Bab 8 Dia Ingin Menikah
by Fang Fang
16:07,Aug 11,2019
Suatu hari, dia akan memperoleh kesempatan, mengembalikan berkali lipat ganda kepada Joey apa yang sudah ia rasakan selama ini!
Sehari demi sehari telah terlewati, beberapa hari itu Joey selalu mempermalukan Agnes di rumah sakit.
Agnes selalu sabar sampai saat dia dinyatakan keluar dari rumah sakit.
Setiba di rumah Lorry, Agnes yang masih belum pulih total langsung disibukkan oleh perintah-perintah Lorry yang harus dikerjakannya.
Sore hari, Agnes meletakkan masakan yang telah dimasaknya dan menuangkan teh untuk mereka minum.
Walaupun dia adalah nenek dari Lorry, namun itu hanyalah kepalsuan.
Tiga tahun belakangan, keberadaannya di rumah Lorry seperti seorang pembantu.
Hidup yang dia jalani lebih pahit dibandingkan seorang pembantu, dan lebih lagi masih harus menerima hinaan yang keluarga Lorry yang dilontarkan terhadapnya. Biasanya dia tidak diperbolehkan untuk ikut makan bersama dengan yang lain di meja makan, hanya saat Lorry dan keluarganya telah selesai makan, dia secara diam-diam memakan makanan sisa di dapur.
“Joey, aku dengan paman Lorry telah melihat tanggal keberuntungan, bulan depan hari ke delapan adalah sebuah hari yang sangat bagus, kami mengadakan pernikahan hari itu saja bagaimana?” Makan setengah dari porsi makannya, Lorry tiba-tiba mendiskusikan masalah pernikahan.
Mendengar kalimat ini, Agnes yang berdiri di samping tercengang-cengang, tidak dapat menahan penglihatannya untuk melihat kearah Lorry.
Dia duduk di sebelah Joey, dengan harmonis mengambilkan sayur untuk diberikan kepadanya, mereka terlihat sangat romantis.
Keromantisan hubungan ini membuat hati Agnes semakin hancur.
Dia menurunkan penglihatannya dan menahan semua rasa sakit hati yang ia rasakan.
Dia paham bahwa dirinya tidak ada kesakitan apa-apa, namun rasa sakit hati yang ia rasakan menyebar ke seluruh anggota badannya.
“Paman dan bibi adalah tuannya.” Wajah Joey dipenuhi dengan senyum yang malu-malu, namun sudut matanya malah memandang Agnes yang kehilangan semangat.
Melihat Agnes sedih, Joey memperlebar senyumnya.
Sekeluarga semuanya sedang membicarakan hasil dari masalah pernikahan tersebut, hanya ada Agnes yang tidak ikut berdiskusi berdiri di sela-sela.
“Agnes, datang kesini dan siapkan aku sup!” Lorry dengan pandangan dingin melihat Agnes, nada bicaranya pun kasar.
Agnes tidak berani menyeret dengan segera membantunya menuangkan sup yang diinginkannya.
Saat Agnes sedang meletakkan sebuah mangkuk sup di depan Lorry, tangannya menuangkan seluruh isi mangkuk sup tersebut ke atas pergelangan tangan Agnes.
“Ah……” Agnes berteriak kesakitan, raut wajahnya seketika berubah menjadi pucat.
Pergelangan tangan yang awalnya berwarna putih bersih seperti kapur berubah menjadi kemerahan sampai-sampai melepuh.
Kuah sup yang baru matang itu dengan sengaja dituangkan oleh Lorry ke atas pergelangan tangan Agnes.
Pada saat ini, air mata Agnes tiba-tiba mengalir.
“Mengapa kamu begitu bodoh, tidak bisa menuang sup. Jika sup tersebut tumpah dan melukai Lorry, malam ini kau akan menerima akibatnya!” Lorry melihat Agnes dengan tatapan penuh dendam dan kebencian, mulutnya tidak berhenti untuk berbicara.
“Maaf……” Agnes menahan air mata yang nyaris mengalir keluar, menahan rasa sakit yang dia rasakan di pergelangan tangannya, diam-diam mengelap sup yang tertumpah di atas pergelangan tangannya hingga bersih.
Saat sesampainya di rumah Lorry, semua orang telah selesai makan, dia segera membersihkan segalanya lalu kembali ke rumah yang disediakan untuk pembantu yang sangat sederhana.
Pada saat itu pergelangan tangannya telah menjadi sangat merah, luka bekas tumpahan sup itu seperti terbakar.
Seperti ada ratusan juta semut sedang mengigitnya, juga seperti ratusan juta jarum suntik beracun sedang menyuntiknya.
Agnes merasakan sakit sampai-sampai wajahnya memutih, air mata telah mengalir dengan sendirinya.
Dia menahan rasa sakit, mengeluarkan obat dari laci.
Saat di rumah Lorry, merasakan kesakitan sudah menjadi makanan sehari-hari yang Agnes rasakan, oleh karena itu ia telah mempersiapkan obat bagi dirinya untuk digunakan saat dibutuhkan.
Sehari demi sehari telah terlewati, beberapa hari itu Joey selalu mempermalukan Agnes di rumah sakit.
Agnes selalu sabar sampai saat dia dinyatakan keluar dari rumah sakit.
Setiba di rumah Lorry, Agnes yang masih belum pulih total langsung disibukkan oleh perintah-perintah Lorry yang harus dikerjakannya.
Sore hari, Agnes meletakkan masakan yang telah dimasaknya dan menuangkan teh untuk mereka minum.
Walaupun dia adalah nenek dari Lorry, namun itu hanyalah kepalsuan.
Tiga tahun belakangan, keberadaannya di rumah Lorry seperti seorang pembantu.
Hidup yang dia jalani lebih pahit dibandingkan seorang pembantu, dan lebih lagi masih harus menerima hinaan yang keluarga Lorry yang dilontarkan terhadapnya. Biasanya dia tidak diperbolehkan untuk ikut makan bersama dengan yang lain di meja makan, hanya saat Lorry dan keluarganya telah selesai makan, dia secara diam-diam memakan makanan sisa di dapur.
“Joey, aku dengan paman Lorry telah melihat tanggal keberuntungan, bulan depan hari ke delapan adalah sebuah hari yang sangat bagus, kami mengadakan pernikahan hari itu saja bagaimana?” Makan setengah dari porsi makannya, Lorry tiba-tiba mendiskusikan masalah pernikahan.
Mendengar kalimat ini, Agnes yang berdiri di samping tercengang-cengang, tidak dapat menahan penglihatannya untuk melihat kearah Lorry.
Dia duduk di sebelah Joey, dengan harmonis mengambilkan sayur untuk diberikan kepadanya, mereka terlihat sangat romantis.
Keromantisan hubungan ini membuat hati Agnes semakin hancur.
Dia menurunkan penglihatannya dan menahan semua rasa sakit hati yang ia rasakan.
Dia paham bahwa dirinya tidak ada kesakitan apa-apa, namun rasa sakit hati yang ia rasakan menyebar ke seluruh anggota badannya.
“Paman dan bibi adalah tuannya.” Wajah Joey dipenuhi dengan senyum yang malu-malu, namun sudut matanya malah memandang Agnes yang kehilangan semangat.
Melihat Agnes sedih, Joey memperlebar senyumnya.
Sekeluarga semuanya sedang membicarakan hasil dari masalah pernikahan tersebut, hanya ada Agnes yang tidak ikut berdiskusi berdiri di sela-sela.
“Agnes, datang kesini dan siapkan aku sup!” Lorry dengan pandangan dingin melihat Agnes, nada bicaranya pun kasar.
Agnes tidak berani menyeret dengan segera membantunya menuangkan sup yang diinginkannya.
Saat Agnes sedang meletakkan sebuah mangkuk sup di depan Lorry, tangannya menuangkan seluruh isi mangkuk sup tersebut ke atas pergelangan tangan Agnes.
“Ah……” Agnes berteriak kesakitan, raut wajahnya seketika berubah menjadi pucat.
Pergelangan tangan yang awalnya berwarna putih bersih seperti kapur berubah menjadi kemerahan sampai-sampai melepuh.
Kuah sup yang baru matang itu dengan sengaja dituangkan oleh Lorry ke atas pergelangan tangan Agnes.
Pada saat ini, air mata Agnes tiba-tiba mengalir.
“Mengapa kamu begitu bodoh, tidak bisa menuang sup. Jika sup tersebut tumpah dan melukai Lorry, malam ini kau akan menerima akibatnya!” Lorry melihat Agnes dengan tatapan penuh dendam dan kebencian, mulutnya tidak berhenti untuk berbicara.
“Maaf……” Agnes menahan air mata yang nyaris mengalir keluar, menahan rasa sakit yang dia rasakan di pergelangan tangannya, diam-diam mengelap sup yang tertumpah di atas pergelangan tangannya hingga bersih.
Saat sesampainya di rumah Lorry, semua orang telah selesai makan, dia segera membersihkan segalanya lalu kembali ke rumah yang disediakan untuk pembantu yang sangat sederhana.
Pada saat itu pergelangan tangannya telah menjadi sangat merah, luka bekas tumpahan sup itu seperti terbakar.
Seperti ada ratusan juta semut sedang mengigitnya, juga seperti ratusan juta jarum suntik beracun sedang menyuntiknya.
Agnes merasakan sakit sampai-sampai wajahnya memutih, air mata telah mengalir dengan sendirinya.
Dia menahan rasa sakit, mengeluarkan obat dari laci.
Saat di rumah Lorry, merasakan kesakitan sudah menjadi makanan sehari-hari yang Agnes rasakan, oleh karena itu ia telah mempersiapkan obat bagi dirinya untuk digunakan saat dibutuhkan.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved