Bab 11 Membutakan Mata, Menghancurkan Wajah, Aku Sudah Bukan Diriku Lagi
by Angel Veronica
11:22,Aug 05,2019
Nyala api membabat habis seluruh ruangan, api menyambar-nyambar keluar dari jendela.
Oksigen dalam udara semakin menipis, Kesadaranku juga perlahan berkurang, pandangan kabur, samar-samar terdengar langkah kaki seseorang, langkah mendobrak pintu.
Asap kabut tebal memenuhi udara, masuk ke dalam rongga pernapasan, aku tertelan bara api yang menyala-nyala.
Sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, aku seperti mendengar suara dobrakan pintu yang keras.
Aku sangat tidak gentar, tidak lagi banyak berharap, aku hanya berharap dapat menemukan anakku di dunia yang lain, merawatnya sampai besar, sampai dewasa, memperbaiki dosaku yang dulu pernah kulakukan.
Tapi aku selamat, Tuhan tidak mengizinkan aku mati.
Menunggu aku sadar, sudah tiga hari berlalu.
Dadaku sangat sesak, seperti masih ada nyala api yang bergulung-gulung, seperti ada ribuan lebah bersembunyi di dalamnya, dengan sekuat tenaga aku ingin membuka mata melihat, tapi rasa sakit yang menyelinap menarik organ dalam tubuhku, tulangku seperti keropos dadaku sesak, menyayat hati.
Sakit sekali.
Itu berasal dari bagian mata.
Penglihatan di depan mataku hitam dan gelap, seketika aku panik.
Aku mencengkeram seprai seperti orang yang tenggelam, tersebar rasa takut dan menggigil di seluruh tubuh.
aku dimana? Mengapa aku sudah membuka mata tapi tidak bisa melihat apapun?
Perasaan luar biasa tak berdaya menenggelamkanku dalam sekejap, dengan tidak berdaya aku menekan tombol lampu, ingin melihat aku sekarang sedang dimana, tapi tidak hati-hati terjatuh dari atas tempat tidur.
Tiba-tiba, sebuah tangan besar dan tebal menahanku, sebuah suara yang rendah dan serak mencoba menenangkanku, “jangan takut...... Shella......”
Kengerian terlintas di hatiku, aku ingin berteriak, tapi mulutku tersumbat oleh alat pernapasan, tenggorokanku juga rasanya sakit seperti terbakar.
Orang ini siapa?
Suara yang sangat asing, tapi menunjukkan kasih sayang dan kehangatan yang tak ada habisnya, aku tidak bisa menahan bola mataku untuk tidak memerah, tapi aku tidak berani menangis, terlebih lagi untuk menanyakan ada apa dengan mataku.
Dengan sabar pria ini menenangkan emosiku, membantuku berbaring di atas tempat tidur.
“Shella...... Aku Bryan.”
Apa? Bryan?!
Ketakutan tiada tara seketika menyebar, aku panik dan ingin melarikan diri, tapi badanku tertahan oleh Bryan, “kamu jangan takut! Aku tidak akan menyakitimu!”
Bagaimana tidak mungkin?
Siapa yang tidak tahu Bryan yang terkenal kejam itu, dia tidak mengenal ampun, tidak ada orang lain yang bisa menandinginya, tidak tahu sudah berapa banyak wanita yang ia mainkan, tidak ada wanita yang bisa kabur darinya.
Akhirnya akupun jatuh juga ke tangannya.
Benar-benar aku lebih baik mati saja.
“Shella...... kamu tenang sedikit, aku tidak akan menyakitimu, Ibumu dulu pernah menyelamatkanku, dia adalah sahabat lamaku, orang yang berbaik hati menyelamatkan nyawaku, aku akan memperlakukanmu dengan baik.”
“Shella...... sudah bertahun-tahun aku terus mencarimu, aku terlambat...... membiarkanmu menerima banyak penderitaan......”
“Setelah ini aku adalah kakak laki-lakimu, kamu adalah adik perempuanku, biarkan aku menjagamu, bagaimana?”
“Matamu tidak bisa melihat lagi......”
Suara rendah dan lembutnya bergema di telingaku, Emosiku perlahan dapat ditenangkan, tubuhku tidak berdaya di bawah selimut yang menyelimutiku, Seolah hanya dengan seperti ini aku baru bisa merasakan kehangatan.
Mata hijauku benar-benar dihancurkan oleh asap kebakaran.
Melukai mataku yang hijau sejak lahir, tapi aku tidak merasa menyesal.
Ketika mengetahui bahwa aku buta, hatiku malah merasa tenang.
Yang membuatku tak menyangka adalah Bryan, dia memperlakukanku seperti adik perempuannya sendiri, dan dia sangat baik.
Beberapa waktu selanjutnya, semua adalah orang suruhan Bryan yang menjagaku, saat tidak sibuk, dia pribadi yang menjagaku, dia menggunakan uangnya untuk membiayai operasiku, dia menyuruhku untuk mengganti pupil mataku menjadi hitam, mirip sekali seperti Nia.
Tetapi ketika aku membuka mata dan melihat diriku di cermin, aku terkejut dengan luka di separuh wajahku.
Ternyata kebakaran tidak hanya menghancurkan mata hijaku, tapi juga mengambil wajahku yang cantik dan anggun.
Sebenarnya, sejak awal aku tidak peduli dengan raut wajahku yang cantik, matipun aku pun berani, apa lagi yang perlu dipedulikan. Wajah ini, hancur ya hancur saja...... sudah hancur aku baru bisa memulai hidup yang baru......
Tapi Bryan memikirkannya, dia bilang perempuan jika mukanya hancur, hidupnya pasti tidak bermartabat. Dulu aku sangat waspada kepadanya karena rumor yang beredar, tetapi karena ketekunan dan niat baiknya membuat hatiku tergerak.
Ucapan yang paling sering dikatakan padaku adalah, hanya berharap aku dapat meneruskan hidup dengan baik.
“Jangan ikuti jejak ibumu, dia berada surga, pasti dia juga berharap kamu menjalankan hidup dengan baik.”
Tetapi pada saat itu, aku merasa putus asa dalam hidup. Selain mati apapun tak ingin, namun Nia datang lagi, benar-benar membuatku berubah.
Oksigen dalam udara semakin menipis, Kesadaranku juga perlahan berkurang, pandangan kabur, samar-samar terdengar langkah kaki seseorang, langkah mendobrak pintu.
Asap kabut tebal memenuhi udara, masuk ke dalam rongga pernapasan, aku tertelan bara api yang menyala-nyala.
Sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, aku seperti mendengar suara dobrakan pintu yang keras.
Aku sangat tidak gentar, tidak lagi banyak berharap, aku hanya berharap dapat menemukan anakku di dunia yang lain, merawatnya sampai besar, sampai dewasa, memperbaiki dosaku yang dulu pernah kulakukan.
Tapi aku selamat, Tuhan tidak mengizinkan aku mati.
Menunggu aku sadar, sudah tiga hari berlalu.
Dadaku sangat sesak, seperti masih ada nyala api yang bergulung-gulung, seperti ada ribuan lebah bersembunyi di dalamnya, dengan sekuat tenaga aku ingin membuka mata melihat, tapi rasa sakit yang menyelinap menarik organ dalam tubuhku, tulangku seperti keropos dadaku sesak, menyayat hati.
Sakit sekali.
Itu berasal dari bagian mata.
Penglihatan di depan mataku hitam dan gelap, seketika aku panik.
Aku mencengkeram seprai seperti orang yang tenggelam, tersebar rasa takut dan menggigil di seluruh tubuh.
aku dimana? Mengapa aku sudah membuka mata tapi tidak bisa melihat apapun?
Perasaan luar biasa tak berdaya menenggelamkanku dalam sekejap, dengan tidak berdaya aku menekan tombol lampu, ingin melihat aku sekarang sedang dimana, tapi tidak hati-hati terjatuh dari atas tempat tidur.
Tiba-tiba, sebuah tangan besar dan tebal menahanku, sebuah suara yang rendah dan serak mencoba menenangkanku, “jangan takut...... Shella......”
Kengerian terlintas di hatiku, aku ingin berteriak, tapi mulutku tersumbat oleh alat pernapasan, tenggorokanku juga rasanya sakit seperti terbakar.
Orang ini siapa?
Suara yang sangat asing, tapi menunjukkan kasih sayang dan kehangatan yang tak ada habisnya, aku tidak bisa menahan bola mataku untuk tidak memerah, tapi aku tidak berani menangis, terlebih lagi untuk menanyakan ada apa dengan mataku.
Dengan sabar pria ini menenangkan emosiku, membantuku berbaring di atas tempat tidur.
“Shella...... Aku Bryan.”
Apa? Bryan?!
Ketakutan tiada tara seketika menyebar, aku panik dan ingin melarikan diri, tapi badanku tertahan oleh Bryan, “kamu jangan takut! Aku tidak akan menyakitimu!”
Bagaimana tidak mungkin?
Siapa yang tidak tahu Bryan yang terkenal kejam itu, dia tidak mengenal ampun, tidak ada orang lain yang bisa menandinginya, tidak tahu sudah berapa banyak wanita yang ia mainkan, tidak ada wanita yang bisa kabur darinya.
Akhirnya akupun jatuh juga ke tangannya.
Benar-benar aku lebih baik mati saja.
“Shella...... kamu tenang sedikit, aku tidak akan menyakitimu, Ibumu dulu pernah menyelamatkanku, dia adalah sahabat lamaku, orang yang berbaik hati menyelamatkan nyawaku, aku akan memperlakukanmu dengan baik.”
“Shella...... sudah bertahun-tahun aku terus mencarimu, aku terlambat...... membiarkanmu menerima banyak penderitaan......”
“Setelah ini aku adalah kakak laki-lakimu, kamu adalah adik perempuanku, biarkan aku menjagamu, bagaimana?”
“Matamu tidak bisa melihat lagi......”
Suara rendah dan lembutnya bergema di telingaku, Emosiku perlahan dapat ditenangkan, tubuhku tidak berdaya di bawah selimut yang menyelimutiku, Seolah hanya dengan seperti ini aku baru bisa merasakan kehangatan.
Mata hijauku benar-benar dihancurkan oleh asap kebakaran.
Melukai mataku yang hijau sejak lahir, tapi aku tidak merasa menyesal.
Ketika mengetahui bahwa aku buta, hatiku malah merasa tenang.
Yang membuatku tak menyangka adalah Bryan, dia memperlakukanku seperti adik perempuannya sendiri, dan dia sangat baik.
Beberapa waktu selanjutnya, semua adalah orang suruhan Bryan yang menjagaku, saat tidak sibuk, dia pribadi yang menjagaku, dia menggunakan uangnya untuk membiayai operasiku, dia menyuruhku untuk mengganti pupil mataku menjadi hitam, mirip sekali seperti Nia.
Tetapi ketika aku membuka mata dan melihat diriku di cermin, aku terkejut dengan luka di separuh wajahku.
Ternyata kebakaran tidak hanya menghancurkan mata hijaku, tapi juga mengambil wajahku yang cantik dan anggun.
Sebenarnya, sejak awal aku tidak peduli dengan raut wajahku yang cantik, matipun aku pun berani, apa lagi yang perlu dipedulikan. Wajah ini, hancur ya hancur saja...... sudah hancur aku baru bisa memulai hidup yang baru......
Tapi Bryan memikirkannya, dia bilang perempuan jika mukanya hancur, hidupnya pasti tidak bermartabat. Dulu aku sangat waspada kepadanya karena rumor yang beredar, tetapi karena ketekunan dan niat baiknya membuat hatiku tergerak.
Ucapan yang paling sering dikatakan padaku adalah, hanya berharap aku dapat meneruskan hidup dengan baik.
“Jangan ikuti jejak ibumu, dia berada surga, pasti dia juga berharap kamu menjalankan hidup dengan baik.”
Tetapi pada saat itu, aku merasa putus asa dalam hidup. Selain mati apapun tak ingin, namun Nia datang lagi, benar-benar membuatku berubah.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved