BAB 7 Tidak Punya Jalan untuk Melarikan Diri

by Mevita 12:42,Aug 21,2019
Beberapa bodyguard baru saja mau mengeksekusi Bella, dan seketika berhenti ketika melihat wajah Vanny, ya, mereka sudah bersama David beberapa tahun ini, wajah Anqila mereka tentu saja sudah pernah melihatnya.
Saat ini lampu kamar begitu suram, wajah Vanny yang full make up membuatnya semakin terlihat seperti Anqila.
Vanny sambil tertawa berkata: “Aku datang mencarimu untuk menagih hutang.”
Mulanya yang menjadi bintang klub malam ini adalah dia, banyak pria melempar uang dan mengelilinginya, tapi sejak Mawar ini datang, pria busuk yang selalu merayap di bawah roknya semuanya pergi mencari dia dan menghabiskan uang mereka di tubuh Bella!
Vanny berjalan pelan ke arah Bella, para bodyguard membuka jalan membiarkannya lewat.
Ujung heelsnya yang lancip dengan penuh tenaga dia tendangkan ke mulut Bella.
Bella yang dari awal sudah menangis hebat: “Kakak, semuanya salahku, dulu ketika ayah menyuruhku untuk menikah dengan David, aku harusnya menolaknya, aku yang sudah memisahkan kalian, membuatmu mati dengan mengenaskan...”
“Begini caramu meminta maaf?” Vanny menggunakan kakinya menginjak wajah Bella, menggilas tattoo bunga mawar di wajah Bella, hingga darah yang keluar sudah tak terlihat jelas: “Aku bisa menghancurkan wajahmu sekali, tentu saja bisa menghancurkannya untuk kedua kalinya! Aku ingin melihatmu menggunakan cara apa lagi menggoda para pria! Dasar pelacur!”
Bella sudah tidak bisa merasakan sakit lagi, dan membiarkan Vanny menginjaknya.
“Kakak, kakak, tolong suruh tuan David lepaskan keluarga kita, ya? Aku bisa melakukan apa saja...”
“Baiklah,” Vanny dengan jijik menggunakan baju Bella yang sudah lecek mengelap bekas darah di ujung heelsnya, “Berlutut, bersujud dan jilat sepatuku hingga bersih!”
Setelah Vanny mengucapkan kata-kata itu, bunyi pintu 'pang' seperti di tendang hingga terbuka.
David seperti roh jahat dari India berjalan pelan mendekat, suaranya terdengar begitu dingin: “Berpura-pura menjadi Anqila? Kamu pantas?”
Vanny terkejut seluruh tubuhnya mendadak gemetaran: “Tuan David, aku tidak mengatakan kalau aku adalah Anqila, Mawar sendiri yang memanggilku seperti itu, sungguh! Tidak ada kaitannya denganku!”
David melewatinya, menarik Bella yang tengah berlutut berdiri, melihat wajahnya yang sudah berdarah tak berbentuk, dan melihat bekas darah di ujung heels Vanny, dia seketika mengerti, “Walaupun dia hanya seekor anjing, kalau kamu mau menyentuhnya tetap harus meminta izin melalui pemiliknya.”
Kesadaran Bella sudah di bawah normal, air matanya sudah membasahi seluruh wajahnya, wajah sebelah kanannya berdarah banyak, darah segar merahnya luruh dari dagu ke leher hingga ke bawah.
Vanny ingin melarikan diri, tapi pintu keluar di hadang oleh bodyguard: “Tuan David, wanita ini mau di eksekusi bagaimana?”
“Kasih tahu Jane, dia tahu harus bagaimana.”
Tubuh Bella yang di angkat David tidak menginjak tanah, dan dia masih tidak berhenti memohon: “Kakak, kamu harus memastikan siapa dalangnya, jangan menyakiti yang bukan dalangnya, kalau kamu ada keluhan hajar saja aku, adik, dia baru 17 tahun, tahun depan dia sudah mau ujian kelulusan, kamu suruh tuan David lepaskan dia, ya?”
Darah jatuh di punggung tangan David, dia merasa jijik melempar Bella ke samping, asistennya dengan membawa hp masuk ke ruangan: “Bos, telepon dari kakek”
Setelah David pergi, ruangan kembali menjadi tenang.
Jane sudah menunggu lama, menunggu jelmaan iblis-David pergi, dan setelah David pergi, dia dengan terburu-buru masuk ke dalam ruangan, dan dengan sekuat tenaga menuntun Bella baring di atas kasur, menepuk ringan sebelah wajah Bella yang terluka: “Mawar, Mawar, bangun.”
Bella pelan-pelan membuka kedua matanya, dia melihat Jane lama, baru bersuara: “Kakak Jane...”
“Iya,” Jane menghela nafas lega, setiap kali melihat Bella, dia seperti merasakan memiliki nasib yang sama dengan Bella, pernah beberapa waktu yang lalu, dia dibohongi pria bejat hingga tak memiliki uang sepeser pun, menjual diri di klub malam di siksa hingga begitu menderita, hingga saat ini membuatnya ingin membantu Bella yang kasihan ini: “Bertahan sedikit lagi, kamu tidak bisa tinggal di klub malam ini lagi, David kapan saja akan kembali datang, siapkan barangmu, aku akan memanggil orang untuk membawamu meninggalkan tempat ini.”
Bella dengan putus asa menggelengkan kepalanya: “Tidak, aku tidak bisa pergi, kalau aku pergi, dia akan menghabisi keluargaku.”
“Melindungi diri nomor satu!” Jane dari lemari mengeluarkan baju menyuruh Bella mengganti bajunya yang sudah compang-camping, memanggil seorang pelayan bir, kemudian menatap Bella dan berkata: “Bisa jalan seberapa jauh, jalanlah seberapa jauh, ini hpmu dan ada sedikit uang, cepat pergi!”
Pelayan bar membawanya masuk ke dalam mobil, menginjak gas dan memosisikan mobil di belakang beberapa mobil orang, berkelok-kelok menghindari cctv, berjalan ke arah jalan panjang meninggalkan klub malam.
Trililing--Hp Bella berdering.
Bella melihat siapa yang neneleponnya, dan dengan sigap langsung mengangkatnya: “Doni!”
“Kak! Aku sudah harus membayar uang les sekolah, aku kemarin bukannya sudah mengatakannya pada kakak, kakak kok belum mengirimkan uangnya?”
Kesadaran Bella langsung normal dan duduk dengan tegap, tangannya memegang wajahnya: “Maaf, maafkan kakak, pekerjaan kakak akhir-akhir ini sangat sibuk jadi lupa, butuh berapa uang?”
“60 juta!”
Bella mengernyitkan dahinya: “Mahal sekali...”
“60 juta masih mahal? Kak kamu bukannya bilang kerja di perusahaan besar, uang sedikit ini tidak bisa bantu bayar?” Doni dengan perasaan tidak senang berkata: “Dan juga kakak ipar kan banyak uangnya, 60 juta baginya hanya uang kecil, pasti kakak yang memang tidak mau kasih aku uang kan?”
Mendengar perkataan adiknya, hati Bella terasa sakit, tapi dia masih dengan menghibur adiknya berkata: “Tidak, tidak, kakak cuma ada satu adik, bagaimana mungkin tidak mau memberikanmu uang. Kamu jangan panik, hari ini kakak akan mentransfer uangnya padamu, ya?”
Mendengar perkataan Bella, Doni baru sedikit lega dan memutus teleponnya, Bella membuka jendela membiarkan angin yang dingin masuk ke dalam mobil, pikirannya mulai sadar: “Kakak, maaf merepotkanmu tolong bawa aku kembali ke klub malam.”
Pelayan bir itu mengernyitkan dahinya: “Tapi kakak Jane...”
“Tidak apa-apa, aku yang nanti bicara padanya.”
Pelayan bir melihat tekad Bella yang bulat, mau tidak mau memutar kemudi kembali ke klub malam.
Doni sekolah di sekolahan anak kaya raya, tidak hanya biaya sekolah yang mahal, biaya-biaya lainnya juga sangat mahal, uang hasil kerjanya di klub malam setengah tahun ini dia berikan semua pada adiknya, uang di kantongnya tak pernah lebih dari 200ribu.
Tiket pesawat?
Bahkan uang tiket kereta api saja dia tidak mampu membelinya, dia bagaimana bisa lari dari genggaman David.
Selama ada dia, David hanya akan menyiksanya, dan Doni akan bisa dengan tenang mengikuti ujian kelulusan sekolahnya, Bella harus rajin menabung uangnya dan mengirim adiknya kuliah di luar negeri, dan setelah itu dia tidak akan menerima ancaman dari David lagi.
Masih ada satu setengah tahun, hanya perlu bertahan satu setengah tahun lagi, tunggu Doni pergi keluar negeri, maka dia akan bebas...
Setelah kembali ke klub malam, dia menceritakan alasannya pada Jane, Jane hanya bisa menghela nafas: “Kamu harus berpikir jelas, tempat ini sekali masuk tidak bisa keluar lagi, David dia tidak akan melepaskanmu.”
Bella terdiam sejenak dan dengan berat menganggukkan kepalanya: “Kakak Jane, aku sudah yakin, aku mau melayani tamu, aku mau mengumpulkan uang.”
“Hm, baiklah.” Jane berkata: “Tapi hari ini mungkin tidak bisa, wajah kamu masih ada luka. 60 juta ya? Aku kasih kamu dulu saja, nanti tunggu kamu ada uang baru kamu bayar.”
Bella menggelengkan kepalanya: “Kak Jane, kamu sudah banyak sekali membantuku, aku tidak bisa menerima uangmu lagi.”
“Nah kalau begitu bagaimana?”
“Aku ingin menjual darah.”
“Kalau secara resmi tidak boleh menjual darah, bisanya mendonasikan darah.”
Bella dengan matanya yang memerah mengangkat wajahnya: “Kak Jane kamu tahu tidak dimana ada tempat membeli darah?”
Jane sudah mengelilingi semua daerah di kota H, dia tentu saja tahu.
Di dalam klinik ilegal yang berposisi di basemen, jarum tertancap di urat nadi pergelangan tangannya, darah merah mengalir ke dalam pipa, mata dokter tidak melihatnya, seperti sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini: Dengan dingin bertanya padanya: “Mau jual berapa?”
“Butuh berapa banyak darah hingga menghasilkan uang 60 juta?”
Dokter tertawa dingin: “Hingga darahmu habis pun uangnya tidak akan sampai 60juta!”

Download APP, continue reading

Chapters

199