Bab 15 Tinggalkan Jalan Ini Dan Cepat Pergi

by Hanung Bram 17:08,Jul 25,2022
“Heh kamu, beraninya kamu mendorongku!” Dia menunjuk ke arah Farel dan berteriak arogan.

Farel terdiam beberapa saat, jelas penyebabnya karena gangster rambut merah itu terlalu lemah, tapi malah menyalahkannya.

“Kamu tahu kan, sekarang kamu lagi di kota Bern?” Menunjuk ke sekeliling, gangster rambut merah menyodok dadanya, “Semua orang tahu aku, namaku Garam!”

“Pfft.” Farel tidak bisa menahan tawa karena nama pihak lain benar-benar aneh.

Wajah Garam memerah karena dia paling benci ketika orang lain menertawakan namanya.

“Maju!”

“Ya kak!”

Dia melambaikan tangan untuk memerintahkan banyak bawahannya untuk maju, tapi tiba-tiba Farel berjalan untuk menghalangi Garam.

“Apa?” Garam mundur selangkah.

“Ada lampu di sini?” Farel mengangkat tangan dan menunjuk ke atas kepalanya.

“Lampu?” Garam tertegun sejenak, tidak mengerti artinya.

Para gangster yang lain juga bingung, semuanya mendongak untuk melihat lampu jalan di atas kepala mereka.

“Ada lampu di sini dan kamera pengawas di sana.” Farel menunjuk ke sisi lain dan mengingatkan dengan ramah, “Kalau kamu menyerangku di sini, kamu akan ketahuan.”

“Dan saat itu kalian semua akan berakhir!”

Akhirnya Garam sadar kalau malam ini dia minum terlalu banyak dan hampir melupakan hal penting.

“Terus harus gimana dong?” Dia tanpa sadar bertanya.

Pertanyaannya ini, membuat para gangster lain menatapnya dengan aneh.

Seingat mereka, kakak Garam dan Farel adalah musuh bukan?

Bahkan Farel juga tidak menyangka pihak lain akan tiba-tiba bertanya padanya.

“Kalau gitu, di sana.” Dia menunjuk ke gang di sampingnya.

“Oke.” Garam mengangguk.

Farel tidak menyangka semuanya akan berjalan begitu lancar.

Dia berbalik dengan santai bersama Sarah menuju gang.

gangster yang lainnya mencubit diri mereka sendiri dan setelah memastikan tidak mabuk lagi,mereka segera mengikuti Garam ke arah gang.

Saat tiba di gang, Garam menghentikan mereka dan matanya terus memperhatikan tubuh seksi Sarah.
“Hei, karena kamu cukup patuh, kali ini aku ampuni kamu.” Dia menunjuk ke arah luar, memberi isyarat pada Farel untuk pergi.

“Kamu mau lepaskan aku?” Farel tersenyum tapi tidak bergerak.

“Iya.” Garam menjawab tapi matanya terus menatap ke tubuh Sarah.

“Kamu berencana menyelamatkanku?” Farel bertanya lagi.

“Iya kamu benar.” Garam mengangguk dan menunjuk ke luar gang, “Suasana hatiku lagi baik, jadi tinggalkan jalang ini dan cepat keluar dari gang.”

“Gimana kalau aku tidak setuju?” Farel tersenyum.

“Tidak setuju?” Garam tertegun sejenak, berbalik dan melambaikan tangan ke para gangster.

Para gangster yang ada di pintu masuk gang, berjalan ke arahnya.

“Kalau kamu tidak setuju, mereka akan memukulimu!” Garam menatap dan mengancam.

Tapi Farel tidak memberi respon, mengangkat tangan dan mengulurkan jari tengahnya.

“Kalahkan dia!” Garam sangat marah dan melambaikan tangannya.

Begitu dia memberi isyarat, banyak gangster bergegas ke arah Farel.

Farel tersenyum, mengangkat tangan dan melepaskan lengan Sarah yang memeluknya.

Dia menggerakkan lehernya dan tangannya, mengangkat kaki dan menendang.

BRUK!

Seorang gangster yang bergegas ke arahnya, langsung terpental sejauh lima atau enam meter, bahkan hampir keluar dari gang.

“Hampir saja!” Farel menepuk dadanya.

“Wah dia kuat banget.” Banyak gangster yang terkejut.

Mereka tidak pernah berpikir bahwa akan ada orang yang bisa menendang seseorang sejauh lima atau enam meter dengan satu tendangan.

“Cepat maju lagi!” Garam yang di belakang semakin marah dan berteriak lagi.

Baru kemudian para gangster sadar, bergegas ke arah Farel.

Setelah mendapatkan energi Sarah dan melahap siluman harimau, kekuatan Farel sangat berbeda dari sebelumnya.

Kalau tadi dia menendang dengan kekuatan penuh, dia pasti sudah membunuh lawannya.

Melihat banyak gangster ke arahnya, dia berbalik dan meninju salah satu gangster yang terpental ke dinding gang.

Lalu Farel menendang lagi dan seorang gangster terpental ke arah pintu masuk gang, seperti gangster yang sebelumnya.

Saat gangster lainnya ingin menyerangnya, dia berjongkok dan menyapu kakinya ke arah lawan.

Gangster yang tersisa jatuh bersamaan.

Di samping, Garam terus melihat perkelahian ini dan semua bawahannya terbaring di tanah dalam waktu kurang dari tiga menit.

Karena efek mabuknya sudah mulai hilang, akhirnya dia sadar lawannya bukan orang biasa, bahkan sepertinya bukan orang yang bisa mereka lawan.

Sementara Farel sedang memukuli para gangster, Garam perlahan ingin berbalik dan berniat kabur dari gang.

“Jangan bergerak!”

Ketika baru melangkah, terdengar suara dingin Farel dari belakang.

Garam gemetar, berhenti bergerak dan menoleh ke belakang.

Sebagian besar bawahannya telah pingsan dan hanya sedikit yang masih sadar.

Dan Farel sedang memukuli gangster yang masih sadar.

Menyadari kalau sekarang adalah waktu yang tepat, Garam menarik napas dalam-dalam, menghentakkan kakinya dan langsung berlari dengan sangat cepat.

Hanya dalam beberapa detik, jaraknya ke pintu masuk gang semakin dekat.

Lima meter, empat meter, tiga meter, dua meter…

“Aku itu juara lomba lari sprint!”

Melihat dirinya akan keluar dari gang, Garam berlari sambil berteriak penuh semangat.

Tepat saat dia berteriak, tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu di bahunya.

Tapi sebelum dia sadar, dia merasakan tubuhnya perlahan naik dan kakinya melayang di udara.

“Oh juara lari sprint?”

Saat ini terdengar suara dingin Farel di telinganya.

Mendengar suarnaya, membuat Garam gemetar ketakutan.

Dia menoleh dengan kaku dan melihat Farel yang tadi sedang memukuli bawahannya, sudah berdiri di sampingnya.

“Sepertinya hari ini aku yang jadi juara.” Farel menyeringai ketika merasakan tatapan Garam.

Di bawah sinar bulan yang cerah, Garam semakin ketakutan ketika melihat senyuman Farel.

Dia benar-benar tidak mengerti kenapa pihak lain bisa begitu cepat dan bergegas ke sisinya dalam sekejap mata.

Ketika sedang berpikir, Garam merasakan tubuhnya terangkat lagi.

Farel sedikit mengayunkan tangan kanannya ke belakang dan melemparkan Garam di tangannya.

Dalam sekejap Garam langsung terbang ke dalam gang.

Pada akhirnya Garam jatuh dan jaraknya dari Farel sejauh tujuh meter.

Setelah memberi pelajaran pada Garam yang ingin melarikan diri, Farel menoleh dan melirik ke luar gang.

Jalan di luar kosong, tidak ada orang dan tidak ada mobil yang lewat.

Dia menghela nafas lega dan berjalan ke dalam gang.

Download APP, continue reading

Chapters

60