Bab 12 Meri Kamu Seharusnya Mati

by Lauren 08:00,Jan 01,1970
Bab 12 Meri Kamu Seharusnya Mati

Hal yang paling disesali Meri dalam hidupnya ialah karena begitu mencintai Yoel.

Yoel kemudian mengangkat Siska dan memeluknya.

Yoel memelukSiska, sambil memandang dengan dingin kearah dua orang yang mendorong dia.

Dua pria itu pun panik, "bukan kami, perempuan inilah yang telah membayar kami melakukan ini."

Sambil menunjuk kearah Meri yang ada di lantai, saat itu Meri sudah tidak bisa berbicara, saat mendengar orang yang dicintai Yoel adalah Siska, hatinya begitu hancur, kali ini benar-benar adalah kesempatan yang bisa membuat ia melupakan Yoel dan semua sakit hati yang ada.

Yoel menatap dengan penuh kebencian, "Meri, kamu begitu jahat, jika sampai terjadi apa-apa dengan Siska, saya akan membuat kamu menerima akibatnya!"

Yoel membawa Siska pergi, tertinggal Meri sendirian dalam tiupan angin.

Dia sama sekali tidak tahu, Meri sedang kesakitan, bahkan keluar darah dari antara kakinya.

Meri berusaha bertahan, melihat Yoel menggengdong Siska pergi, ia berusaha mengingat hal ini baik-baik, ia tidak ingin melewati peristiwa ini lagi.

Ketika sadar, Meri sudah terbaring di dalam kamar, bau obat alkohol yang begitu kuat membuat dia ingin muntah, Meri menggerakkan badannya, mengingat bayi dalam kandungannya, ia langsung duduk, kemudian membuka selimut.

"Meri kamu sudah sadar." Jane dengan mata yang merah habis menangis.

Meri memegang bahu Jane, dengan sangat deg-degan, "anakku bagaimana, masih ada tidak?"

"Anakmu masih ada, hampir saja tidak bisa terselamatkan, kata dokter kamu harus tetap diam di tempat tidur dan tidak boleh bergerak, kalau tidak kamu akan dengan mudah keguguran." Jane berkata dengan penuh prihatin.

Meri pun agak lega, hanya anaknya tidak apa-apa, semua hal baik-baik saja, Meri lalu mengelus perutnya, dengan penuh harapan untuk melahirkan anak itu. Meri mengangkat kepala ke arah Jane, ia masih menangis, lalu Meri bertanya, "kamu menangis kenapa, bukan saya tidak apa-apa."

"Kamu menipu saya, masih menipu saya."Jane pun agak sedikit meluapkan.

Meri menundukkan kepala, dia tidak berani menghadapi orang yang menyayangi dia bertanya, ia tidak bisa menjawab,"pulanglah kamu, saya ingin istirahat."

Jane merasa sangat berat hati, selain Yoel seorang, dalam hati Meri tidak ada orang lain lagi, "Meri, kamu ingin mengusir saya?Kalau saya tidak di sini, kamu berpikir ada siapa yang bisa menjaga kamu, Yoel?Dia dari awal sudah bersama dengan rubah licik itu."

Meri dengan diam-diam pun meneteskan air matanya, dia mengerti, dan tahu semuanya, tapi ia takut melihat Jane menangis, menghadapi masalah seperti ini, Meri hanya ingin meninggal dengan tenang.

"Saya tahu kamu begini demi kebaikan saya, tapi kali ini, jika kamu begini demi kebaikan saya, mendingan kamu pergi, saya bisa mengurus diri sendiri." Meri berkata dengan tenang.

"Meri!" Jane begitu kecewa, mereka bersahabat bertahun-tahun tapi persahabatan mereka tidak lebih dari seorang Yoel, "Kamu membuat saya begitu kecewa, walaupun tidak ada Yoel, kamu masih ada saya, tapi dalam hatimu hanya ada Yoel, selain itu tidak ada orang lain lagi."

Meri mengusir semua orang, hingga akhinya tinggal ia sendiri, dia sangat takut, saat perutnya begitu sakit, ia menahan agar tidak diketahui orang lain. Meri muntah darah, perutnya amat sakit.

Terdengar suara pintu terbuka.

Meri membersihkan mulutnya dengan tisu, dan menaruh tempat sampah di bawah kasur, ketika mengangkat kepala ia melihat Yoel berdiri di depan pintu dengan tatapan dingin.

"Yoel." Teriak Meri.

Yoel mengejek dia, "berpura-pura lemah, ingin menarik simpati? kamu pikir mengandung anak itu dan tinggal di rumah sakit bisa membohongi saya Meri, jika bukan karena kali itu, saya tidak akan tahu seberapa liciknya kamu, ingin membunuh Siska, kamu masih ada hal apa yang ingin dilakukan lagi!"

Hati Meri seperti tertusuk pisau, menghadapi orang yang paling ia cintainya tidak mempercayainya, rasa pahitnya hanya bisa ditelan dalam perutnya, "saya..."

"Kamu jangan berkata apa-apa lagi, bukankah ingin bercerai?Sekarang juga tanda tangan, cari waktu pergi ke biro sipil!" Yoel tidak ingin mendengarkan penjelasannya, ia mengambil surat perceraian diletakkan didepan Meri.

"Saya tidak mendorong Siska, semua ini hanya rancangan dia saja." Meri masih ingin menjelaskan, percaya atau tidak itu terserah dia.

Yoel dengan kemarahan menatap Meri, dia melihat dengan mata kepala sendiri Siska didorong oleh kedua pria itu dan mereka pun telah mengakui itu perbuatan Meri, terus masih ingin berdebat apa lagi.

"Waktu lalu kamu melihat Siska hampir mati tapi tidak menolongnya, dan kali ini kamu ingin membunuhnya, apakah saya masih bisa percaya dengan kamu?Kamu berpura-pura untuk menarik simpati sudah terlalu lama, masih tidak capek?Untungnya Siska tidak apa-apa, Meri, kamu seharusnya mati!" kata Yoel dengan penuh kebencian.



Download APP, continue reading

Chapters

39