Bab 10 Jangan Kasih Tahu Dia Saya Mengindap Penyakit Serius
by Lauren
08:00,Jan 01,1970
Bab 10 Jangan Kasih Tahu Dia Saya Mengindap Penyakit Serius
Yoel menarik Meri keluar, Meri belum dalam posisi seimbang, sehingga hampir saja ia jatuh ke lantai, tapi untungnya ada Tony yang menangkap dia, Meri berbalik kepala melihat Yoel dengan tatapan bingung.
"Yoel, jangan lupa, hari ini kalian harus pergi ke kantor sipil. " Tony mengingatkan.
Yoel dengan dingin berkata, "Selama masih belum bercerai, Meri masih adalah istri saya, jadi tidak perlu ada orang luar yang ikut campur!"
Hanya begitu saja, Meri lalu dipaksa masuk mobil Yoel, ia pun merontah, dan melepas tangan Yoel, ia berteriak, "Apa maksudmu seperti ini, lepaskan saya."
Yoel tersenyum dengan dingin, lalu berkata, "Kamu bilang ingin cerai, sebenarnya ingin pergi dengan Tony, karena merasa tidak ada yang mencintai kamu, jadi melampiaskannya ke Tony, hatimu berubah terlalu cepat."
Ejekkan Yoel membuat raut wajah Meri berubah, Meri tidak ingin sendiri, paling tidak Tony lebih baik dari Yoel, "Lalu kamu, itu lebih baik daripada pikiran kamu tidak pernah ada pada saya."
Kali ini, Yoel tidak berkomentar apa-apa lagi, dengan murung ia mengendarai mobil, udara di dalam mobil membuat Meri sulit bernapas, ia pun membuka jendela agar ada angin masuk dengan begini membuat ia tetap terjaga.
Kali ini apa benar-benar mau melepaskan semuanya?
Mata Meri berlinang air mata, tapi ia tidak berani menangis di depan Yoel, dia tidak ingin membuat Yoel melihat ia yang tidak rela melepaskan dirinya, dan tidak ingin orang menganggap dia berpura-pura, karena jelas-jelas dia yang ingin bercerai.
Setengah jalan Meri merasa sakit diperut bagian bawahnya, seperti jarum yang menusuk-nusuk, sakitnya bukan main, mukanya pun berubah pucat.
Yoel merasa ada yang tidak beres, ia membalikkan kepala melihat Meri, tampak Meri berkeringat dingin, lalu ia dengan segera menghentikan mobil, "Kamu kenapa?"
"Bawa saya ke rumah sakit." Meri memegang erat tangan Yoel, "perut saya sakit, saya takut ada masalah dengan anak ini."
"Pak Yoel, kondisi janin ditubuh ibu Meri sedang tidak stabil, sehingga perlu menginap beberapa malam."
Meri pucat berbaring di tempat tidur sambil memegang perutnya, hanya saja anak ini masih ada, maka ia pun masih punya harapan.
Yoel pun tampak kebingungan, dengan dingin katanya, "saya keluar sebentar." Menunggu kamar kosong, Lukas masuk sambil memegang laporan hasil pemeriksaan dengan berkata, "Meri, kamu tahu tidak penyakit perutmu telah sampai stadium akhir."
Meri tidak ingin terlalu membahas hal itu, kanker perut, kematian, itu semua sudah dipikirkan Meri, tapi ia sama sekali tidak menyesal melakukan seperti itu, "Saya tahu, hidup saya tidak sampai sepuluh bulan."
"Yoel tidak tahu ka?" Lukas bertanya.
"Dia tidak tahu." Meri tidak ada niat memberitahukan dia, "mohon kamu jangan kasih tahu dia, selama saya masih hidup, saya harap dia tidak tahu apa-apa, saya hanya ingin dia tahu bahwa setelah sepuluh bulan kita akan bercerai, dengan begitu ia tidak akan merasa berat hati."
Meri mencintai Yoel selama 13 tahun, tapi sama sekali ia tidak pernah merasa lelah, saat tahu sisa hidupnya tinggal 10 bulan lagi, ia masih meneteskan air mata buat Yoel yang tidak mencintai dia, dia pun rela hidup demi Yoel.
"Kenapa kamu harus begitu menderita."Ucap Lukas dengan keluhan yang dalam.
"Jika saja kamu adalah saya, kamu pasti juga melakukan seperti itu, bagi saya kematian adalah hal yang menyakitkan, jadi saya tidak ingin ia harus menanggung kesedihan itu, atau mungkin ia akan merasa lega, namun saya tidak berani bertarung dalam hal ini."
Ini adalah cara Meri mencintai Yoel, walaupun harus mati, cintanya tidak akan berubah.
Ketika tubuh Meri mulai pulih, ia pun dengan hati-hati merawat bayi dalam kandungannya, ia hanya bisa menggunakan seluruh kemampuan terakhirnya untuk melahirkan anak ini.
Yoel mengirim pesan kepada Meri, untuk menyuruhnya ke balkon atas. Meri sudah setengah hari belum bertemu Yoel, ketika mengetahui ia ada di balkon atas, ia pun berusaha ke balkon dengan tubuhnya yang masih agak lesu.
Angin di balkon ada sedikit besar, meniup ke badan Meri hingga ia menggigil, Meri mencari sekeliling, namun tidak menemukan Yoel, lalu tiba-tiba melihat Siska berdiri di depannya.
Yoel menarik Meri keluar, Meri belum dalam posisi seimbang, sehingga hampir saja ia jatuh ke lantai, tapi untungnya ada Tony yang menangkap dia, Meri berbalik kepala melihat Yoel dengan tatapan bingung.
"Yoel, jangan lupa, hari ini kalian harus pergi ke kantor sipil. " Tony mengingatkan.
Yoel dengan dingin berkata, "Selama masih belum bercerai, Meri masih adalah istri saya, jadi tidak perlu ada orang luar yang ikut campur!"
Hanya begitu saja, Meri lalu dipaksa masuk mobil Yoel, ia pun merontah, dan melepas tangan Yoel, ia berteriak, "Apa maksudmu seperti ini, lepaskan saya."
Yoel tersenyum dengan dingin, lalu berkata, "Kamu bilang ingin cerai, sebenarnya ingin pergi dengan Tony, karena merasa tidak ada yang mencintai kamu, jadi melampiaskannya ke Tony, hatimu berubah terlalu cepat."
Ejekkan Yoel membuat raut wajah Meri berubah, Meri tidak ingin sendiri, paling tidak Tony lebih baik dari Yoel, "Lalu kamu, itu lebih baik daripada pikiran kamu tidak pernah ada pada saya."
Kali ini, Yoel tidak berkomentar apa-apa lagi, dengan murung ia mengendarai mobil, udara di dalam mobil membuat Meri sulit bernapas, ia pun membuka jendela agar ada angin masuk dengan begini membuat ia tetap terjaga.
Kali ini apa benar-benar mau melepaskan semuanya?
Mata Meri berlinang air mata, tapi ia tidak berani menangis di depan Yoel, dia tidak ingin membuat Yoel melihat ia yang tidak rela melepaskan dirinya, dan tidak ingin orang menganggap dia berpura-pura, karena jelas-jelas dia yang ingin bercerai.
Setengah jalan Meri merasa sakit diperut bagian bawahnya, seperti jarum yang menusuk-nusuk, sakitnya bukan main, mukanya pun berubah pucat.
Yoel merasa ada yang tidak beres, ia membalikkan kepala melihat Meri, tampak Meri berkeringat dingin, lalu ia dengan segera menghentikan mobil, "Kamu kenapa?"
"Bawa saya ke rumah sakit." Meri memegang erat tangan Yoel, "perut saya sakit, saya takut ada masalah dengan anak ini."
"Pak Yoel, kondisi janin ditubuh ibu Meri sedang tidak stabil, sehingga perlu menginap beberapa malam."
Meri pucat berbaring di tempat tidur sambil memegang perutnya, hanya saja anak ini masih ada, maka ia pun masih punya harapan.
Yoel pun tampak kebingungan, dengan dingin katanya, "saya keluar sebentar." Menunggu kamar kosong, Lukas masuk sambil memegang laporan hasil pemeriksaan dengan berkata, "Meri, kamu tahu tidak penyakit perutmu telah sampai stadium akhir."
Meri tidak ingin terlalu membahas hal itu, kanker perut, kematian, itu semua sudah dipikirkan Meri, tapi ia sama sekali tidak menyesal melakukan seperti itu, "Saya tahu, hidup saya tidak sampai sepuluh bulan."
"Yoel tidak tahu ka?" Lukas bertanya.
"Dia tidak tahu." Meri tidak ada niat memberitahukan dia, "mohon kamu jangan kasih tahu dia, selama saya masih hidup, saya harap dia tidak tahu apa-apa, saya hanya ingin dia tahu bahwa setelah sepuluh bulan kita akan bercerai, dengan begitu ia tidak akan merasa berat hati."
Meri mencintai Yoel selama 13 tahun, tapi sama sekali ia tidak pernah merasa lelah, saat tahu sisa hidupnya tinggal 10 bulan lagi, ia masih meneteskan air mata buat Yoel yang tidak mencintai dia, dia pun rela hidup demi Yoel.
"Kenapa kamu harus begitu menderita."Ucap Lukas dengan keluhan yang dalam.
"Jika saja kamu adalah saya, kamu pasti juga melakukan seperti itu, bagi saya kematian adalah hal yang menyakitkan, jadi saya tidak ingin ia harus menanggung kesedihan itu, atau mungkin ia akan merasa lega, namun saya tidak berani bertarung dalam hal ini."
Ini adalah cara Meri mencintai Yoel, walaupun harus mati, cintanya tidak akan berubah.
Ketika tubuh Meri mulai pulih, ia pun dengan hati-hati merawat bayi dalam kandungannya, ia hanya bisa menggunakan seluruh kemampuan terakhirnya untuk melahirkan anak ini.
Yoel mengirim pesan kepada Meri, untuk menyuruhnya ke balkon atas. Meri sudah setengah hari belum bertemu Yoel, ketika mengetahui ia ada di balkon atas, ia pun berusaha ke balkon dengan tubuhnya yang masih agak lesu.
Angin di balkon ada sedikit besar, meniup ke badan Meri hingga ia menggigil, Meri mencari sekeliling, namun tidak menemukan Yoel, lalu tiba-tiba melihat Siska berdiri di depannya.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved