Bab 14 Penghinaan Sekolah Cerdas

by Olivia Summers 18:47,Jul 06,2023
Jessy Zibrano bangun sangat pagi keesokan harinya.

Setelah selesai mencuci dan mengganti pakaiannya, dia pergi mencari Jasper Anderson.

Jasper Anderson bangun lebih pagi darinya dan sudah duduk di pinggir meja.

Di atas meja tersedia pangsit kecil, bubur, mie, bakpao, mantau kukus dan cakue semuanya ada, variasinya sangat lengkap.

Jessy Zibrano duduk berhadapan dengan Jasper Anderson, begitu Jasper Anderson mengangkat matanya, jari-jarinya langsung membeku.

Dia menatap Jessy Zibrano, "Kamu dandanan apa ini?"

Jessy Zibrano berkedip dan berkata, "Aku menghabiskan lebih dari empat puluh menit untuk makeup! Bagus gak?"

Yugo Avaero sedang menuangkan air, dan ketika dia mendengar kata-kata Jessy Zibrano, tanpa sadar menoleh ke belakang lihat sebentar.

Kemudian tangan itu bergetar dan cangkirnya hampir terjatuh.

Dia batuk keras dua kali, ".......Nona Jessy, kamu ini......."

Jessy Zibrano sedikit bangga, "Jangan kaget dengan keterampilan merias wajahku yang luar biasa, aku tau aku sangat hebat."

Yugo Avaero, "......."

Dia menatap Jessy Zibrano ekspresi tanpa bisa dijelaskan.

Teknik riasan Jessy Zibrano benar-benar luar biasa, sehingga ibu kandungnya sendiri bahkan tidak dapat mengenalinya.

Hanya melihat wajahnya dioleskan alas bedak sampai seputih salju, yang tebalnya seperti mengecat dinding saja, yang membuat seluruh wajahnya tampak tidak berdarah.

Dia juga membuat riasan smoky untuk dirinya, sepasang lingkaran mata hitamnya ada sebandingnya dengan harta nasional Tiongkok, eyelinernya tebal dan panjang, hampir gambar sampai ke pelipis;

Perona pipi lebih tidak merata, pipinya seperti pantat monyet saja;

Yang paling menakutkan adalah bibir merah besar yang tampil ganas itu, lipstik yang cerah telah menggambar sampai keluar batas bibir, ada perasaan suram dan menakutkan, yang membuat orang curiga bahwa mereka telah melihat hantu di pagi hari.

Yugo Avaero berkata dengan sulit, "Nona Jessy, tidakkah menurutmu....... makeup kamu agak berlebihan? Tidak baik memakai makeup ke sekolah, bukan?"

Jessy Zibrano tidak bisa menahan tawa, dia juga kaget sendiri saat pertama kali melukis riasan ini.

Tapi sejak kembali ke negeranya, untuk menghindari berbagai masalah, dia jadi selalu makeup seperti ini.

Seiring waktu, jadi terbiasa juga.

Dia berkata perlahan, "Karena mau pergi ke sekolah, makanya harus makeup dengan cantik!"

Yugo Avaero, "......"

Sepertinya kamu memiliki kesalahpahaman tentang kata "cantik" itu.

Jessy Zibrano menyajikan semangkuk pangsit kecil dan berkata, "Aku makan yang ini saja."

Jasper Anderson berkata dengan dingin, "Apakah aku memanggilmu ke sini untuk makan?"

“?” Jessy Zibrano bingung, "Kalau tidak kamu memanggilku ke sini untuk pemakaman?"

Jasper Anderson, "......"

Dia menutup matanya, "Makeup kamu ini sangat cocok untuk pemakaman."

"Kamu terlalu berlebihan."

Yugo Avaero mengingatkan, "Nona Jessy, maksud Tuan Ketiga, menyuruh kamu..... suapin dia makan."

Jessy Zibrano meraih sendok di tangannya, dengan enggan pindah ke sana, mengambil pangsit kecil dan meniupnya dengan asal-asalan, "Ini, buka mulut."

Hati Jasper Anderson itu sebenarnya menolak.

Melihat wajah Jessy Zibrano dengan riasan tebal itu, tidak ada yang bisa makan.
Tidak ada.

Tapi tubuhnya di luar kendalinya, saat dia menyadarinya, dia sudah memakan pangsit kecil itu.

Daging udang seger dicampur dengan daging babi dan wortel, rasanya enak, sangat-sangat enak.

Jasper Anderson dengan wajah dingin, menghabiskan semangkuk pangsit kecil.

Jessy Zibrano segera melepaskan sendoknya, dengan wajah penuh kegembiraan.

Dia merobek cakue menjadi potongan-potongan kecil dan memasukkannya ke dalam susu kedelai, Jasper Anderson melihatnya langsung mengerutkan kening, "...... Cara makan apa ini?"

Jessy Zibrano berkata dengan terkejut, "Apakah kamu belum pernah makan? Susu kedelai rendam cakue, tidak pernah direndam dalam susu kedelai, itu jadi bukan makan cakue. "

Jasper Anderson benar-benar tidak pernah makan.

Dia melihati Jessy Zibrano makan sesendok susu kedelai dengan cakue yang lembut, dan dia telah memiliki sedikit nafsu makan yang sudah lama tidak merasakannya.

Meraih tangan Jessy Zibrano, kepalanya menurun dan memakan cakue yang di sendok.

——Rasanya enak juga.

Jessy Zibrano agak terkejut dan membeku

Tangan Jasper Anderson dengan persendian yang bagus mencengkeram pergelangan tangannya yang kurus, dan Jessy Zibrano dapat dengan jelas merasakan suhu tubuhnya, dan juga falangnya yang ramping.

Dia sedikit tertegun, dan ketika dia sadar kembali, cakue nya sudah dimakan dan tangannya juga sudah dilepaskan.

Dia agak dalam situasi tertekan.

Apakah Tuan Ketiga Jasper masih anak kecil? Jadi pikir makanan di mangkuk orang lain baru enak?

Sekarang dia sudah bisa menghubungkan Tuan Ketiga Jasper dengan anjing besar yang menjilatinya itu.

Setelah dia sarapan, dia menambal lipstiknya, kemudian pamit sama Jasper Anderson dengan suasana hati yang baik, "Kalau begitu Tuan Ketiga, aku pergi dulu ya."

Jasper Anderson sangat dingin, "Pergilah."

Jessy Zibrano menatapnya, matanya berputar-putar, dan tiba-tiba bergegas ke depan.

Jasper Anderson ada persiapan kali ini, dia menutup mulutnya dengan tangan dan berkata dengan dingin, "Jangan menciumku."

Jessy Zibrano tidak berhasil, sedikit kecewa, dia masih ingin meninggalkan bekas lipstik di wajah Jasper Anderson.

Ketika dia menarik pergi tangan Jasper Anderson, Jessy Zibrano mengeluh, "Saat membutuhkan aku panggilnya sayang, saat kamu tidak membutuhkannya langsung suruh pergi, heng, dasar pria."

Jasper Anderson, "......”

Jessy Zibrano menyelinap pergi setelah berbicara, larinya lebih cepat dari seekor kelinci.

Jasper Anderson dibikin marah sampai agak kebingungan, lalu melihat ke Yugo Avaero, "Kapan aku pernah memanggilnya sayang?!"

Yugo Avaero buru-buru berkata, "Tidak, tidak, ini omong kosongnya Nona Jessy! Tuan Ketiga, anda tidak pernah mengatakan ini!"

Jasper Anderson dengan susah menenangkan dirinya, menggosok pelipisnya dan berkata, "....... Rose Lawrence mengirim orang seperti ini untuk membuatku muak?"

Yugo Avaero berkata, "Bukankah itu bagus? Nona Jessy sangat berenergik, anda sudah lama tidak begitu santai."

Jasper Anderson menatapnya dengan tanpa ekspresi, "Kamu katakan sekali lagi."

Yugo Avaero, "...... Nyonya Kedua benar-benar licik! Itu membunuhnya secara mental dan psikologis! Nyonya Kedua pasti ingin menggunakan Nona Jessy untuk menanggapimu!"

......

Jessy Zibrano keluar dengan tas sekolahnya.

Tas sekolah dan kosmetik adalah dia meminta para pelayan untuk membantu menyiapkan tadi malam, orang-orang itu takut pada Jasper Anderson, juga tidak berani untuk tidak mendengarkannya.

Semua yang diminta Jessy Zibrano dikirim dengan cepat.

Yugo Avaero mengatur sopir untuknya, Jessy Zibrano masuk ke mobil dan melihat ke luar kaca jendela.

Sekolah Cerdas Kota Merton adalah sekolah terbaik di Kota Merton.

Murid tidak pintar seperti Jessy Zibrano ini yang mendapat skor 100 dalam enam subjek, itu bisa masuk seluruhnya melalui hubungan.

Tetapi bahkan jika masuk secara paksaan, juga hanya dapat belajar di kelas 11 yang terburuk.

Tidak seperti Jennifer Zibrano yang mendapat nilai bagus, belajarnya di Kelas Satu.

Tidak banyak orang yang mengetahui kasus pembunuhan Vicky Garcia, Jennifer Zibrano dan Cindy Clark memiliki hantu di hati mereka, juga tidak berani mempublikasikannya, berusaha menutupinya.

Oleh karena itu, tidak ada berita yang sebar di sekolah, semua orang mengira Jessy Zibrano si penghinaan Sekolah Cerdas tidak sengaja mematahkan kakinya dan putus sekolah selama dua bulan.

Ya, Jessy Zibrano, dijuluki "Penghinaan Sekolah Cerdas”.

Adalah murid-murid di Kelas 11 yang memiliki nilai sangat jelek, yang diremehkan untuk bergaul dengannya.

Alasannya sangat sederhana, Jessy Zibrano, orang jelek dan suka membuat masalah.

Begitu datang ke sekolah sudah langsung mengejar pria terganteng di sekolah terus, bahkan menayangkan iklan.

Kemudian dia berulang kali menghentikan para pengagum Pria terganteng sekolah dan memaksa orang sampai putus sekolah mau bunuh diri.

Selain itu, sepanjang tahun adalah nomor satu di paling terakhir, skor rata-rata dari seluruh semester diturunkan dengan usaha sendiri.

Kebetulan karena keluarganya kaya, para pemimpin sekolah selalu menganggap tidak melihatnya, yang membuat orang sangat membencinya.

Tidak tau orang berbakat mana, memberinya "nama panggilan bagus" seperti itu.

Download APP, continue reading

Chapters

100