Bab 2 Jantung Hati Yoel

by Lauren 08:00,Jan 01,1970
Bab 2 Jantung Hati Yoel

Meri meneriakkan nama itu, hati seperti tertusuk pisau, nama ini bagi dia seperti tumor dalam hatinya, tetapi itu adalah jantung hatinya Yoel.

Tahun itu Meri memaksa Yoel untuk menikahi dia, tanpa ragu semua cara dilakukan untuk mengusir Siska, bahkan membuat ibunya Siska meninggal, Siska pun sangat kecewa tidak bersama dengan Yoel lagi, dengan begitu Meri baru mempunyai kesempatan, menggunakan aset keluarga ia mengambil seluruh kehidupan Yoel.

Yoel membencinya selama bertahun-tahun, dan ia paling tidak suka jika ada yang mengungkit Siska, dan hari ini dia melanggarnya.

Yoel mengepalkan tangannya dan menoleh ke belakang dengan pandangan yang begitu dingin melihat Meri, "Kamu ada hak apa untuk memanggil nama itu? Saya membiarkan kamu menjadi istri yang baik, mari dimulai dengan mulut yang tertutup!"

Dia sebelumnya tidak pernah mengungkit nama itu di depan Yoel, karena dia tidak ingin Siska menghancurkan perasaan diantara mereka, "Oh, kedepannya saya tidak akan mengungkit itu lagi, besok pagi kamu ingin makan apa, saya akan membuatkannya untukmu, dan juga baju kamu saya akan bantu mencucinya, jika kamu pergi ke kantor, ingat untuk membawa tas yang sudah saya siapkan, saya..... "

"Sudah cukup belum?" Mata Yoel penuh dengan ketidaksabaran, "Meri, bertahun-tahun sudah lewat, kamu dan sebelumnya pun tidak ada yang berbeda."

"Itu menyebalkan!"

Dari lemari diambil selimut dan bantal, Yoel bersiap untuk pergi tidur ke ruang tamu.

Meri dengan kuatir meremas-remas tangannya, pandangan mata tertuju pada Yoel dengan harapan akan membaik.

"Yoel, 10 bulan lagi temani saya, 10 bulan setelah itu kamu boleh menceraikan saya, aku mohon, jangan membenci saya."

Dari mulut Meri keluar kalimat seperti ini, Yoel merasa agak terkejut, saat itu Meri ingin menikah dengannya dan tanpa ragu telah melakukan berbagai cara, dan katanya juga akan seumur hidup akan disisi Yoel, walaupun Yoel tidak mencintai bahkan membenci dia, dia bisa berada disisi Yoel, itu sudah cukup, namun sekarang dia mengatakan setelah 10 bulan Yoel bisa menceraikan dia, hal ini sepenuhnya sama sekali tidak mirip dengan apa yang keluar dari mulutnya.

Yoel mengejek, "Trik apa yang kamu mainkan?"

"Aku lelah dan ingin bebas."

Meri dari awal sampai akhir hanya menudukkan kepala, tanpa disadari air matanya pun mulai menetes ke tangannya.

Yoel pada dasarnya setiap hari pulang ke rumah, tetapi sangat malam, dan tidak ada percakapan dengan Meri, selain saat di tempat tidur, dia juga tidak pernah makan bersamanya.

Meri tiba-tiba berkata setelah 10 bulan bisa bercarai, Yoel pun berpikir berulang-ulang tapi tetap tidak mengerti, apakah Meri dengan begitu mudah menyerah?

Saat awal waktu dia menikahi Meri, dia sudah berjanji dengan papanya akan merawat Meri.

Dan lagi Meri adalah orang yang tidak bisa menjaga dirinya sendiri, tidak ada Yoel itu sama saja dengan tidak ada lagi dunia bagi dia. Setelah bercerai dengan Yoel, bagaimana cara dia untuk hidup?

Agar dapat melahirkan anak bagi Yoel, Meri pun merusak kondom, menggunakan segala macam cara untuk menahan Yoel, setiap kali Yoel memasukkan alatnya dari belakang, dia sangat kooperatif, dia sangat antusias menanggapi Yoel, seperti menggunakan seluruh hidupnya menemani Yoel melewati waktu yang terakhir.

Malam ini, Yoel mabuk, mencium Meri, Meri sangat bahagia, tetapi kembali kecewa ketika nama yang diucapkan keluar dari mulut Yoel adalah "Siska."

Kata dia, "Siska, saya akan menikahi kamu sesudah bercerai dari Meri."

Meri matanya mulai kabur, dengan tatapan kosong menatap ke langit-langit, apakah ia sangat tidak sabar menunggu untuk menikahi Siska?

Sayangnya, dia tidak bisa melihat.

Keesokan harinya, Meri bersama sahabatnya Jane dengan gembira pergi berbelanja di Mal. Jane sedang hamil empat bulan, Meri takut pada saat hari kelahiran, ia sudah berada di rumah sakit dan tidak bisa menemani Jane melahirkan. Jadi dia awalan menyiapkan pakaian bayi, bahkan lebih khawatir dibanding Jane yang akan menjadi ibu.

Jane melihat tingkah lakunya yang tidak biasa, bertanya, "Meri, apa yang kamu lakukan, tunggu anak lahir baru pilih baju juga masih belum terlambat."

"Aku takut tidak ada kesempatan."

"Kenapa kamu tidak punya kesempatan, kamu kan adalah ibu baptis anak ini."

Meri hanya tersenyum dan tidak bersuara, tetapi dia tetap berharap bisa mengandung dan menjadi ibu yang bahagia seperti Jane.

"Meri, cepat lihat, saya melihat Yoel." Jane menarik lengan Meri dan berteriak dengan antusias.

Meri berbalik badan, raut muka kaku pada wajahnya, sambil meremas tangannya, hatinya pun seperti hancur berkeping-keping, dalam jarak tidak jauh dari tempat memilih baju ia melihat Yoel bersama Siska.

Download APP, continue reading

Chapters

39