Bab 11 Merasa Seperti Anak Emas
by Jes
10:54,Dec 15,2021
Tapi Mario Jing memonyongkan bibirnya, terlihat sangat imut. Dia menjulurkan lidahnya dan memeluk lengan Yunita Jing, kemudian dengan manja berkata: "Iya iya ibu, aku hanya tanya iseng saja, kamu kok gugup seperti itu? Ayo kita pulang."
Yunita Jing sangat kesal, kenapa dia selalu tidak bisa mengendalikan emosinya di depan anaknya? Apalagi kalau Mario Jing bisa bertemu dan berpapasan dengan Erwin Huo.
Mungkin dia sudah secara tidak sengaja menyinggung Tuhan. Semakin dia tidak ingin membiarkan Erwin Huo dan Mario Jing bertemu, semakin itu juga Tuhan tidak merestuinya, ditambah sikap Mario Jing yang seperti ini, entah kenapa membuatnya semakin panik.
Keesokan harinya, pagi hari.
Yunita Jing melihat jam weker, sudah pukul 7:40, tetapi dia masih tidak menerima pesan teks tentang pemberitahuan persetujuan pengunduran dirinya, apakah karena Erwin Huo terlalu sibuk, tidak ada waktu menyetujui surat pengunduran dirinya?
Dia dengan cepat bangun mandi, dan saat dia mengganti sendal di dekat pintu, dia tanpa sengaja melihat secarik kertas bekas goresan. Sekali lihat dia tahu kalau itu ditulis oleh Mario Jing. Mario Jing seharusnya masih tidur, dia mengambilnya dan melihatnya, semuanya adalah angka-angka, dan kata-kata guru Chen muncul di benaknya lagi.
Mario Jing adalah jantung hatinya, hidupnya, dan motivasinya untuk berjuang sekeras mungkin. Jika bakat putranya sia-sia karena dia yang tidak punya uang, maka di sisa hidupnya ini pasti akan dihantui rasa bersalah.
Yunita Jing dengan hati-hati melipat kertas itu dan memasukkannya ke dalam tasnya.
Yunita Jing membuka pintu perusahaan NA, tapi menemukan kalau semuanya tidak berbeda. Yeni Tao masih menyapanya seperti biasa: "Pagi, Yunita."
"Pagi..." Yunita Jing mengepal telapak tangannya. Mungkinkah semua orang masih belum menerima kabar tentang pengunduran dirinya?
Mungkinkah Erwin Huo bersiap mengumumkannya di depan semua orang?
Rapat pagi harian sudah selesai, dan masih belum ada gerakan apa pun.
Yunita Jing gelisah dan benar-benar tidak tahu drama apa yang sedang dimainkan Erwin Huo.
Tiba-tiba suara yang dingin terdengar: "Yunita Jing, Presdir Huo memintamu untuk pergi ke kantornya."
Yunita Jing terkejut mendengar suara yang tiba-tiba itu, ketika dia melihat arah suara itu, ternyata itu adalah Carla Du yang menatapnya dengan sorot mata yang tidak sabar.
Yunita Jing dengan cepat berdiri, "Baik."
Baru pada saat itulah rekan-rekannya menatapnya dengan mata aneh, dan beberapa rekan wanita bahkan ada yang berbisik. Yunita Jing baru menyadari kalau Carla Du sengaja berbicara dengan keras supaya rekan-rekan di sekitar mendengarnya dan membicarakannya.
Ini masih awal, Yunita Jing rasanya ingin segera mencari lubang untuk memasuki dirinya ke dalam sana. Sepertinya hanya pergi, baru akan menjadi jalan terbaik untuknya lepas dari ini.
Karena kalau tidak, hari ke depannya akan lebih sulit.
Mengabaikan tatapan aneh rekan-rekannya, dia berjalan lurus menuju kantor Erwin Huo, dia sama sekali tidak takut karena dia merasa bersalah.
Sekretaris Erwin Huo sangat menyambut kedatangan Yunita Jing dan sama sekali tidak menghentikannya.
Akhirnya sampai dan berdiri di depan pintu kantor Erwin Huo, Yunita Jing mengerahkan keberaniannya dan mengetuk pintunya.
Tak beberapa lama, dia mendengar jawaban: "Masuk."
Suara dingin dan datar itu adalah suara Erwin Huo.
Yunita Jing mendorong pintu masuk dan melihat Erwin Huo duduk di meja bos. Dia mengenakan kemeja abu-abu. Matahari pagi menyinari kepalanya membuatnya tampak bersinar.
“Sepagi ini sudah datang untuk melapor kehadiran?” Suara Erwin Huo sangat dingin, dan matanya memandangnya dengan main-main.
Yunita Jing memilih menghadapi kesulitan ini, dia langsung menatap ke sorot dingin Erwin Huo, dan mencoba dengan tenang berkata: "Presdir Huo, tentang pengunduran diriku..."
Namun sebelum Yunita Jing selesai berbicara, Erwin Huo sudah mengambil sebuah amplop di atas meja dan membuangnya ke kaki Yunita Jing.
“Kamu sedang membicarakan ini?” Erwin Huo bertanya dengan angkuh.
Yunita Jing mengendalikan emosinya, dia yang dulunya memiliki harga diri yang kuat, sekarang demi putranya sudah menerima banyak cobaan.
Dia mengambil napas dalam-dalam, matanya terlihat tenang.
“Iya.” Suara Yunita Jing terdengar lemah, sama sekali tidak ada ketegasan yang dia miliki saat pertama kali masuk.
Karena surat ini, belum dibuka.
Erwin Huo bahkan tidak melihatnya!
“Sepertinya kamu masih terlalu naif. Biar kuberitahu. Jika kamu mengundurkan diri, aku berani jamin kamu tidak akan bisa melanjutkan diri untuk berada dalam industri ini.” Jari Erwin Huo mengetuk meja dengan lembut dan berirama, lalu menatap Yunita Jing acuh tak acuh.
Yunita Jing menahan amarahnya dan bertanya dengan datar: "Apa yang kamu inginkan? Kamu mengancamku?"
“Kamu masih tidak layak untuk membuatku berpikir untuk mengancammu.” Erwin Huo bangkit, berjalan ke Yunita Jing, menatapnya dengan dingin, “karya desain di konferensi SQ hari itu, aku percaya itu tidak ada hubungannya denganmu, tapi kamu harus dalam minggu ini memberiku karya desain baru.”
Suaranya sangat kuat dan bertenaga, meski tak terlihat tapi itu seolah tengah menyemangati Yunita Jing.
Sebelum Yunita Jing sempat bertanya mengapa dia begitu mempercayainya, Erwin Huo suday memberikan materi tema inti musim ini kepadanya.
“Ambil ini, kamu hanya punya satu minggu.” Erwin Huo masih acuh tak acuh.
“Bukankah ini… pekerjaan desainer?” Yunita Jing menatap materi desain di depannya dengan tidak percaya.
“Kamu bekerja sebagai asistenku bisa langsung mulai bekerja sebagai desainer, dan gajimu juga akan naik beberapa kali lipat.” Erwin Huo berkata dengan ringan, menawarkan keuntungan yang begitu menggiurkan.
Yunita Jing tiba-tiba merasa seperti anak emas.
Yunita Jing sangat kesal, kenapa dia selalu tidak bisa mengendalikan emosinya di depan anaknya? Apalagi kalau Mario Jing bisa bertemu dan berpapasan dengan Erwin Huo.
Mungkin dia sudah secara tidak sengaja menyinggung Tuhan. Semakin dia tidak ingin membiarkan Erwin Huo dan Mario Jing bertemu, semakin itu juga Tuhan tidak merestuinya, ditambah sikap Mario Jing yang seperti ini, entah kenapa membuatnya semakin panik.
Keesokan harinya, pagi hari.
Yunita Jing melihat jam weker, sudah pukul 7:40, tetapi dia masih tidak menerima pesan teks tentang pemberitahuan persetujuan pengunduran dirinya, apakah karena Erwin Huo terlalu sibuk, tidak ada waktu menyetujui surat pengunduran dirinya?
Dia dengan cepat bangun mandi, dan saat dia mengganti sendal di dekat pintu, dia tanpa sengaja melihat secarik kertas bekas goresan. Sekali lihat dia tahu kalau itu ditulis oleh Mario Jing. Mario Jing seharusnya masih tidur, dia mengambilnya dan melihatnya, semuanya adalah angka-angka, dan kata-kata guru Chen muncul di benaknya lagi.
Mario Jing adalah jantung hatinya, hidupnya, dan motivasinya untuk berjuang sekeras mungkin. Jika bakat putranya sia-sia karena dia yang tidak punya uang, maka di sisa hidupnya ini pasti akan dihantui rasa bersalah.
Yunita Jing dengan hati-hati melipat kertas itu dan memasukkannya ke dalam tasnya.
Yunita Jing membuka pintu perusahaan NA, tapi menemukan kalau semuanya tidak berbeda. Yeni Tao masih menyapanya seperti biasa: "Pagi, Yunita."
"Pagi..." Yunita Jing mengepal telapak tangannya. Mungkinkah semua orang masih belum menerima kabar tentang pengunduran dirinya?
Mungkinkah Erwin Huo bersiap mengumumkannya di depan semua orang?
Rapat pagi harian sudah selesai, dan masih belum ada gerakan apa pun.
