Bab 1 Wanita Janda Meminta Bantuan
by Reza Oktavian
10:28,Oct 26,2021
Pada bulan Juli, di bawah cuaca panas yang mahatarinya terik seperti api, padi tengah ladang ditiup oleh angin sepoi-sepoi, bergoyang sana sini seperti gaun wanita yang membuat orang kepanasan.
Cahaya matahari sedang berada di kondisi paling terik, Lupin Heis mengendarai sepeda listriknya di jalan pedesaan yang terbuat dari semen. Demi mencari nafkah, Lupin tetap harus keluar di hari yang begitu panas.
Lupin adalah satu-satunya mahasiswa di Desa Bunga Cantik, dia lulus dari jurusan kedokteran, bekerja di rumah sakit paling terkenal di dalam kota.
Menjadi Dokter adalah hal yang patut dibanggakan. Bahkan gaji yang diberikan juga sangat tinggi, begitu selesai pelatihan, gajinya sudah mencapai 12 sampai 14 juta. Hal ini berhasil membuat keluarga Lupin menjadi keluarga paling mempesona di desa.
Tidak bisa dibilang sampai membanggakan leluhur keluarga, tapi bisa dibilang hampir mencapai tingkat seperti itu.
Sayangnya berkah tersebut tidak berlangsung lama. Pemuda berasal dari desa yang tidak memiliki latar belakang bagus ini memiliki sifat yang terus terang, tidak tahu kapan dia menyinggung orang-orang di rumah sakit.
Pernah sekali, Lupin tidak sengaja menyaksikan adegan Direktur departemennya selingkuh bersama seorang perawat muda. Ujung-ujungnya, Lupin dipukuli dan perawat muda itu memfitnah Lupin mencoba untuk memperkosanya, sampai Lupin sama sekali tidak bisa membantah.
Masalah kotor di perkotaan sangat banyak. Ujung-ujungnya, Lupin yang difitnah dan dijauhi oleh rekan kerja memutuskan untuk kembali ke pedesaan. Dengan keterampilan medis yang dia miliki, ditambah paman keduanya yang memiliki sedikit kekuasaan di desa, Lupin akhirnya membuka sebuah klinik kecil.
Klinik kecil baru dibuka tidak sampai sebulan. Meskipun tidak begitu laris, Lupin tetap bersikap sangat aktif dan semangat.
Tadi siang di rumah ada sedikit urusan. Setelah mengurusnya, Lupin segera bergegas berangkat ke klinik kecil di bawah matahari yang terik.
Lupin merasa kewirausahaan dia masih berada pada masa pertumbuhan, jadi dia harus bekerja keras.
"Hei! Pipin ! Pipin !"
Mendengar ada yang memanggilnya, Lupin segera menginjak pedal rem.
"BIbi ketiga, kamu panggil aku?"
Lupin menoleh ke samping, seorang wanita yang berada di bangunan kecil yang berlantai dua menunjukkan kepalanya dari balik pintu.
" Pipin, cepat ke sini!"
Wanita itu melambaikan tangannya. Mungkin karena cuacana benar-benar terlalu panas, wajah wanita yang cantik tampak memerah.
Lupin merasa agak ragu. Wanita ini bernama Livia. Suaminya baru meninggal pada dua tahun lalu, sejak itu dia tinggal sendirian di sana.
Orang-orang berkata, wanita janda itu penuh dengan masalah. Para pria di desa tidak ada yang berani memasuki rumahnya sendirian. Setidaknya tidak berani pada siang hari bolong.
Namun, ekspresi Livia tampak sangat cemas, sepertinya sungguh ada urusan yang serius, ditambah Lupin juga memanggilnya bibi. Berpikir sampai sini, Lupin menoleh ke sekeliling, melihat tidak ada orang lain, dia pun mengendarai sepeda listriknya masuk ke rumah wanita.
"Bibi ketiga, kamu cari aku buat apa?"
Setelah mendorong sepedanya ke dalam pagar besi, tatapan Lupin terjatuh ke tubuh Livia.
Livia hanya berusia 30 tahun lebih, Lupin memanggil dia bibi karena suaminya berada di generasi yang lebih tinggi darinya.
Di Desa Bunga Cantik, Livia termasuk sebagai setangkai bunga cantik. Dia memiliki wajah yang cantik, bentuk tubuh yang berisi. Bentuk tubuhnya sering membuat para paman di desa yang melihatnya terasa pusing dan terpesona.
Orang yang bisa menikahi wanita berkualitas tinggi seperti ini sangat beruntung.
Suami Livia bernama Rendy. Tidak tahu Rendy tidak diberkahi untuk menikmati kebahagiaan ini atau kenapa, Rendy meninggal pada dua tahun lalu karena kecelakaan mobil. Rendy bahkan tidak meninggalkan satu anak pun untuk Livia.
Hal ini membuat para warga desa menggosip bahwa Livia membawa sial kepada suaminya.
Selain itu, juga ada yang berkata Rendy tidak berguna. Sudah menikah hampir 4 tahun dan dia bahkan tidak membuat Livia hamil sekali pun.
Rendy sudah meninggal dan tidak bisa merasakan apa pun lagi, sementara Livia yang kasihan tidak hanya harus menjadi wanita janda, dia juga harus menerima gossip para warga desa.
Wanita janda lain yang masih berusia muda semuanya sudah menikah lagi, sementara Livia sama sekali tidak ada maksud menikah lagi setelah 2 tahun menjadi wanita janda.
"Kamu.. ikuti aku" Livia berkata dengan wajah yang memerah, bahkan nafasnya juga terdengar sesak.
"Bibi ketiga, kamu... sakit?"
Lupin merasa sangat aneh. Karena Livia berjalan dengan posisi merapatkan kedua kaki yang tampak sangat tidak nyaman.
"Iya... aku merasa sedikit tidak enak. Kamu ikuti aku masuk, coba bantu periksa aku sebentar"
Livia berkata dengan suara lembut. Dahinya sudah dibasahi keringat dan dia menggigit bibirnya dengan erat, seperti sedang berusaha menahan sesuatu.
Sebagai seorang dokter, Lupin segera menghampiri Livia untuk membantu dia berjalan. Siapa tahu, tubuh Livia malah bergetar dan dia berteriak dengan kaget.
Lupin terkejut dan segera berkata: " Bibi Livi, masalahmu tampak serius. Atau tidak aku antar kamu ke rumah sakit saja?"
Meskipun Lupin memiliki keterampilan medis dan klinik sendiri, dia belum berani mengobati penyakit besar yang serius.
"Jangan! Masalahku ini tidak perlu sampai ke rumah sakit. Lagian, bukannya kamu sendiri adalah seorang dokter?"
Livia memegang tangan Lupin dengan erat dan menariknya masuk ke dalam rumah.
" Bibi Livi, bagian manamu yang sakit?"
Begitu memasuki rumah, Lupin pun segera bertanya.
"Aku..." Tidak tahu mengapa, wajah Livia tampak semakin memerah, ekspresinya tampak ragu dan tidak enak.
" Bibi Livi, cepat beri tahu aku. Kalau tidak bagaimana aku bisa bantu kamu mengobatinya?"
Lupin berkata dengan bingung.
Setelah meragu sejenak, Livia akhirnya menekadkan diri. Dia menggigit bibirnya dan berkata dengan suara lembut: " Pipin, kamu harus bantu bibi menjaga rahasia ini. Kalau tidak bibi tidak ada wajah untuk hidup lagi"
"Apa? Apa yang terjadi? Itu, kamu tenang saja. Aku itu seorang dokter, merahasiakan kondisi pasien adalah etika dasar pekerjaanku"
Lupin merasa kaget, kondisi Livia sepertinya benar-benar sangat parah.
"Aku.. aku... bagian bawahku... ada sesuatu jatuh ke dalam..."
Livia berkata sambil menundukkan kepalanya. Kemerahan di wajahnya sudah tersebar sampai leher, suara dia juga terdengar semakin kecil.
"Apa... apa maksudmu?"
Lupin yang tampak bingung masih belum mengerti situasi.
"Aduh kamu ini, benar-benar sangat bodoh"
Livia sudah cemas sampai mau menangis. Dia sudah berkata sampai begitu terus terang dan anak ini masih tidak mengerti?"
"....Bibi, atau tidak, aku coba periksa bagian tubuhmu yang sedang tidak enak dulu"
Lupin berpikir, wanita ini sedang apa? Kenapa tidak berkata terus terang dimana sakitnya? Kata-katanya sungguh membingungkan.
Kalau begitu, coba periksa kondisinya dulu.
Setelah mendengar kata-kata Lupin, Livia tampak ragu lagi. Namun, setelah berpikir Lupin adalah seorang dokter, Livia pun memberanikan diri dan mengangkat roknya secara perlahan.
Gerakan Livia ini membuat Lupin panik dan segera mundur ke belakang sambil berkata" "Bibi, kamu sedang apa? Aku itu orang baik-baik!"
"Sialan. Kamu si bocah ini sedang pikir apa? Aku.. semalam aku itu.... waktu itu... barangnya tidak sengaja patah dan terjatuh ke dalam. Sekarang aku terasa sangat sakit. Kamu, kamu harus bantu aku keluarkan dia"
Livia berkata dengan ekspresi yang emosi. Masalah seperti ini benar-benar sangat memalukan.
Livia mencoba untuk mengeluarkannya, tapi dia gagal dan bagian sananya bahkan sudah mulai berdarah. Dia sudah kesakitan sepanjang siang, karena tidak bisa bertahan lagi, akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Siapa tahu pada waktu itu juga dia bertemu dengan Lupin.
Masalah seperti ini benar-benar sangat sulit diceritakan.
Livia berpikir, Lupin adalah pemilik klinik, dia juga merupakan warga desa. Ditambah Lupin berada di generasi bawahya, anak yang pernah kuliah di kota ini seharusnya memiliki pemikiran yang luas. Sehingga dia seharusnya bisa membantu Livia menjaga rahasia ini.
Hal-hal inilah yang membuat Livia memutuskan untuk memanggil Lupin kemari.
"Apa? Bibi, kamu, kamu... kamu jatuhkan apa ke dalam?"
Sudah saat seperti ini, Lupin tidak mungkin masih tidak mengerti. Hanya saja, hal ini benar-benar terlalu mengagetkan.
"Ti... timun. Pipin, tolong ya" Livia berkata dengan pipi memerah.
Sambil berkata, Livia tidak lupa terus mengangkat roknya.
"Um!" Lupin diam-diam menelan air liurnya. Cuaca yang memang sudah panas, sementara adegan di depannya membuat Lupin merasa darah di dalam tubuhnya sudah mau ikut terbakar.
Cahaya matahari sedang berada di kondisi paling terik, Lupin Heis mengendarai sepeda listriknya di jalan pedesaan yang terbuat dari semen. Demi mencari nafkah, Lupin tetap harus keluar di hari yang begitu panas.
Lupin adalah satu-satunya mahasiswa di Desa Bunga Cantik, dia lulus dari jurusan kedokteran, bekerja di rumah sakit paling terkenal di dalam kota.
Menjadi Dokter adalah hal yang patut dibanggakan. Bahkan gaji yang diberikan juga sangat tinggi, begitu selesai pelatihan, gajinya sudah mencapai 12 sampai 14 juta. Hal ini berhasil membuat keluarga Lupin menjadi keluarga paling mempesona di desa.
Tidak bisa dibilang sampai membanggakan leluhur keluarga, tapi bisa dibilang hampir mencapai tingkat seperti itu.
Sayangnya berkah tersebut tidak berlangsung lama. Pemuda berasal dari desa yang tidak memiliki latar belakang bagus ini memiliki sifat yang terus terang, tidak tahu kapan dia menyinggung orang-orang di rumah sakit.
Pernah sekali, Lupin tidak sengaja menyaksikan adegan Direktur departemennya selingkuh bersama seorang perawat muda. Ujung-ujungnya, Lupin dipukuli dan perawat muda itu memfitnah Lupin mencoba untuk memperkosanya, sampai Lupin sama sekali tidak bisa membantah.
Masalah kotor di perkotaan sangat banyak. Ujung-ujungnya, Lupin yang difitnah dan dijauhi oleh rekan kerja memutuskan untuk kembali ke pedesaan. Dengan keterampilan medis yang dia miliki, ditambah paman keduanya yang memiliki sedikit kekuasaan di desa, Lupin akhirnya membuka sebuah klinik kecil.
Klinik kecil baru dibuka tidak sampai sebulan. Meskipun tidak begitu laris, Lupin tetap bersikap sangat aktif dan semangat.
Tadi siang di rumah ada sedikit urusan. Setelah mengurusnya, Lupin segera bergegas berangkat ke klinik kecil di bawah matahari yang terik.
Lupin merasa kewirausahaan dia masih berada pada masa pertumbuhan, jadi dia harus bekerja keras.
"Hei! Pipin ! Pipin !"
Mendengar ada yang memanggilnya, Lupin segera menginjak pedal rem.
"BIbi ketiga, kamu panggil aku?"
Lupin menoleh ke samping, seorang wanita yang berada di bangunan kecil yang berlantai dua menunjukkan kepalanya dari balik pintu.
" Pipin, cepat ke sini!"
Wanita itu melambaikan tangannya. Mungkin karena cuacana benar-benar terlalu panas, wajah wanita yang cantik tampak memerah.
Lupin merasa agak ragu. Wanita ini bernama Livia. Suaminya baru meninggal pada dua tahun lalu, sejak itu dia tinggal sendirian di sana.
Orang-orang berkata, wanita janda itu penuh dengan masalah. Para pria di desa tidak ada yang berani memasuki rumahnya sendirian. Setidaknya tidak berani pada siang hari bolong.
Namun, ekspresi Livia tampak sangat cemas, sepertinya sungguh ada urusan yang serius, ditambah Lupin juga memanggilnya bibi. Berpikir sampai sini, Lupin menoleh ke sekeliling, melihat tidak ada orang lain, dia pun mengendarai sepeda listriknya masuk ke rumah wanita.
"Bibi ketiga, kamu cari aku buat apa?"
Setelah mendorong sepedanya ke dalam pagar besi, tatapan Lupin terjatuh ke tubuh Livia.
Livia hanya berusia 30 tahun lebih, Lupin memanggil dia bibi karena suaminya berada di generasi yang lebih tinggi darinya.
Di Desa Bunga Cantik, Livia termasuk sebagai setangkai bunga cantik. Dia memiliki wajah yang cantik, bentuk tubuh yang berisi. Bentuk tubuhnya sering membuat para paman di desa yang melihatnya terasa pusing dan terpesona.
Orang yang bisa menikahi wanita berkualitas tinggi seperti ini sangat beruntung.
Suami Livia bernama Rendy. Tidak tahu Rendy tidak diberkahi untuk menikmati kebahagiaan ini atau kenapa, Rendy meninggal pada dua tahun lalu karena kecelakaan mobil. Rendy bahkan tidak meninggalkan satu anak pun untuk Livia.
Hal ini membuat para warga desa menggosip bahwa Livia membawa sial kepada suaminya.
Selain itu, juga ada yang berkata Rendy tidak berguna. Sudah menikah hampir 4 tahun dan dia bahkan tidak membuat Livia hamil sekali pun.
Rendy sudah meninggal dan tidak bisa merasakan apa pun lagi, sementara Livia yang kasihan tidak hanya harus menjadi wanita janda, dia juga harus menerima gossip para warga desa.
Wanita janda lain yang masih berusia muda semuanya sudah menikah lagi, sementara Livia sama sekali tidak ada maksud menikah lagi setelah 2 tahun menjadi wanita janda.
"Kamu.. ikuti aku" Livia berkata dengan wajah yang memerah, bahkan nafasnya juga terdengar sesak.
"Bibi ketiga, kamu... sakit?"
Lupin merasa sangat aneh. Karena Livia berjalan dengan posisi merapatkan kedua kaki yang tampak sangat tidak nyaman.
"Iya... aku merasa sedikit tidak enak. Kamu ikuti aku masuk, coba bantu periksa aku sebentar"
Livia berkata dengan suara lembut. Dahinya sudah dibasahi keringat dan dia menggigit bibirnya dengan erat, seperti sedang berusaha menahan sesuatu.
Sebagai seorang dokter, Lupin segera menghampiri Livia untuk membantu dia berjalan. Siapa tahu, tubuh Livia malah bergetar dan dia berteriak dengan kaget.
Lupin terkejut dan segera berkata: " Bibi Livi, masalahmu tampak serius. Atau tidak aku antar kamu ke rumah sakit saja?"
Meskipun Lupin memiliki keterampilan medis dan klinik sendiri, dia belum berani mengobati penyakit besar yang serius.
"Jangan! Masalahku ini tidak perlu sampai ke rumah sakit. Lagian, bukannya kamu sendiri adalah seorang dokter?"
Livia memegang tangan Lupin dengan erat dan menariknya masuk ke dalam rumah.
" Bibi Livi, bagian manamu yang sakit?"
Begitu memasuki rumah, Lupin pun segera bertanya.
"Aku..." Tidak tahu mengapa, wajah Livia tampak semakin memerah, ekspresinya tampak ragu dan tidak enak.
" Bibi Livi, cepat beri tahu aku. Kalau tidak bagaimana aku bisa bantu kamu mengobatinya?"
Lupin berkata dengan bingung.
Setelah meragu sejenak, Livia akhirnya menekadkan diri. Dia menggigit bibirnya dan berkata dengan suara lembut: " Pipin, kamu harus bantu bibi menjaga rahasia ini. Kalau tidak bibi tidak ada wajah untuk hidup lagi"
"Apa? Apa yang terjadi? Itu, kamu tenang saja. Aku itu seorang dokter, merahasiakan kondisi pasien adalah etika dasar pekerjaanku"
Lupin merasa kaget, kondisi Livia sepertinya benar-benar sangat parah.
"Aku.. aku... bagian bawahku... ada sesuatu jatuh ke dalam..."
Livia berkata sambil menundukkan kepalanya. Kemerahan di wajahnya sudah tersebar sampai leher, suara dia juga terdengar semakin kecil.
"Apa... apa maksudmu?"
Lupin yang tampak bingung masih belum mengerti situasi.
"Aduh kamu ini, benar-benar sangat bodoh"
Livia sudah cemas sampai mau menangis. Dia sudah berkata sampai begitu terus terang dan anak ini masih tidak mengerti?"
"....Bibi, atau tidak, aku coba periksa bagian tubuhmu yang sedang tidak enak dulu"
Lupin berpikir, wanita ini sedang apa? Kenapa tidak berkata terus terang dimana sakitnya? Kata-katanya sungguh membingungkan.
Kalau begitu, coba periksa kondisinya dulu.
Setelah mendengar kata-kata Lupin, Livia tampak ragu lagi. Namun, setelah berpikir Lupin adalah seorang dokter, Livia pun memberanikan diri dan mengangkat roknya secara perlahan.
Gerakan Livia ini membuat Lupin panik dan segera mundur ke belakang sambil berkata" "Bibi, kamu sedang apa? Aku itu orang baik-baik!"
"Sialan. Kamu si bocah ini sedang pikir apa? Aku.. semalam aku itu.... waktu itu... barangnya tidak sengaja patah dan terjatuh ke dalam. Sekarang aku terasa sangat sakit. Kamu, kamu harus bantu aku keluarkan dia"
Livia berkata dengan ekspresi yang emosi. Masalah seperti ini benar-benar sangat memalukan.
Livia mencoba untuk mengeluarkannya, tapi dia gagal dan bagian sananya bahkan sudah mulai berdarah. Dia sudah kesakitan sepanjang siang, karena tidak bisa bertahan lagi, akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Siapa tahu pada waktu itu juga dia bertemu dengan Lupin.
Masalah seperti ini benar-benar sangat sulit diceritakan.
Livia berpikir, Lupin adalah pemilik klinik, dia juga merupakan warga desa. Ditambah Lupin berada di generasi bawahya, anak yang pernah kuliah di kota ini seharusnya memiliki pemikiran yang luas. Sehingga dia seharusnya bisa membantu Livia menjaga rahasia ini.
Hal-hal inilah yang membuat Livia memutuskan untuk memanggil Lupin kemari.
"Apa? Bibi, kamu, kamu... kamu jatuhkan apa ke dalam?"
Sudah saat seperti ini, Lupin tidak mungkin masih tidak mengerti. Hanya saja, hal ini benar-benar terlalu mengagetkan.
"Ti... timun. Pipin, tolong ya" Livia berkata dengan pipi memerah.
Sambil berkata, Livia tidak lupa terus mengangkat roknya.
"Um!" Lupin diam-diam menelan air liurnya. Cuaca yang memang sudah panas, sementara adegan di depannya membuat Lupin merasa darah di dalam tubuhnya sudah mau ikut terbakar.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved