Bab 3 Saling Tidak Menghutang

by Sang Hae Bom 15:34,Dec 30,2021
Sudut bibir Najwa bergetar sejenak, dia hampir saja melupakan hal ini. Yang lain tidak masalah, tapi jarum yang tertusuk di bagian tengah kedua kakinya tidak bisa dibiarkan terlalu lama....

Najwa mengeluarkan jarum dengan gerakan rapi. Merobek pakaiannya sesuai dengan bentuk luka, "Pendarahan sudah berhenti untuk sementara. Tapi lukamu terlalu dalam dan panjang, harus dijahit."

Pria itu itu menatapnya, "Kamu berasal dari Makah?" Dia pernah mendengar bahwa sihir dokter Makah punya teknik menjahit.

"Bukan." Najwa baru saja datang ke sini, dia tahu hubungan antara Jizan dan Makah tidak baik. Pria ini mengenakan pakaian mewah, bahkan kain kemejanya dibuat dengan kain brokat yang bagus. Bisa jadi orang ini adalah kerabat kaisar.

Di tempat yang sedingin es ini, Najwa tidak ingin ada yang tahu tentang rahasianya.

"Luka ini harus dijahit."

Najwa mengeluarkan sebuah tabung gel medis yang bisia digunakan tanpa harus menjahit luka, ia mengoleskannya sesuai dengan bentuk luka.

"Beberapa hari ini jangan beraktivitas dulu, jangan kena air juga. Dalam waktu 7-14 hari, lukanya akan terkelupas sendiri. " Jawab Najwa mengamati luka di kakinya dan berkata dengan serius, "Aku jamin tidak akan meninggalkan bekas."

"Jangan dilihat."

Haydar yang mendorong kereta kuda kebetulan melihat adegan ini, dia segera bergegas ke arah mereka dan bersiap mau mengeluarkan pedangnya lagi.

Haydar ini sangat emosian, tidak sabar seperti tuannya. Najwa mengerucutkan bibirnya dan berkata, "Di sini gelap, ada apa yang bisa dilihat?"

"Beraninya kau!" Haydar langsung mengeluarkan pedangnya dengan ekspresi dingin dan aura yang menakutkan.

Sebelum Najwa sempat bergerak, pedang di tangan Haydar terjatuh oleh sebongkah kecil es.

Ekspresi Pria itu itu tampak serius dan sedikit marah. Melihat adegan ini, Haydar segera berlutut di lantai, "Tuan tolong jangan marah."

"Pedangmu bukan digunakan untuk membunuh orang yang tidak bersalah."

Pria itu ini tidak hanya berwajah tampan, suaranya juga sangat lembut dan mempesona. Bahkan suaranya saat sedang mendidik bawahannya juga terdengar menyenangkan.

Najwa segera ikut berkata, "Benar, aku adalah orang yang mau bantu tuanmu meninggalkan tempat ini. Dasar bodoh."

Haydar menundukkan kepalanya. Kalau tidak menggunakan kereta kuda, Haydar juga bisa mengendong tuan di punggung, tapi luka tuan baru saja berhenti pendarahan dan takutnya akan berdarah lagi.

Pria itu itu melihat ke gel medis yang tertempel ke lengan Tuannya dengan penasaran. gel transparan ini benar berhasil menutup luka yang terbuka secara cepat. Seiring angin bertiup, gel mulai mengeras dan membentuk lapisan tipis di celah luka. Bahkan di tengah proses ini Pria itu sama sekali tidak merasa kesakitan atau tidak nyaman.

"Benda ini sungguh ajaib."

"Aku mendapatkan benda ini secara tidak sengaja. " Melihat keinginannya melalui tatapan Pria itu itu untuk mendapatkan barang ini, Najwa pun mengoyangkan tabung gel di tangannya sambil menggerakkan alisnya, "Bukan tidak boleh beri kepadamu juga, hanya saja, kamu harus beri aku sedikit..."

Mendengar kata-kata Najwa, Pria itu mengeluarkan sekeping batu giok yang seukuran ujung jarinya dari saku baju. Batu giok itu tampak sedikit berkilau dalam kegelapan, tampak misterius seperti pemiliknya.

"Tuan.." Haydar baru mau melangkah maju untuk menghentikannya, Pria itu itu langsung meliriknya dengan mata dingin.

"Aku tidak mau." Najwa langsung menjawab, "Di tempat yang liar ini tidak ada tempat pegadaian. Lagian, siapa yang bisa jamin bahwa giok kamu ini benar-benar berharga?"

Sebenarnya, Najwa bukan tidak suka batu giok ini, tapi dia melihat rasa tidak tega di mata Pria itu waktu mengeluarkan giok ini, sampai hatinya juga ikut terasa sedih. Lagian di rumah cabang Desa Keluarga Pazika yang berjarak ratusan kilometer dari Albuka, memegang emas dan perak jauh lebih berguna daripada memegang batu giok.

"Kamu." Haydar sudah sangat cemas, tapi peringatan tuan tadi buat dia hanya bisa melirik Najwa dengan marah.

Pria itu itu menyimpan batu gioknya dengan wajah acuh tak acuh, kemudian mengeluarkan sebuah kartu yang seukuran dengan telapak tangan dari pinggangnya, "Kebaikan gadis ini tidak bisa dibayar dengan apa pun, kamu ambil dulu 500 gram emas ini. Kalau kita bisa berjumpa lagi, aku akan memberi uang tunai sebagai tanda terima kasih."

Cahaya keemasan tampak berkilau di tengah salju. Najwa terbelalak, meskipun ada gambar awan keberuntungan dan prasasti segel kecil yang diukir di kartunya, tapi benda ini benar-benar emas murni, terasa berat ketika di pegang di tangan.

"Oke."

Najwa memberi gel medis kepada Pria itu itu, juga enam tablet anti-inflamasi.

"Kamu minum dua tablet dulu, besok dan lusa malam minum dua tablet lagi, untuk menghindari infeksi luka."

Najwa mengingatkan, "Lalu, aku paling tidak suka direpotkan. Masalah hari ini kalian harus ingat untuk merahasiakannya, mengerti?"

Pria itu itu dan Haydar mengangguk. Tanpa banyak bicara lagi, Najwa langsung menyuruh Haydar melepaskan roda kereta.

Haydar menatap ke Najwa dengan dingin. Kereta kuda yang ada rodanya saja membuatnya kesusahan untuk mendorongnya, mana mungkin dia bisa mendorong kereta yang tidak ada rodanya?

Haydar tidak akan percaya gadis kecil seperti Najwa memiliki tenaga yang lebih besar darinya.

Dan Najwa benar-benar menyuruh Haydar untuk membantu menaikkan Tuannya ke atas kereta, kemudian melambaikan tangan kepada seri Galla besar yang berada di kejauhan, "Teman-teman, ayo kemari."

Seri Galla besar menggerakkan telinganya, berjalan ke arahnya dengan 7-8 seri Galla lainnya yang tampak kuat dan sehat. Bahkan seri Galla kecil yang terselamatkan sebelumnya juga berjalan ke arahnya.

Najwa mengendong seri Galla kecil dan mengikat tali ke seri Galla lainnya dan tatapan terkejut terpancar dari mata Haydar dan Pria itu.

Sudut bibir Pria itu terangkat dengan lembut, gadis ini benar-benar gadis yang pintar.

"Haydar, ayo jalan."

Haydar yang kaget mengangguk dengan wajah tercengang, ini adalah pertama kalinya dia melihat seri Galla menarik kereta.

Najwa naik ke atas kereta, membungkus seri Galla kecil dengan jubah, kemudian mengangguk kepada seri Galla besar, "Ayo kita berangkat"

Seri Galla besar memimpin di depan, seri Galla lainnya di belakang, semuanya berlari ke arah depan. Mereka jauh lebih cepat daripada kecepatan kuda.

Di atas kereta, Najwa dan Pria itu itu hanya diam saja, yang terdengar hanya suara angin dan suara seri Galayang menarik kereta.

"Kamu belajar dari siapa?"

Suara Pria itu memecah kesunyian di atas kereta. Gadis ini jelas adalah remaja berusia belasan tahun dari gunung liar, tapi gerakan dia dari membunuh dua pria kuat itu, mengurus luka Pria itu dan seri Galla kecil, semuanya tampak rapi, cepat dan terlatih seolah-olah dia sudah melakukan hal ini berulang kali.

Najwa mengira Pria itu sedang bertanya tentang masalah menggunakan seri Galla menarik kereta, jadi dia langsung menjawab, "Santa Klaus."

Melihat reaksi Pria tersebut, Najwa baru sadar bahwa tempat ini bukan berada di zaman kelahiran dia sebelumnya.

"Maksudku adalah, orang tua yang muncul saat salju turun." Najwa merasa Pria itu seharusnya bisa mengerti kalau dia berkata seperti itu.

"Orang tua muncul di tengah salju?" Pria itu bertanya dengan serius, "Obatmu dibuat olehnya?"

"Iya benar, dia yang kasih kepadaku." Berpikir tentang mau menjual obat yang tersisa dengan harga tinggi, Najwa memutuskan untuk menambah sedikit unsur mitos dalam ceritanya, "Aku bertemu dengannya secara kebetulan. Setelah itu kami berjanji untuk ketemu di belakang gunung pada saat salju turun. Kalau tidak di tengah cuaca yang dingin ini aku pasti sudah duduk di rumahku sambil makin daging domba panggang, buat apa keluar dan terkena angin? Lalu, dua orang tadi, mereka mau merebut obatku...."

Najwa teringat dengan masalah Pria itu ini juga memiliki banyak musuh. Karena tidak ingiin ikut kena masalah, dia pun segera berkata lagi, "Tenang saja, aku sudah ambil emasmu. Begitu keluar dari tebing ini, kita akan berpisah dan pergi ke jalan sendiri, tidak saling berhutang lagi."

Berkata sampai sini, Najwa tidak bisa menahan diri dan melirik ke Pria itu itu lagi. Pria itu ini lebih tampan daripada generasi kedua Kaisar.

Pria itu hanya tersenyum tipis, tanpa berkata apa pun. Waktu jatuh ke bawah tebing, gadis ini berpakaian tipis dan di sampingnya ada kayu yang baru saja dipungut. Selain itu, dua Pria itu kuat itu berbicara dengan logat Albuka, mereka terlihat akan benar-benar mengambil nyawa gadis ini...

Rombongan seri Galla berbelok dengan cepat, tanpa halangan dari pepohonan di dalam hutan, kecepatan mereka jadi bertambah daripada sebelumnya, hal ini membuat tirai di dalam kereta juga terbang.

Rambut gadis kecil yang duduk di depan terbang sana sini, matanya tampak seperti batu hitam yang bersinar terang seperti bintang.

Gadis itu duduk dengan postur tubuh yang tegak, cahaya bulan menyinari jubah hitamnya, membentuk bayangan yang memancarkan ketegasan dan semangat ketulusan, seperti seorang peri sedang membawa Pria itu pergi dari tebing yang gelap.

Download APP, continue reading

Chapters

61