BAB 8 Minta Maaf Padanya, Memang Dia Pantas?
by Angel Veronica
11:21,Aug 05,2019
Aku merasa semua ini tidak adil dan itu membuatku begitu sedih, air mataku luruh di dalam pelukannya, dan dengan suara yang bergetar aku menggelengkan kepala.
“Tidak. Bukan aku yang membunuh anak kita, suamiku, bukan aku, percayalah padaku...”
“Aku bagaimana bisa percaya padamu! Saksi mata, barang bukti dan keputusan hakim semuanya menuju padamu, aku bagaimana bisa mempercayaimu! Shella, walaupun kamu telah menerima hukumanmu, tapi aku, seumur hidupku tidak akan bisa memaafkanmu.”
Sikap Nicho begitu dingin, dan ia mulai berdiri beranjak dari tempatnya, udara di dalam kamar seketika berubah menjadi dingin.
Pikiranku sangat kacau berusaha berdiri mengejarnya, “Suamiku...”
Air mataku luruh tak terhingga, rasa sakit ini menusuk hingga ke hati.
Ia menyingkirkan tanganku yang berhasil menggapainya, lalu memutar kepala melihatku, “Jangan panggil aku suamimu! Kata itu, aku tidak ingin mendengar kau mengucapkan kata itu lagi!”
Detik ini, aku melihat matanya, tekadnya kali ini begitu keras.
Dan dari matanya, aku melihat kekecewaannya atas diriku.
Tubuhku yang lemah dan lemas terbaring di atas ranjang, menahan tangisan yang akan pecah, aku menggigit keras bibirku, mataku terbuka lebar menatapnya yang menutup pintu dengan keras dan meninggalkan tempat ini.
Suamiku, tahukah kamu, wanita yang saat ini berada di sisimu, wanita yang saat ini berbagi ranjang dan bantal denganmu, dialah yang telah membunuh anak kita.
Jika suatu hari nanti segala fakta terbongkar, kamu akan bagaimana memilih?
Aku terlalu lelah, kepalaku pusing.
Dalam keadaan sendiri aku tak sadarkan diri.
Aku ingin mencari seseorang untuk menyelamatkan aku, tapi tak ada siapapun, aku sedang berpikir, kalau aku mati di tempat ini sendirian, sepertinya juga tidak akan ada orang yang mau mengambil jasadku, tidak akan ada orang yang mengingatku.
Tapi ketika aku kembali tersadar, aku mendapati diriku tengah terbaring di rumah sakit, kamar yang bernuansa putih, aku berusaha menegakkan tubuh yang terbaring hingga duduk di atas kasur rumah sakit, tubuhku yang lemah hanya bergerak sedikit saja langsung mengeluarkan keringat dingin.
dengan penuh kebingungan aku menyenderkan badan pada kepala kasur, pandangan mataku yang kosong menatap keluar jendela.
Siapa yang menyelamatkannya, Nicho kah? Suster memberitahuku, ketika aku di bawa ke rumah sakit keadaanku begitu memprihatinkan, demam tinggi hingga 40 derajat, dan dengan keadaan setengah sadar tidak berhenti memangil nama seseorang, seluruh badan penuh dengan luka, bagian bawahku sobek dan mengeluarkan darah, pihak rumah sakit bahkan hampir melaporkan ini pada polisi, mereka mengira aku korban yang disekap lalu di perkosa secara brutal.
Tidak tahu waktu sudah berlalu berapa lama, tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu, aku melihat ke arah pintu, seperti dugaanku ternyata benar Nicho, ia mendorong pintu lalu masuk, ternyata benar Nicho yang telah menyelamatkanku, tapi padahal jelas dia sangat membenciku, lalu mengapa ia mau kembali dan menyelamatkanku?
Apa mungkin, dia tidak tega meninggalkanku dalam keadaan seperti itu?
“Shella, minum ini.” Ia membawa satu botol hangat, setelah masuk langsung meletakkanya di kepala kasur, “Nia tidak mau minum ini, kamu bantu dia minum, tidak boleh membuangnya.”
Sampah Nia, harus aku yang membereskannya?
Sakit di hatiku tak bisa tergambarkan, kini hanya tersisa kepahitan, melihatku yang tidak mau mendengarkan perkataannya, Nicho tiba-tiba hilang kendali, ia mengangkat daguku, dengan paksa menjajali sup ayam yang panas ke dalam mulutku!
“Aku menyuruhmu minum! Kamu tuli ya?” Perlakuannya tidak lembut sedikitpun, sebaliknya begitu kasar.
Lidah yang kepanasan membuatku meniup-niup mulut meredakan rasa panas, wajah karena sakit seketika berubah menjadi putih, aku setengah mati menggeleng-gelengkan kepala, sup ayam yang panas semua keluar dari mulutku!
Nicho menggertakan giginya melihatku, suaranya begitu dingin, “Siapa yang menyuruhmu memuntahkannya?”
Aku tersenyum pahit, aku tidak berani.
Aku takut sebelum dendamku terbalaskan, aku akan mati di siksanya, aku sambil menangis mengambil sup ayam yang ada di tangannya, dengan suapan besar meminumnya habis.
Aku merasa kerongkonganku akan terbakar.
Melihat aku yang kali ini mendengarnya dan tidak melawannya lagi, kedua mata Nicho melihatku dengan seksama lalu memerintahku, “Setelah meminum itu sampai habis, pergi minta maaf pada Nia...Kejadian ini aku tidak akan mempermasalahkannya lagi.”
“Minta maaf padanya, memang dia pantas?”
Aku tertawa hambar, membantah perintahnya. Sekalipun aku mati aku tidak akan pernah tunduk pada wanita yang telah membunuh putraku.
Nicho mendengar perkataanku, emosinya tiba-tiba membuncah, perkataannya padaku seperti batu yang beratnya hingga beratus ton menghantam keras hingga ke hati, “Jangan coba-coba menantang kesabaranku, kalau kamu berani membantahku, aku akan membuatmu menebus kesalahanmu mati bersama anak kita.”
“Tidak. Bukan aku yang membunuh anak kita, suamiku, bukan aku, percayalah padaku...”
“Aku bagaimana bisa percaya padamu! Saksi mata, barang bukti dan keputusan hakim semuanya menuju padamu, aku bagaimana bisa mempercayaimu! Shella, walaupun kamu telah menerima hukumanmu, tapi aku, seumur hidupku tidak akan bisa memaafkanmu.”
Sikap Nicho begitu dingin, dan ia mulai berdiri beranjak dari tempatnya, udara di dalam kamar seketika berubah menjadi dingin.
Pikiranku sangat kacau berusaha berdiri mengejarnya, “Suamiku...”
Air mataku luruh tak terhingga, rasa sakit ini menusuk hingga ke hati.
Ia menyingkirkan tanganku yang berhasil menggapainya, lalu memutar kepala melihatku, “Jangan panggil aku suamimu! Kata itu, aku tidak ingin mendengar kau mengucapkan kata itu lagi!”
Detik ini, aku melihat matanya, tekadnya kali ini begitu keras.
Dan dari matanya, aku melihat kekecewaannya atas diriku.
Tubuhku yang lemah dan lemas terbaring di atas ranjang, menahan tangisan yang akan pecah, aku menggigit keras bibirku, mataku terbuka lebar menatapnya yang menutup pintu dengan keras dan meninggalkan tempat ini.
Suamiku, tahukah kamu, wanita yang saat ini berada di sisimu, wanita yang saat ini berbagi ranjang dan bantal denganmu, dialah yang telah membunuh anak kita.
Jika suatu hari nanti segala fakta terbongkar, kamu akan bagaimana memilih?
Aku terlalu lelah, kepalaku pusing.
Dalam keadaan sendiri aku tak sadarkan diri.
Aku ingin mencari seseorang untuk menyelamatkan aku, tapi tak ada siapapun, aku sedang berpikir, kalau aku mati di tempat ini sendirian, sepertinya juga tidak akan ada orang yang mau mengambil jasadku, tidak akan ada orang yang mengingatku.
Tapi ketika aku kembali tersadar, aku mendapati diriku tengah terbaring di rumah sakit, kamar yang bernuansa putih, aku berusaha menegakkan tubuh yang terbaring hingga duduk di atas kasur rumah sakit, tubuhku yang lemah hanya bergerak sedikit saja langsung mengeluarkan keringat dingin.
dengan penuh kebingungan aku menyenderkan badan pada kepala kasur, pandangan mataku yang kosong menatap keluar jendela.
Siapa yang menyelamatkannya, Nicho kah? Suster memberitahuku, ketika aku di bawa ke rumah sakit keadaanku begitu memprihatinkan, demam tinggi hingga 40 derajat, dan dengan keadaan setengah sadar tidak berhenti memangil nama seseorang, seluruh badan penuh dengan luka, bagian bawahku sobek dan mengeluarkan darah, pihak rumah sakit bahkan hampir melaporkan ini pada polisi, mereka mengira aku korban yang disekap lalu di perkosa secara brutal.
Tidak tahu waktu sudah berlalu berapa lama, tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu, aku melihat ke arah pintu, seperti dugaanku ternyata benar Nicho, ia mendorong pintu lalu masuk, ternyata benar Nicho yang telah menyelamatkanku, tapi padahal jelas dia sangat membenciku, lalu mengapa ia mau kembali dan menyelamatkanku?
Apa mungkin, dia tidak tega meninggalkanku dalam keadaan seperti itu?
“Shella, minum ini.” Ia membawa satu botol hangat, setelah masuk langsung meletakkanya di kepala kasur, “Nia tidak mau minum ini, kamu bantu dia minum, tidak boleh membuangnya.”
Sampah Nia, harus aku yang membereskannya?
Sakit di hatiku tak bisa tergambarkan, kini hanya tersisa kepahitan, melihatku yang tidak mau mendengarkan perkataannya, Nicho tiba-tiba hilang kendali, ia mengangkat daguku, dengan paksa menjajali sup ayam yang panas ke dalam mulutku!
“Aku menyuruhmu minum! Kamu tuli ya?” Perlakuannya tidak lembut sedikitpun, sebaliknya begitu kasar.
Lidah yang kepanasan membuatku meniup-niup mulut meredakan rasa panas, wajah karena sakit seketika berubah menjadi putih, aku setengah mati menggeleng-gelengkan kepala, sup ayam yang panas semua keluar dari mulutku!
Nicho menggertakan giginya melihatku, suaranya begitu dingin, “Siapa yang menyuruhmu memuntahkannya?”
Aku tersenyum pahit, aku tidak berani.
Aku takut sebelum dendamku terbalaskan, aku akan mati di siksanya, aku sambil menangis mengambil sup ayam yang ada di tangannya, dengan suapan besar meminumnya habis.
Aku merasa kerongkonganku akan terbakar.
Melihat aku yang kali ini mendengarnya dan tidak melawannya lagi, kedua mata Nicho melihatku dengan seksama lalu memerintahku, “Setelah meminum itu sampai habis, pergi minta maaf pada Nia...Kejadian ini aku tidak akan mempermasalahkannya lagi.”
“Minta maaf padanya, memang dia pantas?”
Aku tertawa hambar, membantah perintahnya. Sekalipun aku mati aku tidak akan pernah tunduk pada wanita yang telah membunuh putraku.
Nicho mendengar perkataanku, emosinya tiba-tiba membuncah, perkataannya padaku seperti batu yang beratnya hingga beratus ton menghantam keras hingga ke hati, “Jangan coba-coba menantang kesabaranku, kalau kamu berani membantahku, aku akan membuatmu menebus kesalahanmu mati bersama anak kita.”
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved