Bab 9 Yoel Kita Bercerai Saja

by Lauren 08:00,Jan 01,1970
Bab 9 Yoel Kita Bercerai Saja

Duduk dihadapan Yoel, seorang pria berbaju putih, tidak lain adalah suami Jane, juga sahabat Yoel.

"Baru saja Meri datang ke rumah sakit, dia hamil." Wajah Yoel tidak begitu senang.

"Saya sudah mendengar dari Jane, dia bilang kamu adalah pria yang tidak baik."

Yoel tidak peduli, menyangkut masalah Meri dia memang adalah pria yang tidak baik.

"Tapi, Meri benar-benar sangat mencintai kamu, sudah beberapa tahun berlalu, kamu juga harus bersyukur, dia adalah istri yang baik." kata Lukas.

Yoel menggelengkan kepala, hubungannya dengan Meri kurang ada komunikasi yang banyak.

"Jika saya bersama dengan Meri, saya merasa bersalah pada Siska, dulu saya sudah sekali melakukan kesalahan terhadap dia, kali ini saya tidak ingin terulang lagi.

"Lalu bagaimana dengan Meri?Dia mencintai kamu begitu lama, apakah kamu tidak kasihan dengan dia?"

Yoel menggigit bibirnya, hatinya begitu galau, ia memberikan Meri pernikahan selama lima tahun, membuat Meri merasakan hasil dari mencintai Yoel, sekarang ia pasti sangat menyesal.

Mencintai Yoel adalah kesalahan terbesar seumur hidup yang pernah dilakukan Meri.

"Saya tidak tahu."

Yoel bingung, tidak disangka saat ini dia bahkan sedikit tidak tega.

Meri mengambil keluar syal yang sudah dirajutnya untuk dilihat, hitam sangat cocok dengan Yoel, karena Yoel selalu memberikan perasaan dingin, ia cinta mati kepada Yoel.

Tidak tahu juga kapan baru akan diberikan kepada Yoel.

Yoel ketika pulang rumah, Meri lagi duduk di ruang tamu, dia benar-benar ada sedikit rasa kecewa, Yoel yang tidak punya perasaan dan sangat membenci dia, membuat Meri merasa takut, tidak seperti dulu memiliki harapan.

Tiba-tiba melihat Meri duduk di ruang tamu, hati Yoel merasa ada perasaan penolakkan, karena Meri tidak bersemangat seperti dulu dan ia begitu tenang.

Meri mengangkat kepala, kedua matanya merah bengkak, tampak menangis berkali-kali,"Yoel saya melepaskan kamu, kita cerai saja."

Mendengar ini hati Yoel tampaknya seperti jatuh ke dalam jurang yang tanpa dasar. Awalnya perceraian merupakan hal yang baik, namun ketika melihat air mata Meri, ia merasa tidak bahagia.

Yoel dengan tenang duduk dihadapan Meri, menatap Meri sambil bertanya, "Bercerai? Apakah kamu sudah memikirkannya dengan matang?"

Cinta yang tidak akan didapatkan, Meri berusaha selama lima tahun, awalnya ia bisa bertahan lebih lama dari itu, tapi ia merasa hal ini akan berdampak bagi anaknya, Yoel yang tidak ada hati ingin menggugurkan anaknya sendiri, membuat ia angkat tangan, ia tidak ingin ada masalah dengan anaknya, jika bercerai maka Yoel dan Siska akan bersama, dan tidak ada yang akan menyakiti anaknya.

"Iya, saya sudah berpikir dengan matang, cerai saja, saya memberkati kamu bersama dengan Siska."

Meri dengan begitu susahnya membuka mulut, melihat Yoel yang berwajah tampan itu masih ada sehelai perasaan.

"Baiklah." Yoel berkata dengan tenang, lalu meninggalkan meja.

Malam itu, mereka tidur pisah kamar, Meri tidak bisa tidur, apalagi Yoel ia tambah tidak berani tidur, memikirkan hal yang dikatakan Meri, bahwa ingin bercerai, dia begitu tenang, Yoel pun jadi galau hatinya, ia berpikir Meri begitu mencintai dia sampai mati, kenapa sekarang begitu gampang untuk melepaskan.

Keesokkan harinnya, Meri pagi-pagi sudah bangun, bisa dibilang juga semalaman tidak tidur, mukanya pun begitu lesu, Meri bersiap-siap kemudian keluar rumah, tepatnya saat itu Yoel juga ikut keluar.

Mereka berdua saling berpandangan, Yoel menatap dia, tapi Meri membuang muka.

Turun tangga, awalnya Yoel berpikir ia akan mengikuti dia pergi, ternyata ada sebuah mobil berhenti didepan pintu, dari dalam keluar Tony, muka Yoel pun berubah cemberut, dan mengoceh dalam hati.

"Tony antar saya." Meri berkata dengan nada dingin.

Tony melihat Yoel, sambil tersenyum, "Yoel, lama tidak bertemu, masih saja kamu seperti dulu."

Yoel dengan kesal menghela napas, lalu menarik tangan Meri saat ia mau masuk kemobil, "Istriku, pasti aku yang antar!"

Download APP, continue reading

Chapters

39