Yunita Jing gelisah dan benar-benar tidak tahu drama apa yang sedang dimainkan Erwin Huo.
Tiba-tiba suara yang dingin terdengar: "Yunita Jing, Presdir Huo memintamu untuk pergi ke kantornya."
Yunita Jing terkejut mendengar suara yang tiba-tiba itu, ketika dia melihat arah suara itu, ternyata itu adalah Carla Du yang menatapnya dengan sorot mata yang tidak sabar.
Yunita Jing dengan cepat berdiri, "Baik."
Baru pada saat itulah rekan-rekannya menatapnya dengan mata aneh, dan beberapa rekan wanita bahkan ada yang berbisik. Yunita Jing baru menyadari kalau Carla Du sengaja berbicara dengan keras supaya rekan-rekan di sekitar mendengarnya dan membicarakannya.
Ini masih awal, Yunita Jing rasanya ingin segera mencari lubang untuk memasuki dirinya ke dalam sana. Sepertinya hanya pergi, baru akan menjadi jalan terbaik untuknya lepas dari ini.
Karena kalau tidak, hari ke depannya akan lebih sulit.
Mengabaikan tatapan aneh rekan-rekannya, dia berjalan lurus menuju kantor Erwin Huo, dia sama sekali tidak takut karena dia merasa bersalah.
Sekretaris Erwin Huo sangat menyambut kedatangan Yunita Jing dan sama sekali tidak menghentikannya.
Akhirnya sampai dan berdiri di depan pintu kantor Erwin Huo, Yunita Jing mengerahkan keberaniannya dan mengetuk pintunya.
Tak beberapa lama, dia mendengar jawaban: "Masuk."
Suara dingin dan datar itu adalah suara Erwin Huo.
Yunita Jing mendorong pintu masuk dan melihat Erwin Huo duduk di meja bos. Dia mengenakan kemeja abu-abu. Matahari pagi menyinari kepalanya membuatnya tampak bersinar.
“Sepagi ini sudah datang untuk melapor kehadiran?” Suara Erwin Huo sangat dingin, dan matanya memandangnya dengan main-main.
Yunita Jing memilih menghadapi kesulitan ini, dia langsung menatap ke sorot dingin Erwin Huo, dan mencoba dengan tenang berkata: "Presdir Huo, tentang pengunduran diriku..."
Namun sebelum Yunita Jing selesai berbicara, Erwin Huo sudah mengambil sebuah amplop di atas meja dan membuangnya ke kaki Yunita Jing.
“Kamu sedang membicarakan ini?” Erwin Huo bertanya dengan angkuh.
Yunita Jing mengendalikan emosinya, dia yang dulunya memiliki harga diri yang kuat, sekarang demi putranya sudah menerima banyak cobaan.
Dia mengambil napas dalam-dalam, matanya terlihat tenang.
“Iya.” Suara Yunita Jing terdengar lemah, sama sekali tidak ada ketegasan yang dia miliki saat pertama kali masuk.
Karena surat ini, belum dibuka.
Erwin Huo bahkan tidak melihatnya!
“Sepertinya kamu masih terlalu naif. Biar kuberitahu. Jika kamu mengundurkan diri, aku berani jamin kamu tidak akan bisa melanjutkan diri untuk berada dalam industri ini.” Jari Erwin Huo mengetuk meja dengan lembut dan berirama, lalu menatap Yunita Jing acuh tak acuh.
Yunita Jing menahan amarahnya dan bertanya dengan datar: "Apa yang kamu inginkan? Kamu mengancamku?"
“Kamu masih tidak layak untuk membuatku berpikir untuk mengancammu.” Erwin Huo bangkit, berjalan ke Yunita Jing, menatapnya dengan dingin, “karya desain di konferensi SQ hari itu, aku percaya itu tidak ada hubungannya denganmu, tapi kamu harus dalam minggu ini memberiku karya desain baru.”
Suaranya sangat kuat dan bertenaga, meski tak terlihat tapi itu seolah tengah menyemangati Yunita Jing.
Sebelum Yunita Jing sempat bertanya mengapa dia begitu mempercayainya, Erwin Huo suday memberikan materi tema inti musim ini kepadanya.
“Ambil ini, kamu hanya punya satu minggu.” Erwin Huo masih acuh tak acuh.
“Bukankah ini… pekerjaan desainer?” Yunita Jing menatap materi desain di depannya dengan tidak percaya.
“Kamu bekerja sebagai asistenku bisa langsung mulai bekerja sebagai desainer, dan gajimu juga akan naik beberapa kali lipat.” Erwin Huo berkata dengan ringan, menawarkan keuntungan yang begitu menggiurkan.
Yunita Jing tiba-tiba merasa seperti anak emas.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved