Bab 10 Ini Adalah Takdir Wanita

by Mevita 12:42,Aug 21,2019
Kakek David shock mundur beberapa langkah, terduduk di atas sofa, wajahnya memucat, deru nafasnya tak beraturan: “Bella...Kamu, sebenarnya apa yang sudah terjadi?”
Bella tergesa mencari obat kakek, lalu menyuapkan obat ke dalam mulut kakek: “Kakek, kamu minum obat dulu...”
“Bilang padaku! David ya yang memaksamu?!”
Air mata Bella mulai luruh, melihat David yang menatap tajam dirinya, lalu memanglingkan muka. Dia tidak berani melawan David, karena dia masih harus melindungi Doni darinya, Bella hanya bisa mengatakan kebohongan: “Tidak, dia tidak memaksaku, aku sendiri yang bersedia melakukan itu...Kakek!”
Kakek sesak nafas, wajahnya merah kebiruan, tubuhnya seperti mau roboh.
“Kakek!” David menyuap obat lagi ke dalam mulut kakek lalu mencekik leher Bella menariknya keluar rumah: “Menyingkir dari sini!”
Bunyi 'Peng' hempasan pintu yang menutup memekakkan telinga.
Bella berdiri di pintu luar tidak tahu harus pergi atau tetap menunggu disana.
Kakek David selama ini selalu bersikap baik padanya, memperlakukan dia seperti anaknya sendiri, kakek juga satu-satunya orang yang mengakui Bella sebagai mantu dari keluarga David, tapi sakit kakek David 2 kali kambuh ini semuanya disebabkan oleh Bella...
Bella merasa menyesal karena dirinya yang tak berdaya, dia baru mau mengetuk pintu rumah tapi mendengar suara seseorang yang familiar dari belakang: “Sungguh tidak tahu malu, sudah di usir keluar rumah masih ada muka mengetuk pintu lagi.”
Bella melihat ke belakang seorang wanita dengan dress limited editionnya juga dandanannya yang wah, Bella dengan suara rendah bergumam: “Kakak.”
Cindy marah: “Jangan panggil aku kakak, kamu itu hanya anak haram, keluarga kami tidak mengakuimu.”
Ayah Bella- Heri waktu muda dulu sangat terkenal, awalnya menikahi Fenny, Fenny melahirkan Anqila dan Cindy, juga seorang anak laki-laki bernama Delson yang dari lahir sudah lemah dan rentan sakit hidupnya bergantung pada obat, ayahnya lalu menggoda penari muda yang cantik-Yolanda, dan lahir lah Bella juga adiknya Doni.
Sikap Anqila dan Cindy terhadap Bella dan adiknya sangat tidak baik, tapi karena adiknya Doni merupakan anak laki-laki yang paling sehat di keluarganya, bahkan istri sah Fenny tidak berani berkata kasar padanya, tapi tidak dengan Bella, ibu kandung dan adik kandungnya tidak begitu menganggapnya, dari dulu dia adalah korban bullyan Anqila dan Cindy.
Tatapan mata Cindy melewati Bella, melihat pintu besar rumah keluarga David: “Hehe, ibunya seperti itu wajar sekali anaknya seperti ini, punya ibu yang hanya wanita simpanan, melahirkan anak perempuan juga tidak jauh-jauh darinya yang murahan, pergi ke klub malam bersama banyak pria bergumul, sungguh seperti anjing bodoh yang tidak bisa berubah untuk tidak makan kotorannya sendiri.”
Bella malas meladeni Cindy, “Aku pergi dulu.”
“Tunggu tunggu--” Cindy menghadang Bella, menarik tangan Bella meletakkannya di perutnya, tertawa ringan: “Bella, kalau sadar diri cepatlah bercerai dengan David, aku saat ini sedang mengandung anaknya.”
Bella tersentak mengangkat kepalanya, matanya melotot tidak mampu percaya, cinta David terhadap Anqila begitu dalam, bagaimana bisa...
Cindy dengan bangga tertawa, menekan tangan Bella tidak membiarkannya pergi: “Hehehe, mau bagaimana lagi, cuma bisa pasrah karena aku punya kakak seperti Anqila, sebelum pergi dari dunia masih sempat menitipkanku pada David, bahkan meminta David untuk menjagaku baik-baik...”
“Dia itu kakak iparmu!” Bella emosi seluruh badannya bergetar: “Kamu mengandung anak kakak iparmu sendiri tidak takut menjadi bahan omongan seluruh orang di kota H?!”
“Aku takut apa?” Cindy melepaskan tangan Bella,
kedua tangannya saling melipat di depan dada, menatap remeh Bella: “Waisat Anqila sebelum pergi ingin aku hidup bahagia, aku dan anak yang ada di dalam hidupku harus hidup bahagia dan derajat yang tinggi selamanya...”
Dan di waktu ini, wajah Cindy seketika berubah, dengan panik menarik tangan Bella, berteriak: “Bella aku mohon, aku tahu kamu benci padaku, kamu ada dendam apa lampiaskan padaku, tolong biarkan anakku hidup, aku mohon...”
Pintu rumah terbuka, bayangan tubuh David muncul, Bella melihat Cindy dengan perutnya menabrakkan dirinya sendiri ke arahnya, lalu terjatuh di lantai berteriak kesakitan: “Perutku sakit sekali, David, tolong aku, tolong selamatkan anak kita...”
“Cindy--!”
David berlari dengan langkah besar menghampiri Cindy langsung memeluknya, David menatap tajam Bella seolah mau membakarnya habis-habis: “Bella, kalau Cindy dan anakku ada apa-apa, aku akan menghabisimu!”
“David, bukan aku...”Bella dengan histeris menggelengkan kepala.
Cindy di dalam pelukan David mengangkat kepalanya, merasa terbully: “Barusan disini cuma ada kita berdua, kalau bukan kamu berarti aku sendiri yang mencelakai anakku? Aku sudah dengan niat baik ingin memperhatikan keadaanmu, tapi kamu malah berbuat seperti ini padaku!”
Mata David begitu kelam, Bella bisa merasakan kemarahannya yang begitu besar.
“Minggir!” David menggendong Cindy, kakinya menginjak perut Bella, Bella kesakitan hingga meringkuk, dan mendengar suara David yang dengan lembut memperhatikan keadaan Cindy: “Kamu jangan takut, ada aku disini, anak kita tidak akan ada apa-apa.”
Darah di dalam tubuh Bella mendingin: “David, kamu sungguh dengannya...”
David menatap Bella dingin seperti menatap sampah: “Benar, Cindy tengah mengandung anakku. Bella, masalah hari ini aku sudah mencatatnya, tunggu keadaan kakek dan Cindy membaik, aku akan membalas semuanya!”
David menggendong Cindy masuk ke dalam rumah, Cindy dalam gendongan David melihat Bella dengan perasaan puas.
Pintu rumah di tutup, dan Bella lagi-lagi di tinggal sendirian di luar rumah.
Pembantu rumah melihat Bella kasihan, menghampirinya dan menyanggahnya berdiri: “Kamu cepat pergi dari sini, nona Anqila sudah tiada, sakit kakek yang selalu kambuh, tuan muda tidak akan melepaskanmu...”
Bella tertawa pahit, ekspresi tawanya daripada menangis lebih menyeramkan: “Terima kasih.”
Memegang tangan pembantu dengan gemetaran berdiri, tiba-tiba datang sebuah tamparan keras menamparnya hingga kembali terjatuh, Jesy menghampirinya dan menjambaknya: “Kamu berani menyentuh cucuku? Aku akan membunuhmu!”
“Aku tidak mencelakainya!” Bella membela diri: “Aku bahkan tidak tahu di perutnya ada anak, aku bagaimana mungkin mau mendorongnya mencelakainya?!”
Jesy tidak mau mendengar pembelaan Bella,“Kamu ini ya cuma seorang wanita yang tidak bisa melahirkan anak, cepat pergi dari rumah kami!”
Bella dengan sadis di usir dari rumah, dia kembali ke klub malam langsung masuk ke kamarnya dan menangis hebat semalaman.
Dia tidak tahu dirinya salah apa, tapi semuanya terjadi hingga seperti ini?
Waktu Jane datang ke kamar, dia menghela nafas: “Inilah takdir wanita, harus jujur dan berbudi, harus sopan patuh pada keluarga, harus melahirkan anak dan juga harus menahan kehadiran wanita simpanan.”
Bella hanya membisu.
Jane melihatnya kasihan: “Berita di koran aku sudah melihatnya, mawar, apa rencanamu?”
Bella menggelengkan kepala: “Aku tidak tahu...”
“Boleh pulang ke rumah?”
Rumah?
Bella memejamkan mata, dia harus pulang, harus membawa uang 20 juta memberikannya pada Doni.
Malam jam 8, langit begitu gelap.
Bella turun dari bus umum, menguraikan rambutnya sedikit menutupi keningnya, menyelusuri jalan menuju villa keluarganya.
Keluarganya saat ini sudah bangkrut, tapi harga diri ayahnya begitu tinggi dan memaksakan diri untuk tinggal di villa, masih menganggap dirinya orang kaya bermain judi besar-besaran membuat tetangganya tak habis pikir, tapi Heri tidak mempedulikannya pandangan para tetangganya terhadapnya.
Sekali masuk rumah, bau asap rokok yang berat membuat mata Bella pedih mengeluarkan air mata.
Heri bersama temannya bermain judi, melihat Bella pulang sekilas malas mengangkat wajah: “Pulang bawa uang tidak? Kalau tidak bawa uang pergi dari sini tidak usah pulang.”

Download APP, continue reading

Chapters

199