Bab 8 Asalkan Bisa Menyelamatkan Satu Nyawa
by Mevita
12:42,Aug 21,2019
Setelah keluar dari klinik, tubuh Bella sempoyongan.
Jane dengan cepat menyanggahnya: “Apakah kamu masih baik-baik saja?”
Bella menahan air matanya, menggelengkan kepala: “Uangnya tidak cukup, masih tidak cukup...Kakak Jane,aku masih ada kornea mata, masih ada liver, tolong bawa aku...”
Jane dari tasnya mengeluarkan segepok uang dan memberikannya pada Bella: “Kalau kamu masih ngotot, nyawa kamu akan hilang. Uang ini kamu ambil dulu, jangan menolak lagi, nanti kalau kamu ada uang baru kembalikan padaku.”
“Kak Jane...”
“Sudah, sudah, cepat kirim uang ini ke adikmu.”
Selesai mengirim uang, Bella menelepon Doni: “Doni, uang sudah masuk belum?”
Doni masih dengan perasaan tidak puas berkata: “Sudah, kak, lain kali kirimnya tepat waktu ya, sekelas cuma aku sendiri yang terakhir bayar, memalukan sekali.”
“Iya, lain kali kakak akan kirim tepat waktu, maafkan kakak ya.”
Doni tiba-tiba terpikir kalau dirinya sangat ingin membeli sebuah alat game, teman-teman di kelasnya sudah banyak yang membelinya, dan dia sudah lama menginginkannya, dia mulai berbohong: “Kak, minggu depan aku masih harus membayar baju sekolah, 20 juta, kakak secepatnya kirim ke aku ya! Kali ini jangan sampai telat ya.”
20 juta, baju di sekolahan anak kaya raya begitu mahal kah...
Bella menggigit bibirnya: “Baiklah, kamu belajar baik-baik ya, sisanya jangan dipikirin, ada kakak yang membantumu.”
“Iya, iya, aku tutup ya teleponnya, ingat kirim uang, semakin cepat semakin baik.” Doni dengan tidak sabar menutup telepon.
Jane membawa Bella pulang ke klub malam, mengangkat dagunya membantunya mengobati luka di wajahnya: “Vanny sungguh keterlaluan memperlakukanmu hingga seperti ini.”
Dalam ingatan Bella, hari itu yang menginjak wajahnya sepertinya adalah kakaknya, dan ternyata dia salah, orang itu adalah Vanny.
Jane berkata, “Tidak tahu Vanny mendengar kabar David dan kakakmu dari mana, lalu mengikuti bentuk wajah kakakmu pergi oplas, dia berniat menggoda David, tapi akhirnya tidak berhasil malah di hina habis-habisan, makanya dia melampiaskan kemarahannya padamu.”
Bella akhirnya mengerti, Vanny selama ini tidak suka padanya, luka di wajahnya dua kali, juga nyawa anak di dalam kandungannya, semua hancur dan mati karena perbuatannya.
“David menyerahkan Vanny padaku, menyuruhku memberinya pelajaran, aku akan meminta pertanggung jawabannya atas perbuatannya padamu.”
Bella ingin mengucapkan terima kasih, tapi merasa kata terima kasihnya tidak berarti.
Satu minggu kemudian.
Luka di wajah Bella membaik, Jane sedang membantunya mengobati luka di wajahnya.
Ada orang datang mencari Jane: “David direktur perusahan LS datang, menanyakan keberadaan Bella dan Vanny dimana.”
Jane mengernyitkan dahinya berdiri: “Bawa Vanny pergi menemuinya, bilang kalau Mawar terluka dan izin kerja.”
Bella masih ragu-ragu, akhirnya membuka suara: “Terima kasih kak Jane, aku sebaiknya pergi kesana, setidaknya dengan seperti ini aku bisa menyelamatkan satu nyawa, terserah dia mau bagaimana menyiksaku.”
Setelah keluar, dia melihat Vanny yang terlihat canggung.
Dia sepertinya belum lama melakukan operasi plastiknya, wajahnya masih terlihat tidak natural, melihat matanya yang memancarkan aura kebencian: “Melihat tuan David datang langsung cepat mengejarnya, masih tidak tega meninggalkan hartanya? Masih berpura-pura menjadi wanita suci!”
