Bab 4 Merasakan Kelembutannya

by Ester Goh 11:36,Apr 06,2020
“Sepertinya kamu sangat terkejut. Tapi tidak apa-apa, nanti lama-lama kamu pasti akan terbiasa! Sekarang...mari kita lakukan kegiatan paling penting malam ini!”

Setelah mengatakan itu, Stanley Yan menarik tubuh Angie Qin dan menimpanya di atas ranjang, bibirnya yang seksi mencium Angie Qin, membuat kata “Tidak mau” Angie Qin kembali tertelan di kerongkongan, Angie Qin dengan sepenuh tenaga memberontak, tapi semua yang dia keluarkan pada akhirnya hanya sia-sia...

1 jam kemudian, seluruh tubuh Angie Qin meringkuk kesakitan di atas ranjang, rasa sakitnya seperti tersobek-sobek.

Tidak jauh dari sprei yang bertuliskan aksara mandarin yang berarti “kebahagiaan” itu terdapat sebuah bekas berwarna cokelat tua, dan itu merupakan tanda seorang gadis yang telah selesai bertransformasi menjadi seorang wanita.

“Kamu baru pertama kali?” Stanley Yan dengan polos melihat tanda yang begitu jelas itu, dia mengerutkan dahinya, dengan ragu-ragu perlahan menatap ke atas tubuh luar biasa Angie Qin, dan akhirnya berhenti di wajahnya yang tanpa ekspresi.

Angie Qin tersenyum pahit menutup kedua mata, tidak menjawab pertanyaan bodoh Stanley Yan ini.

Iya benar, ini adalah pertama kalinya, selama 3 tahun berpacaran dengan Robin Xiao, dia selalu menjaga keperawanannya.

Walaupun Robin Xiao setiap kali berjanji padanya nantinya akan berlaku baik padanya, menjaganya, mencintainya seumur hidup tapi Angie Qin tetap tidak menyerahkan keperawanannya padanya.

Dia awalnya berencana di malam pertama pernikahan menyerahkan dirinya sepenuhnya pada Robin Xiao, tapi dia tidak menyangka Robin Xiao yang begitu dia cintai tega mengkhianatinya dan melakukan sesuatu yang keterlaluan seperti ini.

Dan sekarang keperawanannya telah di renggut oleh Stanley Yan, orang yang baru dikenalnya 12 jam, yang kini telah menjadi suaminya.

Angie Qin ingin menangis, tapi air matanya tidak bisa keluar.

Dia seharusnya dari awal harus memikirkan dan menerima semua ini, tapi dia tidak tahu semua ini akan datang secepat ini.

“Maaf! Aku tidak seharusnya berlaku kasar padamu! Sakit tidak? Aku ambil obat dulu!”

Stanley Yan turun dari ranjang, mencari obat di kotak obat, lalu dengan hati-hati mengoles obat di bagian sensitif Angie Qin, dia takut kalau dia semakin melukainya.

Kelembutan Stanley Yan di depannya saat ini dengan kekasaranya tadi seperti dua orang yang berbeda, Angie Qin tidak tahu bagaimana bisa sikapnya sebelum dan sesudah berubah begitu besar, dan dia juga tidak berminat untuk memikirkannya.

Obat salep itu dioleskan pada memar kemerahan di bagian tubuhnya, sedikit rasa dingin menembus hingga dasar hatinya, dan dia tanpa disadari merasakan sedikit kehangatan di dalam hatinya.

Setelah mengoleskan obat, Stanley Yan kembali meletakkan obatnya ke dalam kotak, lalu baring di sebelah Angie Qin, dengan hati-hati menariknya masuk ke dalam pelukannya, dan salah satu tangannya menarik selimut menutupi tubuh mereka.

Angie Qin tersadar langsung memberontak, tapi di telinganya terdengar suara bisikan Stanley Yan yang begitu lembut dan bergetar, “Pintar, jangan sembarangan gerak lagi, nanti sakit lagi lukanya!”

“Kamu...”

Mengangkat wajah, Angie Qin melihat tatapan mata Stanley Yan yang lembut dan penuh cinta, mulutnya terbuka, ingin mengatakan sesuatu tapi akhirnya kata-katanya kembali tertelan.

“Pasti capek kan, tidurlah! Besok pagi kamu masih harus memberikan nenek teh penghormatan loh!”

Stanley Yan menunduk mengecup ringan dahi Angie Qin, dagunya berada di bawah kepalanya, lalu tidak lama napasnya mulai terdengar begitu halus...

Satu malam ini, Angie Qin tidak bisa tidur, masih sibuk memikirkan semua hal yang baru saja terjadi padanya, hingga sampai bunyi suara burung di luar jendela yang menandakan subuh hari berkicau, Angie Qin baru akhirnya bisa tertidur.

Saat membuka mata sudah pukul 9 pagi, Stanley Yan yang memeluknya semalaman sudah tidak ada disana.

Kala bukan karena tanda cokelat gelap di sprei, dan rasa sakit tersobek yang dia rasakan, dia pasti mengira kalau yang terjadi kemarin itu hanyalah sebuah mimpi.

Menyingkap selimut berdiri, baru saja mau memakai baju, pintu kamar tiba-tiba di buka, dia tersadar menarik selimut lagi menutupi tubuhnya.

Dengan terkejut melihat ke arah pintu, Stanley Yan dengan tersenyum lembut menutup pintu kamar datang menghampirinya.

“Waktu masih pagi, atau tidak tidur lagi saja!”

“Tidaklah, aku masih harus pergi memberikan nenek teh penghormatan!”

Angie Qin menggelengkan kepala melihat Stanley Yan, mengambil baju yang terletak di atas ranjang masuk ke dalam selimut, Stanley Yan melangkah cepat menghampirinya, lalu dengan pelan memeluknya, “Tidak apa-apa, nenek sana aku sudah memberi tahunya, cepatlah baring!”

Download APP, continue reading

Chapters

348