Bab 3 – Sepasang Tangan yang Indah

by 疯狂小马甲 14:34,Dec 01,2023
  "Ada posisi pekerjaan yang membutuhkan tenagaku, jadi aku datang ke sini," ucap Miki.
  
  "Apa sebegitu mudahnya?" tanya Donny Wang.
  
  "Tentu saja tidak," kata Miki dengan mata berbinar, kemudian berkata lagi, "Besok akan diadakan pameran cari antik di Jalan budaya. Aku ingin datang ke sana, siapa tahu aku bisa menemukan barang berharga.”
  
  Donny sudah tinggal di Kota Liyang selama setengah tahun lebih, tetapi dia belum pernah mendengar tentang pameran cari antik. Oleh karena itu, dia bertanya, “Acara apa itu?”
  
  "Banyak barang-barang menarik di sana." Miki mengangguk, suara 'krek-krek' terdengar di lehernya. Tentu saja, tidak ada orang yang mendengarnya. Miki menjelaskan, "Dalam waktu tiga tahun terakhir, industri budaya di Kota Liang berkembang pesat. Setiap tahun pameran cari antik diadakan di Jalan budaya, yang merupakan pameran besar barang antik dan batu giok. Kalau kamu pintar memilih, kamu dapat menemukan barang berharga yang bagus di sana. Sebaliknya, kalau kamu tidak pintar memilih, kamu akan bangkrut.”
  
  "Kegiatan orang kaya," ucap Donny Wang sambil mengangguk. Dia tidak tertarik untuk menghambur-hamburkan uang karena prioritas utamanya sekarang adalah mencukupi kebutuhan sehari-hari.
  
  "Tidak membeli juga tidak masalah, hanya melihat-lihat saja ...." Saat sedang bicara, leher Miki berbunyi kembali.
  
  Suara 'krek-krek' bunyi leher Miki terdengar sangat jelas di telinga Donny. Sekali mendengar bunyi lehernya, Donny mengira hanya suatu kebetulan. Namun, ini kedua kalinya Donny mendengar, dia menjadi makin yakin dan segera bertanya, "Apa kamu sakit?"
  
  "Tidak kok." Miki menyentuh lehernya di depan Donny.
  
  "Kalau tidak sakit, kenapa lehermu berbunyi 'krek-krek'?" tanya Donny.
  
  Mendengar pertanyaan Donny, Miki menjadi tersadar. “Aku lupa, kamu kan kuliah di Perguruan Tinggi Pengobatan Tradisional.”
  
  "Tentu saja, tabib sakti sepertiku mampu mendiagnosis dan mengobati penyakit dengan tepat," kata Donny dengan nada bercanda. Meskipun Donny mengatakan dengan percaya diri, sebenarnya dia agak cemas. Dia ragu karena pada kenyataannya, dia hanya menghabiskan setengah tahun di perguruan tinggi, pengetahuannya hanya sebatas pemahaman dasar dan tidak sepenuhnya menguasai bidangnya dengan baik.
  
  "Aku sudah mencoba memijat leherku, tapi belum sembuh juga," ujar Miki sambil menggeleng ringan, kemudian dia bertanya, "Apa kamu bisa mengobatiku?"
  
  "Tentu saja. Sudah kubilang, aku kan tabib." Donny mengangguk sangat serius.
  
  "Apa kamu yakin bisa menyembuhkan penyakitku yang susah diobati?" Miki berbicara dengan hati-hati.
  
  "Sekarang kondisimu sudah seperti ini, jangan biarkan kondisimu agar tidak makin memburuk,” gumam Donny.
  
  "Apa yang kamu katakan?" Miki bertanya lagi karena tidak mendengar perkataan Donny dengan jelas.

  "Aku bilang, terserah kamu mau percaya atau tidak." Pada saat itu, Donny mengangkat sedikit dagunya, dia terlihat sangat percaya diri dan yakin dengan perkataannya.

  Pada saat itu, Miki mengulurkan tangan kirinya di depan Donny.

  "Apa yang kamu lakukan?" Donny terkejut melihat tangan Miki terulur ke arahnya.

  "Bukankah dalam pengobatan tradisional, pemeriksaan dilakukan dengan meraba denyut nadi?" kata Miki sambil tersenyum mengejek.

  "Kamu benar-benar ingin memeriksanya?" Donny terlihat tidak yakin. Sejak kapan dirinya pernah memeriksa penyakit, apalagi memeriksa nadi.

  "Ingin." Miki mengangguk serius.

  "Caraku memeriksa nadi berbeda dengan kebanyakan orang. Aku tidak hanya akan memeriksa titik akupunktur di bagian pergelangan tangan, tetapi juga memeriksa titik akupunktur di bagian leher dan kaki. Apa kamu masih ingin kuperiksa?" Donny sengaja menantang.

  "Periksa tanganku dulu. Kalau kamu memeriksa dengan benar, aku akan mengizinkan kamu memeriksa leher dan kakiku,” ujar Miki sambil mengangkat dagunya dan menantang balik.

  "Baiklah. Kalau aku salah memeriksa kondisimu, kamu tidak perlu bayar aku." Donny berkata terang-terangan sambil menyeringai.

  "Ayo cepat periksa," desak Miki.

  “Tanganmu indah sekali!” Donny menyentuhnya dan menghela napas, kemudian dia berkata, “Aku perlu memeriksa lebih lama."

  "Kamu ini aneh sekali." Miki agak terkejut, lalu memandang Donny dengan tatapan curiga.

  "Kenapa?" tanya Donny heran, lalu dia memeriksa nadi di pergelangan tangan Miki dengan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis tangan kanannya.

  "Orang lain selalu berusaha mendekatiku dengan berbagai alasan untuk mengambil keuntungan dariku, tapi kamu berbeda. Kamu sama sekali tidak mencari alasan." kata Miki merasa aneh.

  Saat itu juga, ekspresi Donny perlahan berubah serius.

  "Kenapa? Kamu tersinggung dengan perkataanku?” ucap Miki pura-pura kesal.

  "Bukan.” Donny memberi isyarat kepada Miki untuk tidak berbicara. Donny fokus dan tenang, dia meraba denyut nadi Miki dengan serius dan perlahan jari-jarinya menekan dengan kuat. Dia mencurahkan seluruh konsentrasinya memeriksa denyut nadi Miki.

Download APP, continue reading

Chapters

47