Bella menundukkan wajahnya, “Ayo jalan.”
Kalau saja dia punya cara lain, pasti tidak akan jatuh dan bergantung pada kehidupan dan kegiatan di klub malam, dan kalau dipikir-pikir Vanny juga orang yang patut di kasihani, sama sepertinya cuma karena tuntutan kehidupan membuatnya menjadi picik.
Dan hari ini adalah hari ulang tahun Anqila, David bagaimana mungkin tidak ingat?
Bella dari awal sudah mempersiapkan dirinya, dia tahu David datang kesini hanya untuk menyiksanya.
Masih di kamar VIP yang biasanya, tapi kali ini hanya ada David sendiri disana.
Matanya menatap Bella: “Bukannya bilang tidak ada uang pergi? Uang adikmu 60 juta datang dari mana?”
Dia tahu?
Iya juga, di kota H semua yang ingin dia tahu, bukan suatu hal yang sulit.
“Bella, dasar kau pelacur, hanya berbaring membuka kaki sudah bisa mendapatkan uang, orang sepertimu bagaimana bisa menyerah pada pekerjaan yang mudah seperti ini?” Dia menunjuk kakinya: “Bukannya kamu bilang kamu mau jadi anjing liar? ayo sini, berlutut!”
Bella menggigit bibirnya, dia memberi tahu dirinya, Bella, kamu harus tahan, asalkan bisa menyelamatkan nyawa dan mengumpulkan uang untuk Doni, asalkan masih bisa hidup, apalah arti harga diri? apalah arti moral? Semuanya adalah miliknya saat di keluarganya, bukan milik Mawar yang saat ini bekerja menemani tamu di klub malam.
Kedua lututnya menyentuh tanah, tubuhnya condong ke arah kaki David.
Dirinya begitu rendah seperti semut.
Bir yang begitu dingin dari kepalanya turun ke bawah, satu botol demi satu botol, luka di wajahnya terbakar karena cairan bir yang keras, rasanya panas dan sangat sakit.
“Dulu kamu memikirkan berbagai cara agar bisa menikah denganku, juga karena melihat kekayaan keluargaku kan?” David berbicara sambil menggertakan giginya.
Bibir Bella bergetar, dari hatinya paling dalam berteriak: Bukan, semuanya aku lakukan karena aku cinta padamu...
Bella tersenyum pahit menggelengkan kepala, kata-kata ini kalau keluar dari mulutnya, David pasti hanya akan menganggapnya sebuah lelucon.
Rasa cintanya, bahkan tidak sebanding dengan sehelai rambut Anqila, hidupnya hanya pantas di bawah kaki Anqila.
“Aku beli satu botol bir, kamu mau jual berapa?” David membuka satu botol bir lagi, menumpahkannya ke seluruh badan Bella, bunyi 'tik-tik' air bir jatuh ke lantai membentuk genangan.
Bella menutup matanya: “200 ribu.”
“Heh, baiklah, lagi pula aku punya banyak uang, hari ini kamu minum berapa botol, aku beli berapa botol.”
Bella dengan cepat mengangkat kepalanya: “Sungguh?”
David mengangkat ujung bibirnya, “Tentu saja.”
Uang baju sekolah adiknya belum terbayar, segala pekerjaan yang menghasilkan uang akan dia terima.
“Baik, aku minum.”
Pelayan bir membawa 2 kotak vodka ke dalam, bau bir di dalam ruangan itu begiti menyengat membuat kepala Bella pusing.
Donasi darah paling tinggi hanya bisa menarik 400ml darah, tapi dia memaksa dokter mengambil darahnya hingga 800ml, wajahnya sekarang terlihat pucat.
Membuka tutup botol, dia langsung menegak bir, dalam ruangan hanya terdengar suaranya yang meneguk bir.
“Satu botol.” Bella meletakkan satu botol bir yang sudah kosong di atas meja, lalu mengambil satu botol lainnya dan menegaknya.
“Dua botol.”
“...”
“Lima botol.” Kadar alkohol begitu tinggi, Bella sudah tidak mampu berlutut, tapi masih dengan mengernyitkan dahi tidak berhenti menegak bir, dia minum terlalu terburu-buru hingga tersegak, membuat air mata dan ingusnya juga ikut keluar.
Lima kertas cek di buang ke wajahnya, suara David terdengar bergema: “Satu juta, lanjutkan.”
Rasa sakit di kepalanya seperti mau pecah, air matanya mengaburkan pandangannya, Bella menggelengkan kepalanya: “Tidak bisa, tidak bisa minum lagi, aku sungguh tidak bisa...”
“1 juta sudah membuat kamu puas?” David menepuk tempat kosong di sebelahnya, menyuruh Vanny duduk disana.
Vanny kesenangan dengan cepat pergi ke sebelah David, membiarkan David memegang dahunya melihat bagian kiri-kanan wajahnya.
“Siapa namamu?”
“Vanny, tuan David, nama saya Vanny.”
“Hari ini, nama kamu Anqila.” David saat ini juga minum banyak bir, melihat wajah Vanny yang di depannya tidak begitu jelas, “Anqila, kamu sudah meninggalkan ku 4 tahun lamanya, kamu tahu tidak aku begitu merindukanmu?”
Vanny terkejut bahagia menaruh tangan David di dadanya: “Tuan David, aku juga merindukanmu, aku bisa melakukan apa saja untukmu...”
“Hehe,” Pandangan mata David mengabur, dia menunjuk Bella yang ada di bawah kakinya, bertanya pada Vanny: “Anqila menurutmu, dia murahan tidak?”
“Murahan sekali, melihat pria kaya langsung mendekatinya!” Vanny dengan sengaja menjelekkan Bella, “Tuan David, suruh dia pergi dari sini saja ya? Saya mempunyai banyak cara untuk membuat tuan bahagia, saya jamin akan melayani tuan hingga tuan puas.”
“Tidak buru-buru, suruh dia lanjutkan minumnya.” Tangan David memegang botol bir, mengangkat dagu Bella membuatnya tidak bisa menutup mulutnya, dia hanya bisa menelan bir yang dipaksa masuk ke dalam mulutnya, perlawanannya tidak berguna sama sekali, batuknya yang hebat tidak membuatnya lepas dari paksaan David, air bir yang dingin dari wajahnya turun hingga ke seluruh tubuhnya, membuat tubuhnya kini basah kuyup.
Jane dengan cepat menyanggahnya: “Apakah kamu masih baik-baik saja?”
Bella menahan air matanya, menggelengkan kepala: “Uangnya tidak cukup, masih tidak cukup...Kakak Jane,aku masih ada kornea mata, masih ada liver, tolong bawa aku...”
Jane dari tasnya mengeluarkan segepok uang dan memberikannya pada Bella: “Kalau kamu masih ngotot, nyawa kamu akan hilang. Uang ini kamu ambil dulu, jangan menolak lagi, nanti kalau kamu ada uang baru kembalikan padaku.”
“Kak Jane...”
“Sudah, sudah, cepat kirim uang ini ke adikmu.”
Selesai mengirim uang, Bella menelepon Doni: “Doni, uang sudah masuk belum?”
Doni masih dengan perasaan tidak puas berkata: “Sudah, kak, lain kali kirimnya tepat waktu ya, sekelas cuma aku sendiri yang terakhir bayar, memalukan sekali.”
“Iya, lain kali kakak akan kirim tepat waktu, maafkan kakak ya.”
Doni tiba-tiba terpikir kalau dirinya sangat ingin membeli sebuah alat game, teman-teman di kelasnya sudah banyak yang membelinya, dan dia sudah lama menginginkannya, dia mulai berbohong: “Kak, minggu depan aku masih harus membayar baju sekolah, 20 juta, kakak secepatnya kirim ke aku ya! Kali ini jangan sampai telat ya.”
20 juta, baju di sekolahan anak kaya raya begitu mahal kah...
Bella menggigit bibirnya: “Baiklah, kamu belajar baik-baik ya, sisanya jangan dipikirin, ada kakak yang membantumu.”
“Iya, iya, aku tutup ya teleponnya, ingat kirim uang, semakin cepat semakin baik.” Doni dengan tidak sabar menutup telepon.
Jane membawa Bella pulang ke klub malam, mengangkat dagunya membantunya mengobati luka di wajahnya: “Vanny sungguh keterlaluan memperlakukanmu hingga seperti ini.”
