Bab 1 Pesan Gigolo

by Sasikirana 08:00,Jan 01,1970
Bab 1 Pesan Gigolo

Natalia yang akrab dipanggil Lia meniarap di atas ranjang hotel bintang 5, ekspresi wajahnya bukan menikmati, melainkan ragu-ragu.

Jadi mau tidak, menelepon...... memesan seorang gigolo?

Setelah kebimbangan selama 10 menit, Lia tak tertahan menekan nomor yang dihafalkan dalam hatinya.

"Halo......"

Namun, setelah teleponnya disambung, Lia tidak tahu harus mengucapkan apa.

Perempuan di sisi teleponnya berkata dengan lembut dan langsung: "Halo, sini adalah Klub Velvet, senang melayani Anda, apakah ada yang bisa saya bantu?"

"Saya......mau seorang......mau......"

Dengan suara gemetar, kata "gigolo" balakangnya bagaimanapun tidak bisa dilafalkan oleh Lia.

"Apa anda mau gigolo atau psk wanita?"

Perempuan di sisi teleponnya sudah terbiasa dan menyambung pembicaraannya.

"Gi......gigolo......" tangan Lia yang memegang telepon itu terus-menerus gemetar.

"Baik, nampang tanya, Anda sedang di mana? Alamat yang mendetail Anda kami perlukan."

"Hotel Aryaduta......kamar 518......"

Lia memaksakan dirinya menjawab.

"Baik, pekerja kami akan sampai dalam 10 menit. Terima kasih atas pemesanananda, semoga mendapat pengalaman menyenangkan. Sampai jumpa!"

Hingga suara pemutusan telepon berbunyi, Lia tetap melongo saja memegang telepon, saat kini pikirannya kosong.

Lia, gerangan kamu lagi ngapain? Di luar dugaan kamu pesan gigolo pada malam ini? Kapan kamu jadi begitu gila-gilaan.

Akan tetapi, teringat wajah Bryan dan Livia, membuat dia memutuskan untuk tidak membatalkan pesanannya.

Dahulu, kedua orang ini adalah anggota keluarga yang paling dia cintai dalam hidupnya. Yang satu adalah tunangan lelakinya yang berpacaran selama 5 tahun, yang satu lain adalah adik perempuan yang disayanginya sejak masa kecil.

Tapi pada kemarin saja, dia memergoki adegan kegilaan mereka yang melakukan adegan ituhingga bugil, dan ia baru saja tahu, di luar dugaan dia dikhianati oleh mereka berdua begitu kejam.

Sedangkan alasan Bryan selingkuh adalah dia tidak menyerahkan badannya kepada dia.

Mungkin orang lain tidak percaya kalau diceritakan, dia telah jatuh cinta dengan Bryan selama 5 tahun dan masih memertahankan keperawanannya. Pada hari biasa, walaupun kecintaannya sudah mendalam, Bryan pun hanya dibolehkan mencium dan merabanya. Dia tidak membolehkannya menerobos garis pertahanan terakhir.

Karena dia orang yang berpikiran tradisional, dia cuma ingin meninggalkan kali pertama yang indah bagi hari pernikahan, menyerahkan dirinya seluruh kepadamya pada hari yang paling bahagia terhadap perempuan.

Tetapi tidak dapat diduga, ini merupakan sumbu dia selingkuh, dan mencari-cari dalih.

Namun ini sudah sangat menyingung hati Lia.

Dia sangat benci dan menaruh dendam, kenapa dia perempuan yang setia dan suci, tapi mendapat akibat segini?

Berdasarkan apa hanya pria itu boleh hidup dengan gembira?

Tapi dia harus menjagakan keperawanan untuknya?

Laki-laki boleh berfoya-foya, perempuan boleh juga!

Maka, Lia mengambil keputusan yang paling berani dalam seluruh hidupnya, yaitu pesan gigolo pada malam itu.

Melihat jam dinding, 10 menit yang ditunggu sudah lewat, namun gigolo yang dipesannya sudah lama belum memunculkan dirinya.

"Kenapa belum datang......"

Saat ini, pipihnya memanas, seluruh badannya amat panas. Karena untuk tidak biar dirinya mundur, tadinya dia sudah minum obat aafrodisiak.

Kali ini, dia sungguh-sungguhtidak peduli apa pun.

Lia tidak tahu saat dia menunggu dengan gelisah dan resah, sebuah kecelakaan lalu lintas terjadi di sekitar Hotel Bintang 5 Aryaduta. Seorang pria muda yang putih halus dan tampan melanggar lampu merah dan ditabrak, sudah pingsan di tempat itu, segera diantarkan ke rumah sakit.

Siapa juga tidak tahu dia ialah gigolo yang dipesan oleh Lia malam ini.

Kembali ke tempat kecelakaan lalu lintas itu, sopir kecelakaan terlihat dirinya menebrakkan pria, tidak berencana kabur, tapi menyuruh laki-laki yang duduk di kursi depan cepat pergi.

Laki-laki di kursi depan dengan sebuah topi baseball. Topinya ditekan sangat rendah, menutupi dua pertiga wajahnya. Hanya kelihatan dagunya yang halus, meninggalkannya dengan lamunan yang tak ada habisnya.

Pria tahu status dirinya istimewa, di sini adalah pusat kota, wartawan akan segera datang mencium bau darah, bahkan jika orang ini bukan ditabraknya, tapi bagaimanapun dia duduk di mobil ini, jika difoto oleh wartawan, pasti isi berita tentang dia yang akan ditulis mereka, dan besok dia akan muncul di Headline setiap koran utama.

Hasil segini bukan hasil yang ingin dia lihat.

Jadi, dia tidak mengatakan apapun, merendahkan topi baseball, lalu turun dari mobil, bersiap meninggalkan tempat itu.

Di luar dugaan, sudah ada reporter datang untuk melacak laporan, dan terlihatnya sekilas!

Tidak mempunyai pilihan lain, dia bersembunyi di Hotel 5 Bintang Aryaduta yang berada di sampingnya.

Tapi sudah melepaskan dirinya dari pengejaran para wartawan. Mereka tidak melaporkan kecelakaan mobil, melainkan berbondong-bondong mendesaknya!

"Sialan!"

Steven mengutukdengan suara rendah, apa boleh buatnya menunduk saja dan bergegas masuk ke lift, kemudian secara acak menekan lantai 8.

Seiring dengan penutupan pintu lift, cuma kurang selangkah, wartawan gosip dihalang di luar lift.

Meraka tidak patah semangat, segera masuk ke lift di sebelahnya, mengikut menekan lantai 8.

Steven tahu bahwa mereka akan melakukan ini, maka, dia menekan lantai 5, 6, 7 juga setelah lift dijalankan dan keluar lift di lantai 5.

Memainkan muslihat kecil-kecilan.

Meskipun ia telah terlepas dari kecurigaan "mengemudi dan membunuh orang", "berkencan secara diam-diam" juga bukan tuduhan kecil, dan akan menodai masa depannya.

Dia gak apa-apa, tapi ayahnya dan kakek tuanya peduli, seluruh keluarganya memedulikan itu.

Andai kata untuk mereka, ia pula pasti harus berhasil melepaskan dirinya.

Sayangnya terlalu banyak wartawan, kelompok wartawan yang datang berikut melihat muslihat Steven, segera membagi-bagi pekerjaan dan saling bekerja sama. Lantai 5 hingga 8 diatur dengan wartawan untuk menjadikan pengepungan supaya menangkap Steven.

Gak ada jalan keluar bagi Steven. Mau tak mau dia mencoba buka pintu kamar tamu hotelnya, berharap bisa sembunyi di dalam dulu.

Tapi, kalau kamar ditinggali tamu, biasanya kamar itu dikuncinya. Kalau tidak ditinggali tamu, kamar itu dikunci oleh pengelola juga. Maka, Steven mencoba memutar puluhan kunci pintu terus-menurus, satu pun tidak bisa dibuka.

Pada saat Steven hampir ditangkap, akhirnya ada satu kunci pintu diputar bisa terbuka.

Tanpa ragu-ragu apa pun, Steven sekilas putar badan dan masuk, setelah itu segera di kunci pintunya.

Lia yang otaknya pusing kepanasan segera terbangun dengan terkejut dikenakan suara kunci pintu. Tiba-tiba dia bangkit dan terlihat kamarnya kemasukan sekilas satu laki-laki dengan pakaian kasual warna krem. Laki-laki itu sedang mengamat-amati keadaan luar melalui lubang pintu.

"Kamu......sudah datang......"

Lia kaget, tanpa sadar menarik sutra dan menahan dadanya. Sementara memandang Steven dengan wajahnya yang merah. Seharusnya orang inilah gigolo yang ditunggunya, tinggi badannya setidak-tidaknya 1.85 meter ke atas.

Kualitasnya, cukup bagus.....

"Sst!"

Steven berbalik sambil membuat isyarat tangan diam, kemudian sekalian melepas topi yang menetupi 2/3 wajahnya.

"Ah!"

Lia segera menutup mulutnya yang hampir berteriak. Am, ampun, kok ada gigolo yang begitu tampan di dunia.

Tampak roman mukanya anggun dan tampan, alisnya hitam seperti dilukis, matanya berkilap seperti bintang. Beberapa poni terkulai di depan dahinya. Dia memakai setelan pakaian kasual, kelihatannya sangat segar, cerah, buat orang lain dapat perasaan nyaman yang tidak bisa dikatakan.

Dalam hati Lia, membandingkan dia dengan Bryan.

Meskipun Bryan ganteng juga, ia termasuk gaya dingin. Sedangkan laki-laki yang di depanya itu tipe ramah, mereka masing-masing mempunyai segi-seginya yang patut dihargai. Tak sangsi lagi dia lebih suka laki-laki ini di depannya.

"Saya......"

Awalnya Steven mau menjelaskan kedatangannya, yaitu ia cuma mau minta sembunyi di sana sebentar. Saat dia melihat gadis yang di ranjang, hanya sekilas pandang, semua kata-kata yang belum diucapkan hilang di tenggerokan.

Sebenarnya Lia bukan gadis yang paling cantik ia ketemu, tapi gadis ia gadis yang begitu ada daya tarik. Kulitnya putih sekali pula kemerah-merahan, lembut hingga kayaknya berair.

Dia bermuka oval. Matanya sangat cantik, adalah mata phoenix lipatan ganda yang jarang ditemukan. Hidungnya kecil. Bibirnya padat, elok dan menarik, mulutnya buka sedikit, samar-samar kelihatan sederet gigi yang cantik dan putih.

Sekilas pandang, mungkin kamu tidak akan merasa dia menakjubkan. Namun dia tidak hanya tahan dilihat lama-lama, tetapi juga dilihat semakin lama, kamu akan merasa dia semakin cantik.

Terutama sekarang Lia hanya memakai sebuah gaun tidur sling. Tulang cantik dan lengan bugilnya diliputi kilau pink dalam cahaya lampu lembut halus. Serta paha ramping berimpit erat-erat. Begitu lurus, begitu seimbang. Sungguh pemandang yang bergelora.

Steven tiba-tiba merasa tenggorokannya kering, dia yang selalu kuat, namin tiba-tiba merasa badannya panas setengah mati.

Perempuan yangdi depan matanya, benar-benar memikat hati orang, sungguh membuat ia tak bisa manahan mau......

Download APP, continue reading

Chapters

475