Bab 9 Hitung Mundur Kematian

by Nathan 10:01,Jan 24,2022
Myles memegangi gunting itu, lalu memotong bagian luar kantong kedap udara itu dengan teliti.

Setelah membuka kantong itu, Myles menuangkan bahan peledak yang ada di dalam kantong itu ke dalam kotak paket.

Serbuk bahan peledak bewarna putih dan abu berserakan di dalam kotak paket itu, di antara serbuk-serbuk itu, terdapat secarik kertas putih.

"Bingo, tidak salah tebak, ternyata benar ada kejutan."

Myles mengambil kertas putih itu, lalu mengoncang-goncangkannya dengan tangannya.

Tekstur yang sama, suara yang sama.

Myles yakin kertas ini, adalah kertas yang sama dengan kertas yang digunakan untuk membuat surat ancaman itu.

Gladys memandangi kertas yang diambil oleh Myles itu, hatinya merasa tegang, sebuah perasaan tidak enak memenuhi hatinya.

"Apa yang tertulis dalam kertas itu?"

Myles membuka kertas yang dilipat itu, isi kertas itu tetap potongan-potongan huruf dari koran.

Permainan dimulai, hitung mundur 24 jam sebelum kematian, 24 jam kemudian aku akan mulai beraksi, 48 jam kemudian kau akan berubah menjadi mayat.

Myles meletakkan kertas itu ke atas meja, lalu mendorongnya pada Gladys.

Setelah membaca isi surat itu, wajah Gladys berubah pucat, tubuhnya sedikit gemetaran, entah karena takut atau karena marah.

"Musuh yang cukup menarik, sepertinya dia sangatlah percaya diri."

Myles menilai musuh yang mengirimkan surat ancaman ini.

Melihat bahaya telah pergi, Layla pun segera berlari kemari.

"Asisten Chen, apa sekarang masih ada waktu untuk berbasa-basi, dia sudah mengirimkan bom kemari, tapi kau malah mengatainya dengan santai saja di sini."

Gladys menenangkan dirinya, menatap ke arah Myles dengan tatapan yang sedikit berharap.

Myles dapat menyadari bom di dalam paket ini, dan menjinakkannya dalam waktu yang singkat, menurut Gladys, Myles adalah orang yang cukup hebat.

Namun tidak tahu, apakah Myles dapat benar-benar melindungi dirinya dari segala marabahaya.

Tapi sekarang, harapan Gladys hanya ada pada Myles saja.

"Myles, bagaimana menurutmu? Dalam 24 jam, apa kau bisa mencari orang yang mengancamku ini?"

"Petunjuknya sudah ada, tapi yang mengancammu ini hanyalah pembunuhnya saja, kita harus menemukan dalam di balik semua ini, setelah itu barulah kau akan terbebas dari bahaya."

Myles menatap Gladys dengan tatapan berapi-api.

Gladys menyandarkan dirinya pada kursinya.

Mana mungkin ia tidak tahu kalau harus mencari dalang di balik semua ini.

"Selesaikan masalah saat ini dulu saja, kalau kau bisa membereskan pembunuh ini, seluruh masalah keamananku akan kuserahkan padamu sepenuhnya."

"Tenang saja, aku datang kemari memang untuk keselamatanmu, aku tidak akan membiarkanmu terluka sedikit pun."

"Sekarang apakah aku boleh memeriksa surat-surat dan paketmu itu?"

Myles menunjuk ke arah surat dan kotak paket yang ada di atas meja.

Layla menatap Myles dengan agak sedikit malu, bibirnya sedikit terbuka, seolah ingin berkata sesuatu, tapi ia tetap agak sedikit malu.

Namun Gladys malah langsung menganggukkan kepalanya.

"Boleh, kelak jika ada saran-saran mengenai keamanan, kau boleh mengatakannya."

"Tepat sekali, aku memang benar-benar memiliki banyak masalah yang perlu kulaporkan padamu."

Myles membuka surat dan paket itu, sambil melaporkan kekurangan-kekurangan yang ia temukan, serta menyarankan cara untuk memperbaikinya pada Gladys.

Gladys menyuruh Layla untuk menyatatnya, dan segera memperbaikinya sesuai dengan cara yang dikatakan oleh Myles.

Setelah selesai memeriksa semua surat dan paket, Myles membalikkan badannya hendak meninggalkan kantor Gladys.

Melihat bayangan punggung Myles yang tegak itu, Gladys berpikir dalam.

Belum sampai Myles duduk di kursinya, tiba-tiba handphone-nya berdering.

Melihat nomor asing di layar handphone-nya, Myles agak sedikit mengerutkan alisnya.

Apa ini telepon penipuan? Atau telemarketing?

Pada akhirnya Myles pun menekan tombol terima, lalu meletakkan handphone-nya di samping telinganya.

"Hal, ini adalah pusat anti-penipuan dan telemarketing, nomor kalian sudah dikunci, mohon untuk segera menyerahkan diri."

"Pfft, hahaha."

Terdengar suara tawa yang sangat nyaring, seperti suara bel, membuat orang yang mendengarnya merasa tenang.

Mendengar suara tawa di telepon itu, Myles pun tahu bahwa dia sudah datang.

Dia adalah Maggie, bawahan Myles, kemampuan penyelidikannya sangat kuat.

"Eh, kau sudah sampai di Kota Qing? Apa kau perlu aku menjemputmu?"

Bibir Maggie tersenyum ke atas, mengeluarkan sebuah senyuman yang sangat tipis.

"Kau di mana? Aku pergi mencarimu saja, aku sudah masuk ke Kota Qing."

"Aku di Glade's Corp., kalau kau sudah sampai, telepon aku."

"Baik, sampai jumpa nanti."

Setelah itu, Maggie langsung mematikan teleponnya, sama sekali tidak bertele-tele.

Ini adalah sifatnya.

Gesit, sergap, berani membenci, dan berani mencintai.

Selama Maggie menjadi asisten Myles, ia telah jatuh cinta pada Myles, cinta sedalam-dalamnya.

Ia membuka GPS, dan mencari lokasi Glade's Corp..

Maggie menginjak gas, mobil Land Rover-nya pun meraung keras, kecepatannya meningkat drastis.

Lima belas menit kemudian, Land Rover itu berhenti di depan Glade's Corp..

Maggie melihat-lihat sekelilingnya dengan santai, namun sebenarnya dia sedang mengamati keadaan di sana diam-diam.

Ini adalah kebiasaannya selama di markas.

Satpam yang berdiri di depan pintu utama Glade's Corp. menarik perhatiannya.

Setelah memandangi mereka selama dua detik, Maggie mengerti bahwa budi yang ingin dibalas oleh Myles ini, sepertinya tidak mudah untuk dibalas.

Ia mengeluarkan handphone-nya menelepon nomor Myles.

"Aku sudah sampai, turunlah."

"Segera."

Myles mematikan telepon itu, dan segera keluar dari kantor.

Setelah keluar dari pintu Glade's Corp., Myles melihat-lihat sekelilingnya sebentar, lalu ia pun menemukan Land Rover yang berhenti di seberang.

Di sebelah Land Rover itu berdirilah seorang wanita cantik yang tubuhnya tinggi langsing.

Maggie mengenakan gaun Chanel, ditambah dengan rambut pendeknya dan wajahnya yang sangat dingin itu, kecantikannya sangatlah berbeda.

Tak sedikit pria menoleh untuk melihat ke arah Maggie, tatapan mata mereka penuh dengan kekaguman akan kecantikannya.

Myles terkejut melihat dandanan Maggie itu.

Bagaimanapun biasanya ia selalu mengenakan seragam tentara saat di markas, Maggie tampak seperti wanita tomboy yang cantik.

Myles mengusap-usap matanya, setelah yakin bahwa ia tidak salah lihat, ia pun berjalan ke arah Maggie dengan cepat.

Maggie meletakkan kedua tangannya ke belakang, menggoyang-goyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, tatapan matanya penuh dengan kegembiraan.

Melihat Maggie yang penuh dengan kefeminiman itu, Myles agak sedikit tercengang.

Sepertinya Maggie yang ada di hadapannya itu tidaklah nyata.

"Kau dandan secantik ini sampai-sampai aku tidak berani mengenalimu, aku harus meyakinkannya lagi, kau benar-benar Maggie kan?"

Melihat wajah Myles yang sangat serius itu, wajah Maggie yang dingin seperti es itu tiba-tiba meluluh, lalu mengeluarkan sebuah senyuman yang sangat cantik dan menggoda.

Maggie berusaha untuk menegangkan wajahnya, agar dirinya tampak lebih serius.

"Berarti maksudmu, biasanya aku sangat jelek ya?"

"Mana mungkin, biasanya waktu kita keluar, kau adalah orang yang paling......"

Awalnya Myles ingin mengatakan kata keren, tapi begitu melihat dandanan Maggie yang sangat feminim ini, ia tidak bisa mengatakan kata keren itu lagi.

Kalau ia mengatakannya, Myles tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi padanya setelah ini.

Sepertinya, setiap kali ia mengatakan sesuatu yang menganggap Maggie sebagai saudara laki-lakinya, Maggie selalu marah.

Maggie membelalakkan mata cantiknya, kedua tangan di belakang punggungnya itu sudah sedikit mengepal.

"Katakan, katakan saja apa yang ingin kau katakan."

Saat Maggie berbicara, hatinya merasa sedikit sedih.

Dasar batu!

Aku ini perempuan, kenapa kau terus menganggapku sebagai saudara laki-laki, apa kau sama sekali tidak bisa merasakan perasaanku? Apa kau tidak bisa merasakan kalau aku menyukaimu?

Download APP, continue reading

Chapters

60