Dalam ingatan Bella, hari itu yang menginjak wajahnya sepertinya adalah kakaknya, dan ternyata dia salah, orang itu adalah Vanny.
Jane berkata, “Tidak tahu Vanny mendengar kabar David dan kakakmu dari mana, lalu mengikuti bentuk wajah kakakmu pergi oplas, dia berniat menggoda David, tapi akhirnya tidak berhasil malah di hina habis-habisan, makanya dia melampiaskan kemarahannya padamu.”
Bella akhirnya mengerti, Vanny selama ini tidak suka padanya, luka di wajahnya dua kali, juga nyawa anak di dalam kandungannya, semua hancur dan mati karena perbuatannya.
“David menyerahkan Vanny padaku, menyuruhku memberinya pelajaran, aku akan meminta pertanggung jawabannya atas perbuatannya padamu.”
Bella ingin mengucapkan terima kasih, tapi merasa kata terima kasihnya tidak berarti.
Satu minggu kemudian.
Luka di wajah Bella membaik, Jane sedang membantunya mengobati luka di wajahnya.
Ada orang datang mencari Jane: “David direktur perusahan LS datang, menanyakan keberadaan Bella dan Vanny dimana.”
Jane mengernyitkan dahinya berdiri: “Bawa Vanny pergi menemuinya, bilang kalau Mawar terluka dan izin kerja.”
Bella masih ragu-ragu, akhirnya membuka suara: “Terima kasih kak Jane, aku sebaiknya pergi kesana, setidaknya dengan seperti ini aku bisa menyelamatkan satu nyawa, terserah dia mau bagaimana menyiksaku.”
Setelah keluar, dia melihat Vanny yang terlihat canggung.
Dia sepertinya belum lama melakukan operasi plastiknya, wajahnya masih terlihat tidak natural, melihat matanya yang memancarkan aura kebencian: “Melihat tuan David datang langsung cepat mengejarnya, masih tidak tega meninggalkan hartanya? Masih berpura-pura menjadi wanita suci!”
Bella menundukkan wajahnya, “Ayo jalan.”
Kalau saja dia punya cara lain, pasti tidak akan jatuh dan bergantung pada kehidupan dan kegiatan di klub malam, dan kalau dipikir-pikir Vanny juga orang yang patut di kasihani, sama sepertinya cuma karena tuntutan kehidupan membuatnya menjadi picik.
Dan hari ini adalah hari ulang tahun Anqila, David bagaimana mungkin tidak ingat?
Bella dari awal sudah mempersiapkan dirinya, dia tahu David datang kesini hanya untuk menyiksanya.
Masih di kamar VIP yang biasanya, tapi kali ini hanya ada David sendiri disana.
Matanya menatap Bella: “Bukannya bilang tidak ada uang pergi? Uang adikmu 60 juta datang dari mana?”
Dia tahu?
Iya juga, di kota H semua yang ingin dia tahu, bukan suatu hal yang sulit.
“Bella, dasar kau pelacur, hanya berbaring membuka kaki sudah bisa mendapatkan uang, orang sepertimu bagaimana bisa menyerah pada pekerjaan yang mudah seperti ini?” Dia menunjuk kakinya: “Bukannya kamu bilang kamu mau jadi anjing liar? ayo sini, berlutut!”
Bella menggigit bibirnya, dia memberi tahu dirinya, Bella, kamu harus tahan, asalkan bisa menyelamatkan nyawa dan mengumpulkan uang untuk Doni, asalkan masih bisa hidup, apalah arti harga diri? apalah arti moral? Semuanya adalah miliknya saat di keluarganya, bukan milik Mawar yang saat ini bekerja menemani tamu di klub malam.
Kedua lututnya menyentuh tanah, tubuhnya condong ke arah kaki David.
Dirinya begitu rendah seperti semut.
Bir yang begitu dingin dari kepalanya turun ke bawah, satu botol demi satu botol, luka di wajahnya terbakar karena cairan bir yang keras, rasanya panas dan sangat sakit.
“Dulu kamu memikirkan berbagai cara agar bisa menikah denganku, juga karena melihat kekayaan keluargaku kan?” David berbicara sambil menggertakan giginya.
Bibir Bella bergetar, dari hatinya paling dalam berteriak: Bukan, semuanya aku lakukan karena aku cinta padamu...
Bella tersenyum pahit menggelengkan kepala, kata-kata ini kalau keluar dari mulutnya, David pasti hanya akan menganggapnya sebuah lelucon.
Rasa cintanya, bahkan tidak sebanding dengan sehelai rambut Anqila, hidupnya hanya pantas di bawah kaki Anqila.
“Aku beli satu botol bir, kamu mau jual berapa?” David membuka satu botol bir lagi, menumpahkannya ke seluruh badan Bella, bunyi 'tik-tik' air bir jatuh ke lantai membentuk genangan.
Bella menutup matanya: “200 ribu.”
“Heh, baiklah, lagi pula aku punya banyak uang, hari ini kamu minum berapa botol, aku beli berapa botol.”
Bella dengan cepat mengangkat kepalanya: “Sungguh?”
David mengangkat ujung bibirnya, “Tentu saja.”
Uang baju sekolah adiknya belum terbayar, segala pekerjaan yang menghasilkan uang akan dia terima.
“Baik, aku minum.”
Pelayan bir membawa 2 kotak vodka ke dalam, bau bir di dalam ruangan itu begiti menyengat membuat kepala Bella pusing.
Donasi darah paling tinggi hanya bisa menarik 400ml darah, tapi dia memaksa dokter mengambil darahnya hingga 800ml, wajahnya sekarang terlihat pucat.
Membuka tutup botol, dia langsung menegak bir, dalam ruangan hanya terdengar suaranya yang meneguk bir.
“Satu botol.” Bella meletakkan satu botol bir yang sudah kosong di atas meja, lalu mengambil satu botol lainnya dan menegaknya.
“Dua botol.”
“...”
“Lima botol.” Kadar alkohol begitu tinggi, Bella sudah tidak mampu berlutut, tapi masih dengan mengernyitkan dahi tidak berhenti menegak bir, dia minum terlalu terburu-buru hingga tersegak, membuat air mata dan ingusnya juga ikut keluar.
Lima kertas cek di buang ke wajahnya, suara David terdengar bergema: “Satu juta, lanjutkan.”
Rasa sakit di kepalanya seperti mau pecah, air matanya mengaburkan pandangannya, Bella menggelengkan kepalanya: “Tidak bisa, tidak bisa minum lagi, aku sungguh tidak bisa...”
“1 juta sudah membuat kamu puas?” David menepuk tempat kosong di sebelahnya, menyuruh Vanny duduk disana.
Vanny kesenangan dengan cepat pergi ke sebelah David, membiarkan David memegang dahunya melihat bagian kiri-kanan wajahnya.
“Siapa namamu?”
“Vanny, tuan David, nama saya Vanny.”
“Hari ini, nama kamu Anqila.” David saat ini juga minum banyak bir, melihat wajah Vanny yang di depannya tidak begitu jelas, “Anqila, kamu sudah meninggalkan ku 4 tahun lamanya, kamu tahu tidak aku begitu merindukanmu?”
Vanny terkejut bahagia menaruh tangan David di dadanya: “Tuan David, aku juga merindukanmu, aku bisa melakukan apa saja untukmu...”
“Hehe,” Pandangan mata David mengabur, dia menunjuk Bella yang ada di bawah kakinya, bertanya pada Vanny: “Anqila menurutmu, dia murahan tidak?”
“Murahan sekali, melihat pria kaya langsung mendekatinya!” Vanny dengan sengaja menjelekkan Bella, “Tuan David, suruh dia pergi dari sini saja ya? Saya mempunyai banyak cara untuk membuat tuan bahagia, saya jamin akan melayani tuan hingga tuan puas.”
“Tidak buru-buru, suruh dia lanjutkan minumnya.” Tangan David memegang botol bir, mengangkat dagu Bella membuatnya tidak bisa menutup mulutnya, dia hanya bisa menelan bir yang dipaksa masuk ke dalam mulutnya, perlawanannya tidak berguna sama sekali, batuknya yang hebat tidak membuatnya lepas dari paksaan David, air bir yang dingin dari wajahnya turun hingga ke seluruh tubuhnya, membuat tubuhnya kini basah kuyup.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved