Bab 9 Harga Dirinya Terjual

by Mevita 12:42,Aug 21,2019
Tidak tahu sudah berapa banyak bir yang diminum, Bella hanya mengingat cahaya aneh di ruangan yang berkelap-kelip, memancar ke tubuh 2 orang yang ada di sofa, David mengelus wajah Vanny, ekspresinya yang begitu dalam tak terjelaskan: “Anqila, Anqila, aku sangat merindukanmu...”
David mencium Vanny dengan penuh hasrat, dan dengan penuh perasaan mulai melucuti pakaian Vanny, di depan mata Bella mereka berdua saling bergumul melakukan seks melepaskan hasrat masing-masing.
Vanny dengan bangga melihat Bella, suaranya terdengar nyaring: “David, kamu hebat sekali, pelan sedikit...”
Butir-butir air dari wajah Bella mengalir tidak tahu entah itu air mata atau air bir.
Bella sudah tidak bisa membedakan, udara di ruangan seketika diselimuti bau percintaan, leher Bella seperti tercekik akan bau itu dan membuat paru-parunya sakit.
Ketika mereka selesai dengan pergumulannya, di bawah lantai sudah tertata rapi 16 botol bir.
David tanpa menghitung nominal cek, mencabut beberapa lembar cek dan melemparkannya ke Bella: “Mau uang, itu pungut sendiri!” Cek berwarna merah jambu berterbangan jatuh ke lantai, Bella berlutut di lantai, memungut satu lembar cek, dengan hati yang sesak, memungut satu lembar lainnya lagi, setelah memungutnya, satu lembar terakhir jatuh di depan kaki Vanny, Bella baru mau mengulurkan tangannya memungut, cek dengan sengaja di pijak oleh Vanny, Vanny tertawa, dan dengan suara puas bertanya: “Mau ya?”
Cek digenggaman tangannya baru 4 juta lebih, masih belum cukup membayar baju sekolah Doni, setiap lembar cek baginya saat ini sangat berguna.
Dan sudah di posisi seperti ini, dia bisa apa?
Vanny hanya dengan wajahnya yang mirip dengan Anqila bisa mendapatkan perlakuan istimewa dari David, Bella berusaha melawan pun hasilnya nihil.
Akhirnya dia dengan pasrah mengatakan: “Aku mau.”
“Kalau mau, ayo sini aku mau dengar kamu gonggong dulu?” Wajah Vanny tersenyum bahagia.
Kepala Bella rasanya sudah mau pecah, dengan mengernyitkan dahi menahan rasa sakit, efek dari bir yang di minumnya membuatnya ingin muntah.
Plak--
Tangan yang penuh tenaga menampar pipi Bella, membuatnya terjungkal, kepalanya menabrak lemari bir, satu lemari isi bir berjatuhan menimpa dan pecah mengenai tubuhnya, botol kaca bir yang pecah menyebabkan luka darah di tubuhnya.
“Anqila menyuruhmu menggonggong, kamu gak dengar ya?!” David memecahkan satu botol bir, dengan ujung pecahan bir yang tajam menyaretnya di leher Bella: “Cepat gonggong!”
Bella karena kesakitan mulai sedikit sadar, air mata yang hangat mulai luruh, dia menangis sambil tertawa: “David, kamu lihat dengan jelas, dia bukan Anqila!”
Kata-kata itu baru keluar dari mulut Bella, dan David dengan penuh tenaga menghempas beberapa lembar cek, “Diam! Kamu bukannya cuma mau uang? Ini, cepat gonggong!”
Vanny tersenyum bahagia mendekati Bella dan David, tubuhnya meringkuk ke dalam pelukan David, dengan pandangan mengejek melihat Bella: “Iya, aku memang bukan Anqila, tapi dia hanya dengan wajahku yang mirip Anqila akan selalu memanjakanku, kalau kamu sudah sadar ayo gonggong, kalau mood aku udah baik, aku bisa jadi akan meminta pada David untuk memberikanmu uang lebih banyak lagi.”
David menggendong tubuh Vanny kembali ke sofa: “Kamu peduli sama dia buat apa, dia yang sudah menyakitimu, ini adalah balasan untuk dia...”
Dua orang kembali bergumul, tak lama terdengar nafas mereka yang terengah-engah, bunyi sofa yang keriat-keriut karena aktifitas mereka, dan suara David yang terus memanggil nama Anqila.
Bella menyentuh wajahnya, tangannya berlumuran darah segar.
Sudahlah, seperti ini saja, dia dari awal sudah tahu akhirnya akan seperti ini, untuk apa bersedih lagi?
Bella membungkukkan badan memungut uang, satu lembar demi satu lembar saling berdempetan, dia tanpa tenaga bersandar di belakang sofa dengan gemetaran menghitung lembar cek di tangan, dan setelah di gabungkan, 16 juta.
Di tambah dengan hasil menjual darah, akhirnya cukup hingga 20 juta.
Bella menghela nafas panjang, lumayan, walaupun harga dirinya sudah terjual, tapi tidak juga rugi, karena dia bisa mendapatkan uang untuk membayar biaya baju adiknya.
Bella diam-diam meninggalkan ruangan.
Akhirnya Bella kembali melihat matahari, dan hari ini sudah hari ketiga semenjak kejadian itu.
Saat itu dia minum bir terlalu banyak dan hampir keracunan, keluar dari kamar terjatuh tak sadarkan diri, akhirnya setelah 3 hari hanya terbaring di lantai dia hari ini bisa kembali berjalan normal.
Bella mengirim uang 20 juta ke adiknya, dan terus mengingatkan adiknya untuk rajin belajar.
Setelah telepon terputus, tiba-tiba ada telepob dari kakek David.
“Kakek.”
Kakek David mendengar Bella masih memanggilnya kakek, hatinya lega: “Gosip di majalah itu sungguhan? Kamu dan David benar-benar bercerai?”
Bella mengingat kakek David yang selalu menjaganya, hatinya tidak tega mengatakan kebenaran sesungguhnya, Ayah David tinggal di luar negeri, jarang pulang ke rumah, ibu David juga tidak suka padanya, di rumah cuma kakek David yang menjaga dan melindunginya.
“Kakek, kamu jangan marah, aku dan David walaupun sudah bercerai tapi aku akan tetap menganggapmu sebagai kakekku dan orang yang berjasa dalam hidupku.”
“Sembarangan!” Suara kakek terdengar emosi: “Malam ini kamu pulang makan di rumah, anak kurang ajar itu kalau dia memperlakukanmu dengan buruk bilang sama kakek, kakek akan membantumu! Anak muda zaman sekarang kok bisa menganggap remeh pernikahan, kamu sekarang dimana? Aku suruh supir pergi menjemputmu.”
Bella tidak bisa mengelak, juga takut membuat darah tinggi kakek kumat lagi, dia hanya bisa memberi tahu alamatnya dan membiarkan supir menjemputnya.
Sampai di rumah keluarga David, Bella merasa dejavu.
Waktu datang pertama kali hari itu adalah hari pernikahan, setelah menikah David membuangnya ke villa yang jauh dan tak tahu dimana letaknya, dia mau keluar dari villa harus berjalan jauh hingga sampai di stasiun bus.
Ibu David-Jesy dengan puas berkata: “David akhirnya cerai juga denganmu, kalau bukan karena kamu, aku saat ini pasti sudah bisa menggendong cucu!”
Alis Bella mengkerut, mengingat anaknya yang sudah meninggalkannya, hatinya masih terasa begitu sakit.
Kakek David dengan tongkatnya dari lantai atas menghampirinya, dengan suara keras berkata: “Kamu ngomong sembarangan apa? Melihat mereka bercerai kamu begitu bahagia ya?”
Jesy tidak terima, tapi juga tidak berani melawan kakek David di depan Bella, jadi hanya dengan suara kecil mendumel: “Dia hanya seekor induk ayam yang tidak bisa bertelur, seharusnya sudah dari awal dibuang!”
Dumelannya masih terdengar oleh kakek.
“Diam kamu!” Kakek dengan emosi membuncah memukul tongkatnya ke lantai, “Pergi makan, kasih makan Bella supaya badannya sehat, ini kamu lihat badannya sekarang kurus sekali.”
Jesy tidak puas berjalan pergi, sebelum pergi matanya melototi Bella dan bergumam: “Padahal sudah bukan bagian keluarga kami, tapi masih berani datang kesini, sungguh tidak punya urat malu.”
Kakek David menghela nafas, menarik Bella duduk di atas sofa, bertanya: “Kamu jangan takut, ayo ngomong sama kakek, gosip yang di tulis di majalah itu sebenarnya apa?”
Bella melihat majalah yang di sodorkan kakek padanya, matanya pedih, foto itu foto saat dirinya yang tanpa busana dikelilingi Beni dan teman-temannya, walaupun cahaya gelap tapi masih bisa terlihat wajahnya yang panik dan ketakutan.
【Bella perform penuh gairah di pesta, hot topik!】
Kecuali judul yang cemerlang, isi dari berita di tulis begitu panjang lengkap bagaimana dia dari kecil hingga bersahabat baik dengan Anqila dan akhir dia mencelakai Anqila, menjadi nona muda di keluarganya, semua di tulis dengan kata-kata pedas, hanya kurang nama di tulis dan Bella hampir di cap menjadi seorang perempuan yang amat sangat kejam dan tak bermoral.
Bagian akhir ada David yang menerima wawancara wartawan, dan disana dia mengatakan kalau dia dan Bella sudah bercerai dari awal.
“Majalah gosip zaman sekarang bisa sekali mengarang cerita, Bella dari kecil aku sudah melihatnmu, dari kecil sudah patuh, ini pasti musuh demi bisnis dan sengaja mendorong ke bawah keluarga kita hingga berani melakukan ini padamu.”
Perasaan Bella sekarang campur aduk, dia harus bagaimana menjelaskan ini semua pada kakek, karena foto di dalama majalah benar foto dia?
Dia dari awal sudah bukan Bella yang patuh lagi, dia sekarang hanyalah seorang pelacur yang rela menjatuhkan harga diri hanya untuk mendapatkan uang!
Dari pintu tiba-tiba terdengar suara Jesy yang bahagia: “Anakku sudah pulang!”
Wajah David terlihat suram tiba di ruang tamu, dengan dingin menatap Bella: “Kakek, berita di majalah itu semuanya benar.”
“Anak kurang ajar, kamu bagaimana bisa mengatakan itu pada istrimu? Omong kosong di majalah ini kamu juga percaya?”
David tertawa hambar, matanya menatap tajam wajah Bella yang sekarang sudah pucat pasi: “Foto ini aku sendiri yang menjepretnya bagaimana mungkin bisa palsu?”

Download APP, continue reading

Chapters

199