu, tiba-tiba mata merahku terangkat, menghempaskan Nia, lalu aku menampar wajahnya yang terlihat terawat.
Sangat ingin memukulnya hingga mati.
Dengan erat ia mengunciku, nadi di kedua kepalan tangannya meledak.
“tapi sejak kamu tak mempercayaiku, daripada tersiksa, aku lebih baik mati.”
“Shella, kamu benar-benar bisa membuat orang kasihan, selalu berbicara dengan polos, apa yang dari awal sudah kamu lakukan?” Nicho tertawa getir, pada dasarnya tidak menganggap penting perkataanku, “selain kamu, siapa lagi?”
“aku sudah bilang, dapatkah kamu percaya?” mataku sembab, menimbulkan rasa tidak berdaya yang pucat.
“jangan bilang padaku kalau orang itu adalah Nia.” Nicho menatapku dengan sinis, figur wajahnya yang kokoh membuatnya tampak lebih dingin dan sadis.
Mataku melebar memandangnya, merengek, seperti ketidakadilan selama bertahun-tahun yang akhirnya terungkap kebenarannya.
aku menggigit bibir keras-keras, tangisku pecah, “ya...... benar dia, dialah orang yang membunuh anak kita......”
Tapi hanya dalam hitungan detik, harapan yang membara dalam hatiku dipadamkan tanpa ampun, suaranya dingin seperti es, dia dengan tega memukul daguku.
Napas yang dingin menyembur di antara bibir dan gigiku, kata dan kalimat, tiap kalimat seperti menghukum hati.
“aku tahu kamu bisa memfitnah dia! Shella. Demi menduduki dengan stabil posisi nyonya besar di keluargaku, kamu sengaja ya, saat itu demi menyelamatkan anak kita, Nia hampir mati! Kamu tahu betapa banyak dia mengeluarkan darah? Shella, kamu masih punya muka memfitnah dia pembunuh! Siapa yang memberimu muka!”
Aku menahan rasa ketidak adilan ini, berusaha keras untuk tidak menunjukkan muka.
Ternyata dia tetap tidak percaya.
Di dalam hatinya, semua yang tergenang adalah kejahatan serta kelicikanku dan kelembutan kehangatan Nia, Nia adalah teratai salju di langit, dia suci dan tidak ternoda.
Aku tidak kuasa menutup mata.
“lihat, kamu tetap tidak percaya...... kalau begitu biarkan aku menemani anakku. Kamu ingin aku mati dengan cara apa? Lompat dari gedung atau minum racun? Aku akan dengar......”
Saat ini, seluruh tubuhku, atas bawah semua mengeluarkan rasa sakit.
Pupus harapan, tak ada harapan sama seperti meninggal.
Tatapan Nicho yang dalam mengeluarkan bara api, dia mengempaskan pergelangan tanganku menarikku turun dari tempat tidur.
“dengan alasan apa kamu punya muka untuk mati? Kamu pergi dan minta maaf pada Nia! Nanti aku lihat masih beranikah kamu memfitnah Nia!”
Aku benar-benar kehabisan tenaga, hampir diseret olehnya keluar.
Aku diseret olehnya menuju kamar rawat yang lain.
Dengan tega lututku ditendang olehnya, terhantam ke lantai, dengan posisi berlutut di depan Nia.
“katakan! Katakan kalau kamu salah. Berlutut, dengar tidak?” Nicho berdiri di belakangku, dia menggertakku, naFasnya tersengal, gemetar, sangat membuatku kecewa.
Aku membungkuk di lantai dengan sedih, bahkan tenaga untuk mendongakkan kepala pun tak ada.
Nia sangat terkejut seketika ia turun dari tempat tidur, wajahnya kecil dan pucat menggantikanku bicara, bahkan ingin mengangkatku bangun dari lantai. “Nicho, apa yang kamu lakukan? Kakak tidak sengaja, kamu jangan menambah kesulitannya......”
Muka, terjalin kebencian yang amat dalam.
Merampas alasanku, aku tidak tahu datang dari mana asalnya kekuatan itu, tiba-tiba mata merahku terangkat, menghempaskan Nia, lalu aku menampar wajahnya yang terlihat terawat.
Sangat ingin memukulnya hingga mati.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved