Bab 15 Putri Keenam

by Sang Hae Bom 15:44,Dec 30,2021
Pagi hari berikutnya, Yang Mulia sudah menyuruh orang untuk menyiapkan kereta kuda dengan barang-barang yang diperlukan, Najwa pun bisa mendengar suara yang berisik itu, perjamuan istana jelas-jelas akan dilaksanakan pada besok malam, mereka banging pagi-pagi untuk apa?
Hingga siang, Almira baru keluar, dia mengenakan rok panjang pink, di pinggangnya terdapat sabuk sutra, pita emas dengan akesori giok yang dikenakan oleh dia pun menunjukkan kemuliaan seorang anak selir hakim, dia juga mengenakan mantel musim dingin putih, dia berjalan dengan tampak anggun, riasannya sangat cocok dengan aksesori kepala dia, bahkan membuat dia terlihat sangat menawan.
Saat berdiri di atas salju, Almira pun terlihat seperti seorang Putri yang mulia.
Farrah merasa kagum, “Kakak ketiga cantik sekali, Kakak Putra Mahkota pasti akan sangat senang.”
Tatapan Almira tampak datar, jika belum bertunangan, maka pernikahan dia dengan Putra Mahkota pun masih belum bisa dipastikan.
“Aku dengan Putra Mahkota masih belum bertunangan, Farrah tidak boleh bilang seperti ini lagi, nanti akan ditertawai oleh orang lain.”
Selir Atiqoh menyanjungnya: “Nona ketiga jangan khawatir, hari ini pergi ke Istana, setelah Paduka Ratu lihat Nona kedua yang seperti gadis Desa, Paduka Ratu pasti tidak akan menyukainya, nanti Tuan tua tinggal usir dia aja.”
Mawar menepuk tangan Almira, “Mira, kamu tak perlu khawatir, aku dengan Ayahmu akan urus ini, perjamuan istana hari ini, kamu pasti yang paling menarik perhatian orang.”
Mawar hari ini ingin putri Laura diinjak oleh putri dirinya, dia ingin membuat Paduka Ratu melupakan wanita itu.
Saat siang, dua kereta kuda pun mulai berangkat dari tempat Najwa dengan Almira menuju ke pintu Istana.
Pipi pelayan tua Isrami masih belum sembuh, hanya terdapat Mumun dan Masiroh yang ikut Najwa pergi dengan mengenakan pakaian yang dipilih oleh mereka berdua kemarin.
Selama di perjalanan, mereka berdua hanya diam saja, awalnya mereka Najwa akan mengenakan pakaian yang sama seperti diri mereka, tetapi tidak disangka saat hendak pagi, tiba-tiba terdapat beberapa ekor kucing yang datang, kucing-kucing itu merusak semua pakaian yang diberikan oleh Yang Mulia, selain dua pakaian yang dikenakan oleh mereka berdua.
Karena tidak ada pilihan lain, Nona kedua hanya bisa mengenakan gaun hitam dengan jubah mantel cream, Najwa tidak menggunakan aksesoris apa pun, hanya dengan temperamennya pun sudah menarik perhatian orang, seolah-olah seperti Dewi di atas langit yang turun ke dunia.
Tadi saat di depan gerbang, Yang Mulia pun menatap mereka berdua dengan tatapan yang tidak senang.
Untung saja pakaian yang dikenakan oleh Najwa bukan pakaian baru, apalagi dia masih belum pernah pergi ke Istana, setelah memikirkan rencana mereka, mereka berdua pun tampak agak tenang.
Najwa melihat Burung Sanma yang terbang ke samping jendelanya, Burung Sanma diselamatkan oleh dia saat perjalanan pulang ke Albuka, Burung Sanma sangat pandai, kucing-kucing tadi tentu saja dipancing oleh Burung Sanma.
Mawar ibu dan anak memikirkan segala cara agar dirinya masuk ke Istana, tampaknya mereka sudah menggali banyak lubang di depan, sedang menunggu dirinya jatuh ke dalam.
Najwa menatap Burung Sanma dengan diam, kemudian Burung Sanma pun terbang ke Istana yang ada di depan.
Di pintu Istana sudah terdapat antrian yang panjang, kusir mengeluarkan undangan mansion hakim, penjaga pintu di sana sengaja membuka pintu samping agar kereta kuda mansion hakim bisa masuk terlebih dahulu.
Kereta kuda keluarga bangsawan tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam Istana, semua orang harus mengganti kereta di pintu Istana pertama, selir yang masuk ke dalam Istana hanya boleh membawa seorang pelayan saja.
Najwa menunjuk, “ Masiroh ikut aku aja.”
Pelayan ini tampak menggoda, juga merupakan pelayan muda yang paling tidak taat di halaman, jadi dia pun sangat cocok dengan acara hari ini.
Masiroh merasa senang, beberapa hari ini Najwa terlihat sangat menyukai Mumun, dia pun sempat mengira dirinya tidak bisa masuk ke Istana.
“Karena mau masuk ke Istana, jangan terlalu kaku, dari pada bikin malu mansion hakim.”
Najwa mengetahui apa yang dipikirkan oleh Masiroh, jadi dia pun sengaja bilang seperti itu, dia hanya berharap Masiroh masih bisa keluar dengan selamat.
Siapa tahu Masiroh menganggap serius, dia mulai meniru Almira, berkata dengan sambil tersenyum, “Makasih Nona kedua atas pujiannya.”
Mumun menghentakkan kakinya di sana.
Najwa cuman anggap tidak melihatnya saja, dia langsung naik ke kereta kuda istana utama.
Orang yang masuk ke Istana sangat banyak, setiap keluarga hanya akan diberikan satu kereta kuda saja, Najwa tentu saja duduk satu kereta kuda yang sama dengan Almira, sedangkan pelayan mereka berdua pun berjalan di luar.
Tumpukan salju yang ada di bawah sudah dihilangkan, hanya saja tumpukan salju tebal masih terlihat di tembok bata merah, genting berlapis kaca pun terdapat kristal es sepanjang 3 inci.
Atap emas terdapat ukiran naga emas dengan binatang mitologi, pemandangan seperti ini pun membuat orang merasa tertekan setelah melihatnya.
Di dalam Istana Panjang Jiwa Paduka Ratu, meskipun terdapat tumpukan salju, tapi tetap terlihat seperti biasanya, terdapat kolam yang berisi air jernih, tidak membeku karena suhu yang dingin, bahkan masih memancarkan hawa-hawa panas, jelas kali itu sumber air panas, uap air yang berkumpul di udara pun membentuk kabut, Istana ini seolah-olah seperti menjadi tempat yang sangat misterius.
Kereta kuda berhenti di depan Istana Paduka Ratu, pelayan Almira baru membuka tirai, Putra Mahkota Saladin yang mengenakan Gaun corak naga kuning pun lansung maju ke depan, “Dik Mira, hati-hati ya.”
Almira mengangguk, saat hendak turun ke bawah, dia pun tidak sengaja jatuh ke depan, Putra Mahkota langsung memeluknya, ini membuat keluarga selir yang datang melihat keributan merasa sangat kagum.
Juga terlalu palsu.
Najwa keluar dari dalam, dia malas untuk melihat mereka berdua, langsung berjalan masuk ke dalam Istana.
Putra Mahkota tertegun, jika dulu wanita ini melihat adegan ini, dia pasti akan sedih dan kabur, bahkan masih akan mencari sebuat tempat untuk menangis, tidak disangka, hari ini dia begitu tenang, gaun hitam yang dikenakan oleh dia terlihat sangat elegan, lalu Putra Mahkota langsung memanggilnya.
“ Najwa, kenapa kamu tidak beri salam setelah nampak aku?”
Sialan, paling tidak suka orang seperti ini!
Najwa berbalik, dia sedikit membungkuk, “Hamba beri salam pada Putra Mahkota.”
Najwa terlihat tidak sedih, tidak peduli, tidak berekspresi, ini membuat Putra Mahkota merasa diejek, tetapi setelah dilihat dengan jelas, Najwa pun sedang menundukkan kepalanya.
Almiraberkata dengan malu: “Kak Putra Mahkota jangan marah, Kakak kedua sudah tinggalkan Albuka beberapa tahun, jadi dia tidak tahu aturan.”
“Ya, berdiri.”
Putra Mahkota mengangkat kepalanya dengan sombong, gadis Desa ini pasti ingin mencari perhatian dirinya, jadi dia pun sengaja menarik Almira masuk ke dalam.
Najwa berdiri dengan tampak tenang, dia tidak mempedulikan sekumpulan orang yang ingin melihat keributan, lalu dia pun langsung masuk ke dalam.
Di dalam sana sangat hangat, acara akan dimulai dua jam lagi, Putra Mahkota dengan Putra Mahkota dan anggota Kekaisaran yang belum menikah semuanya sudah duduk di sana, melihat ada yang masuk, mereka pun langsung menoleh ke sana.
Sebagian dari mereka itu ingin melihat penampilan wanita cantik nomer satu Albuka Almira, tentu saja mereka semua juga ingin melihat penampilan Najwa.
Sebuah bayangan yang merah tiba-tiba meraih lengan Najwa, dia pun menatap Najwa dari atas sampai bawah, “Kamu itu gadis Desa mansion hakim yang baru pulang ke Albuka?”
Gadis itu adalah Putri Keenam yang diasuh oleh Selir kaisar, namanya Nissa Ayubi, wajahnya terlihat sangat cantik, tatapan sombong di matanya sama seperti Putra Mahkota, sifatnya yang mendominasi pun sepenuhnya ditunjukkan.

Download APP, continue reading

Chapters

61