Bab 10 Aku Memang Sangat Kuat
by Hanung Bram
17:07,Jul 25,2022
Farel yang ada di sampingnya terdiam sejenak dan menegurnya, “Kamu jangan gitu. Mereka itu pacaran dan kalau kamu kedipkan mata, nanti mereka berantem.”
“Jangan pernah jadi pelakor, mengerti?”
Sarah merapikan rambut di telinganya, “Aku cuma meliriknya kok dan tergantung pikiran pria itu, tapi kalau dilirik aja udah tergoda, itu artinya dia bukan pria setia.”
Farel memegang dahinya tidak berdaya, ternyata rubah ini punya pikiran yang aneh.
Sampai di lantai tiga, lampu koridor yang redup membuat Farel tidak bisa melihat situasi dengan jelas. Dia mengakui hotel ini sangat buruk dan bahkan sepertinya bisa runtuh dalam semalam.
Dia mengambil kunci dan membuka pintu, ada lampu menerangi kamar yang kecil dan ternyata di kamar ini hanya ada satu tempat tidur yang besar.
“Bukannya double bed? Kenapa cuma ada satu?” Sudut mulut Farel berkedut.
Sarah terkekeh, “Kamu masih takut aku akan memakanmu tengah malam? Sekarang kita satu, jadi gapapa kok tidur bareng.”
Mendengar perkataannya, Farel merasa kesal dan rasanya ingin memukul Sarah.
Dia juga tahu kalau rubah betina ini tidak akan menyentuhnya, tapi sangat menggodanya.
Akhirnya Farel tidak bicara lagi, bersiap mandi dulu untuk segera tidur.
Dia mematikan lampu, Farel dan Sarah berbaring di sisi tempat tidur, karena sudah sangat mengantuk dan langsung tertidur dalam beberapa menit.
Sarah perlahan bangkit dan tidak bisa menahan tawanya ketika melihat kalau pria itu benar-benar tertidur.
* *
Entah berapa lama, tiba-tiba Farel terbangun karena ingin buang air kecil. Dia membuka mata dan melihat ke luar jendela, saat ini langit masih gelap.
Dia mengeluarkan ponsel dan ternyata masih jam empat subuh.
“Aduh, pipis dulu deh.”
Farel terbangun dengan tergesa-gesa, menemukan tidak ada toilet sama sekali di dalam kamar dan ekspresinya berubah muram karena marah.
“Hotel jelek! Permalam harganya 800 tapi tidak ada toilet.”
Dia dengan cepat mengenakan pakaiannya, berjalan keluar dari kamar dan pergi ke luar pintu hotel untuk buang air kecil.
Setelah beberapa saat, dia segera kembali ke lantai tiga dan tiba-tiba ekspresinya berubah setelah mengendus.
“Bau ini..”
Dalam sekejap, ekspresinya langsung berubah.
Bau ini adalah bau darah yang sangat kuat, sepertinya bukan hanya satu atau dua orang yang mati.
“Bajingan!”
Dia berbalik dan bergegas ke kamar, tapi Sarah masih tertidur dan Farel menatap punggungnya dengan dingin.
Dia langsung menariknya dari tempat tidur sampai selimutnya lepas, memperlihatkan tubuh dan dada seksinya.
Di bawah sinar bulan jendela, Farel hampir bisa melihat tubuh Sarah dengan jelas karena saat ini dia hampir telanjang.
Plak!
Dalam kemarahannya, Farel tidak sempat mengagumi keindahan di depannya dan langsung menampar wajah Sarah, meninggalkan bekas merah.
Rasa sakit ini membuat Sarah terbangun dan yang menarik perhatiannya adalah mata merah pria di depannya.
“Kenapa kamu membunuh lagi?” Farel berteriak marah.
Sarah tertegun sejenak dan menjawab, “Aku tidak bunuh siapa pun, dari tadi aku tidur dan jangan asal nuduh aku.”
“Apa? Kamu tidak melakukannya?” Farel terkejut mendengarnya.
Bukan Sarah yang melakukannya, terus siapa orang yang begitu kejam?
Setelah bangun Sarah juga mencium bau darah yang menyengat dan buru-buru mengenakan pakaiannya.
“Farel hati-hati, ada orang mati di hotel dan bau darah manusia menyengat, setidaknya empat orang yang tewas.” Saat Sarah selesai bicara, terdengar suara dari luar pintu.
Sebuah tawa yang jahat dan dingin.
“Aku beruntung banget malam ini, perutku bukan cuma kenyang, tapi ada makanan lezat yang datang sendiri ke tempatku.”
“Aku cium bau tubuhmu dan sepertinya kamu manusia yang berubah jadi rubah bukan? Aku belum pernah coba siluman rubah dan aku akan mencobanya malam ini!”
Brak!
Pintu didobrak dan ekspresi Farel juga Sarah jadi sangat muram.
Di pintu, ada sesosok tubuh kekar berjalan perlahan.
Tingginya setidaknya 2,4 meter, dengan perut yang kecil dan otot-ototnya yang menonjol.
Yang paling penting, kepalanya bukan kepala manusia.
Kepalanya harimau dengan bulu kuning kecoklatan dan garis-garis hitam.
Dia adalah siluman harimau!
“Hari ini aku benar-benar sial.” Farel mengeluh, tanpa sadar berjalan mundur dan tubuhnya gemetar.
Sarah juga terlihat gemetar karena lawan di depannya jauh lebih kuat darinya.
“Aku sudah lihat banyak hal di tempatku.” Siluman harimau menjulurkan lidah dan menjilat darah di bibirnya, “Tapi aku belum pernah yang cantik sepertimu dan tidak pernah lihat.”
Wajah Sarah memerah, tentu saja dia mengerti maksud pihak lain.
“Ayo, biarkan Tanjiro mencicipimu. Apalagi kalau makan dua sekaligus, pasti lebih enak.”
Dia sudah malas berbicara, lalu bergegas kearah Sarah.
Farel melihat situasi dan langsung melempar cangkir the di samping.
Prang!
Tanjiro mengangkat tangan untuk menepis dan cangkir teh langsung hancur berkeping-keping, berserakan di lantai.
“Wah aku hampir lupa, ada semut yang belum kutangani.” Tanjiro menoleh dan tersenyum jahat.
Dengan hentakan kakinya, dia langsung tiba di depan Farel dan menampar pipinya.
Dia menggunakan hampir seluruh kekuatannya dan mungkin orang yang kena tamparannya, takutnya kepalanya bisa berputar beberapa kali.
“Cepat menghindar!” Sarah buru-buru mengingatkan.
Begitu selesai bicara, Farel yang terkenal tamparan langsung terpental ke belakang.
Braak!
Dengan suara keras lainnya, Farel menabrak dinding dan perlahan jatuh ke tanah.
“Ah..” Farel terluka dan Sarah juga memuntahkan seteguk darah.
“Kenapa kamu tidak menghindar?!” Dia tidak bisa menahan diri untuk berteriak.
Farel tersenyum pahit, bukannya dia tidak mau, tapi tidak bisa.
Dia tidak boleh terlalu banyak berpikir, karena Tanjiro sudah datang ke arahnya.
Farel menopang dirinya dengan tangan dan perlahan mencoba berdiri.
Tapi karena lukanya terlalu parah, lengannya tidak bisa menopang tubuhnya sama sekali.
Ketika sudah bisa menopang, Farel terjatuh lagi dengan keras.
“Apakah dia memang sekuat itu?” Farel tidak bisa menahan diri untuk bergumam.
“Kamu benar, aku memang sangat kuat.” Tanjiro mendengar dan menjawab.
“Jangan pernah jadi pelakor, mengerti?”
Sarah merapikan rambut di telinganya, “Aku cuma meliriknya kok dan tergantung pikiran pria itu, tapi kalau dilirik aja udah tergoda, itu artinya dia bukan pria setia.”
Farel memegang dahinya tidak berdaya, ternyata rubah ini punya pikiran yang aneh.
Sampai di lantai tiga, lampu koridor yang redup membuat Farel tidak bisa melihat situasi dengan jelas. Dia mengakui hotel ini sangat buruk dan bahkan sepertinya bisa runtuh dalam semalam.
Dia mengambil kunci dan membuka pintu, ada lampu menerangi kamar yang kecil dan ternyata di kamar ini hanya ada satu tempat tidur yang besar.
“Bukannya double bed? Kenapa cuma ada satu?” Sudut mulut Farel berkedut.
Sarah terkekeh, “Kamu masih takut aku akan memakanmu tengah malam? Sekarang kita satu, jadi gapapa kok tidur bareng.”
Mendengar perkataannya, Farel merasa kesal dan rasanya ingin memukul Sarah.
Dia juga tahu kalau rubah betina ini tidak akan menyentuhnya, tapi sangat menggodanya.
Akhirnya Farel tidak bicara lagi, bersiap mandi dulu untuk segera tidur.
Dia mematikan lampu, Farel dan Sarah berbaring di sisi tempat tidur, karena sudah sangat mengantuk dan langsung tertidur dalam beberapa menit.
Sarah perlahan bangkit dan tidak bisa menahan tawanya ketika melihat kalau pria itu benar-benar tertidur.
* *
Entah berapa lama, tiba-tiba Farel terbangun karena ingin buang air kecil. Dia membuka mata dan melihat ke luar jendela, saat ini langit masih gelap.
Dia mengeluarkan ponsel dan ternyata masih jam empat subuh.
“Aduh, pipis dulu deh.”
Farel terbangun dengan tergesa-gesa, menemukan tidak ada toilet sama sekali di dalam kamar dan ekspresinya berubah muram karena marah.
“Hotel jelek! Permalam harganya 800 tapi tidak ada toilet.”
Dia dengan cepat mengenakan pakaiannya, berjalan keluar dari kamar dan pergi ke luar pintu hotel untuk buang air kecil.
Setelah beberapa saat, dia segera kembali ke lantai tiga dan tiba-tiba ekspresinya berubah setelah mengendus.
“Bau ini..”
Dalam sekejap, ekspresinya langsung berubah.
Bau ini adalah bau darah yang sangat kuat, sepertinya bukan hanya satu atau dua orang yang mati.
“Bajingan!”
Dia berbalik dan bergegas ke kamar, tapi Sarah masih tertidur dan Farel menatap punggungnya dengan dingin.
Dia langsung menariknya dari tempat tidur sampai selimutnya lepas, memperlihatkan tubuh dan dada seksinya.
Di bawah sinar bulan jendela, Farel hampir bisa melihat tubuh Sarah dengan jelas karena saat ini dia hampir telanjang.
Plak!
Dalam kemarahannya, Farel tidak sempat mengagumi keindahan di depannya dan langsung menampar wajah Sarah, meninggalkan bekas merah.
Rasa sakit ini membuat Sarah terbangun dan yang menarik perhatiannya adalah mata merah pria di depannya.
“Kenapa kamu membunuh lagi?” Farel berteriak marah.
Sarah tertegun sejenak dan menjawab, “Aku tidak bunuh siapa pun, dari tadi aku tidur dan jangan asal nuduh aku.”
“Apa? Kamu tidak melakukannya?” Farel terkejut mendengarnya.
Bukan Sarah yang melakukannya, terus siapa orang yang begitu kejam?
Setelah bangun Sarah juga mencium bau darah yang menyengat dan buru-buru mengenakan pakaiannya.
“Farel hati-hati, ada orang mati di hotel dan bau darah manusia menyengat, setidaknya empat orang yang tewas.” Saat Sarah selesai bicara, terdengar suara dari luar pintu.
Sebuah tawa yang jahat dan dingin.
“Aku beruntung banget malam ini, perutku bukan cuma kenyang, tapi ada makanan lezat yang datang sendiri ke tempatku.”
“Aku cium bau tubuhmu dan sepertinya kamu manusia yang berubah jadi rubah bukan? Aku belum pernah coba siluman rubah dan aku akan mencobanya malam ini!”
Brak!
Pintu didobrak dan ekspresi Farel juga Sarah jadi sangat muram.
Di pintu, ada sesosok tubuh kekar berjalan perlahan.
Tingginya setidaknya 2,4 meter, dengan perut yang kecil dan otot-ototnya yang menonjol.
Yang paling penting, kepalanya bukan kepala manusia.
Kepalanya harimau dengan bulu kuning kecoklatan dan garis-garis hitam.
Dia adalah siluman harimau!
“Hari ini aku benar-benar sial.” Farel mengeluh, tanpa sadar berjalan mundur dan tubuhnya gemetar.
Sarah juga terlihat gemetar karena lawan di depannya jauh lebih kuat darinya.
“Aku sudah lihat banyak hal di tempatku.” Siluman harimau menjulurkan lidah dan menjilat darah di bibirnya, “Tapi aku belum pernah yang cantik sepertimu dan tidak pernah lihat.”
Wajah Sarah memerah, tentu saja dia mengerti maksud pihak lain.
“Ayo, biarkan Tanjiro mencicipimu. Apalagi kalau makan dua sekaligus, pasti lebih enak.”
Dia sudah malas berbicara, lalu bergegas kearah Sarah.
Farel melihat situasi dan langsung melempar cangkir the di samping.
Prang!
Tanjiro mengangkat tangan untuk menepis dan cangkir teh langsung hancur berkeping-keping, berserakan di lantai.
“Wah aku hampir lupa, ada semut yang belum kutangani.” Tanjiro menoleh dan tersenyum jahat.
Dengan hentakan kakinya, dia langsung tiba di depan Farel dan menampar pipinya.
Dia menggunakan hampir seluruh kekuatannya dan mungkin orang yang kena tamparannya, takutnya kepalanya bisa berputar beberapa kali.
“Cepat menghindar!” Sarah buru-buru mengingatkan.
Begitu selesai bicara, Farel yang terkenal tamparan langsung terpental ke belakang.
Braak!
Dengan suara keras lainnya, Farel menabrak dinding dan perlahan jatuh ke tanah.
“Ah..” Farel terluka dan Sarah juga memuntahkan seteguk darah.
“Kenapa kamu tidak menghindar?!” Dia tidak bisa menahan diri untuk berteriak.
Farel tersenyum pahit, bukannya dia tidak mau, tapi tidak bisa.
Dia tidak boleh terlalu banyak berpikir, karena Tanjiro sudah datang ke arahnya.
Farel menopang dirinya dengan tangan dan perlahan mencoba berdiri.
Tapi karena lukanya terlalu parah, lengannya tidak bisa menopang tubuhnya sama sekali.
Ketika sudah bisa menopang, Farel terjatuh lagi dengan keras.
“Apakah dia memang sekuat itu?” Farel tidak bisa menahan diri untuk bergumam.
“Kamu benar, aku memang sangat kuat.” Tanjiro mendengar dan menjawab.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved