Bab 3 Penyakit Meri Kambuh

by Lauren 08:00,Jan 01,1970
Bab 3 Penyakit Meri Kambuh

Siska sangat cantik, tinggi dan sangat cocok untuk Yoel. Sedangkan Meri setelah menjadi ibu rumah tangga, hanya mengenakan kaos dan celana panjang, dan dia tidak memakai riasan wajah.

Meri tidak sebanding dengan Siska, karena dia hanya memberikan yang terbaik ke Yoel, terhadap orang lain ia tidak peduli.

"Yoel, dasi ini sangat bagus, sangat cocok untukmu." Siska mengambil dasi lalu membandingkan mana yang bagus.

Yoel sambil tersenyum manja, "Kamu pilih apa saja pasti semuanya bagus."

Siska tersenyum, "Kalau gitu kamu cepat ganti."

Yoel dengan sangat patuh lalu melepaskan dasinya, menyerahkan dasi lama ke Siska, dan mengikat dasi baru ke kerah baju.

Siska dengan mulut yang manyun, "Dasi ini sudah terlalu tua, buang saja, pakai yang baru."

"Ya."

Meri tepat berada di hadapan mereka berdua, dengan menggunakan beberapa potong pakaian untuk menutupi dirinya, sambil melihat Siska melempar kedalam tong sampah dasi yang dari subuh-subuh ia siapkan untuk Yoel.

"Rubah licik ini, aku akan membantumu memukul dia." kata Jane sambil mengoceh.

Meri dengan cepat menarik Jane, sambil menggelengkan kepala, "Jangan, biarkan saja mereka."

"Apakah kamu tidak peduli, Yoel adalah suamimu."

Meri dengan sedih hanya bisa menggigit bibirnya, "Kedepannya tidak lagi."

"Kau masih belum mau memberitahunya? Lima tahun yang lalu, jelas-jelas kamu yang menyelamatkannya, tetapi kenapa malah jadi Siska. Masalah ini kamu sembunyikan begitu lama, apakah kamu ingin menyembunyikan seumur hidup?" Jane dengan penuh harapan ingin membantunya.

Meri mengangkat kepala, dia sudah memberi tahu Yoel, tapi Yoel yang tidak mempercayainya, dia kehilangan sebagian dari ingatannya, Meri tidak ingin menyalahkannya, tetapi dia tidak ingin jika kedepannya tidak ada lagi yang menemani Yoel.

Lalu Jane dengan tidak bahagia harus berpisah dengan Meri, Meri membeli setelan jas yang sudah dipilihnya kemudian mengantarkan ke kantor Yoel, dia ingin menyiapkan setelan jas yang bagus untuk Yoel, agar kedepannya saat di tempat kerja maupun di rumah tidak perlu khawatir lagi dengan hal-hal seperti ini.

Dari balik pintu terdengar suara Siska, "Yoel, jangan bermain lagi, cukup..."

Suara itu membuat Meri langsung kaku di tempatnya, kali ini bukan sakit hati lagi, tetapi kram pada perutnya, dan jantungnya begitu sakit hingga ke seluruh tubuhnya.

Meri mendorong pintu, melihat Yoel bersama Siska sedang berbaring di sofa, bagian belakang Siska pun hampir telanjang, melihat Meri yang tiba-tiba masuk, dengan begitu panik Siska pun langsung masuk ke rangkulan Yoel.

Yoel mengerutkan kening dan berteriak, "Keluar!" Meri berusaha untuk tetap kuat dan tenang, sambil tersenyum, "Nona Siska begitu terburu-buru sampai bercumbu di dalam kantor."

Siska dengan merasa bersalah melihat Yoel, wajah Yoel tiba-tiba menjadi gelap, dengan suara yang dingin, "Meri, saya dengan Siska mau melakukan apapun itu tidak ada hubungan dengan kamu, keluar!"

Meri menggenggam tangannya, jantungnya terasa sesak, dan merasakan ada sesuatu yang panas yang keluar dari tenggorokannya, dia menaruh setelan jas yang dibawanya diatas meja kantor, dengan memaksa untuk tersenyum, "Yoel, ini adalah setelan jas kamu, kedepannya ingat untuk di bawa, takutnya kamu kerja terlalu sibuk dan kelupaan, ke depannya ingat saat menghadiri sebuah acara biarkan asisten yang menyiapkan keperluanmu, bahkan jika saya sudah tidak ada, kamu harus bisa mengurus diri sendiri."

"Apakah kamu gila." Yoel dengan tidak senang berdiri dibelakang Meri. Meri membalikkan kepalanya, dengan tatapan yang terpusat pada Yoel seakan tidak ingin berpaling, "tidak ada, saya hanya takut kamu tidak bisa mengurus diri sendiri."

"Meri, kamu tidak perlu khawatir, saya akan menjaga Yoel dengan baik." kata Siska sambil merangkul bahunya Yoel, "Saya sudah menyiapkan bubur seafood buat Yoel, kamu juga makanlah sedikit."

Kemudian, Siska mengambil semangkok untuk Meri makan, bau ikan yang begitu kental, membuat perut Meri sakit, seperti darah yang berbau karat masuk dalam tenggorokan, Meri tidak tahan lagi, mangkuk pun jatuh ke lantai, dia pun segera bergegas lari ke kamar mandi untuk muntah.

Darah pun menetes menodai ubin putih, dan tampak sangat memalukan, mukanya pun sangat pucat, melihat ke cermin, tampak Yoel masuk, dia pun dengan cepat membersihkan darah yang bercecer.

Download APP, continue reading

Chapters

39