Bab 3 Paman, Bisa Tidak Anggap Tidak Melihatku Disini?

by Kate 10:29,Sep 02,2020
Nikita Su mengangkat 1 tangannya, memberikan Jeanie Su sebuah tamparan. Jeanie Su melototinya, dan mengembalikan tamparannya. Pipi Nikita Su terasa begitu panas, dengan nada menghina berkata: “Orang yang tidak tahu malu itu tak peduli akan apapun, tapi kalau kamu memang menganggap aku kakakmu, kamu pasti tidak akan mau naik ke ranjangnya.”

Jeanie Su tertawa sinis, menjawabnya: “Kakak? Memang kamu pantas? Dulu waktu Aldo pertama kali menggauliku, itu waktu aku masih sangat belia. Nikita kamu sungguh punya kesabaran ya, tapi sayangnya kamu tidak bisa menjaga suamimu sendiri. Kalau kamu memang tidak bisa membuatnya puas, ya biar aku saja.”

“Cuih, tidak tahu malu.” Kedua mata Nikita Su berwarna merah darah, dia rasanya ingin sekali merobek-robek mukanya. Karena tidak ingin terus merasa jijk, Nikita Su berjalan lurus pergi dari sana.

Melihat kepergiannya, Jeanie Su berkata: “Nikita, walaupun kamu dengan tubuh telanjang baring di ranjang, dia tetap tidak akan menggaulimu, dari pada terus seperti itu, aku sarankan kamu untuk sadar diri dan pergi darinya.”

Tubuh Nikita Su mengaku, dengan menggertakan gigi berkata: “Urusanku tidak usah kamu pusingkan.” Setelah mengatakan itu, Nikita Su dengan langkah besar pergi dari sana.

Di bar, Nikita Su duduk di dalamnya, satu tangannya menopang kepala, kemudian tanpa berhenti meminum satu demi satu gelas bir. Sepertinya hanya dengan begitu, rasa sakit hatinya bisa berkurang dari sebelumnya.

Dengan kepala yang berat, di mata Nikita Su muncul pecahan kenangan-kenangan yang berlalu. Tahun itu, dia mencium keningnya, dengan lembut memberitahunya, dia akan menggunakan seumur hidupnya untuk menjaganya, mencintainya. Tapi sekarang kata-kata itu hanya tertinggal di telinganya, keduanya kini telah tak bisa kembali ke masa itu.

Dengan terus meminum birnya, Nikita Su bersama air mata yang membasahi pipi berkata: “Aldo, kenapa...Kenapa tidak bisa memaafkanku, apa yang aku lakukan itu, semuanya demi kamu...”

Leonard Li keluar dari ruang VIP, menyender di dinding koridor untuk istirahat. Tiba-tiba, sebuah bayangan familiar muncul di matanya. Alisnya tertaut, kemudian dengan langkah tenang berjalan maju ke depan.

Di depan matanya muncul sebuah bayangan, melihat wajah yang begitu dingin itu, Nikita Su terkejut, langsung berdiri, menundukan badannya: “Paman.”

Di bawah lampu yang temaram, terlihat pipinya berwarna merah muda. bau bir begitu kencang memasuki rongga hidungnya, dahi Leonard Li mengkerut: “Kamu minum?”

Berhadapan dengan orang yang lebih tua, Nikita Su jelas terlihat begitu gugup. Dengan kedua tangan yang gemetaran, dan sedikit cemas menjawab: “Tolong jangan beritahu ayah dan ibuku, aku tidak ingin mereka marah. Paman, kamu kenapa bisa ada disini?”

Satu tangannya berada di dalam kantong celana, Leonard Li menjawabnya singkat: “Ada bisnis.”

Nikita Su hanya berdehem, kemudian kedua tangannya saling menggosok dengan ragu berkata: “Paman, bisa tidak anggap tidak melihatku disini?”

Leonard Li hanya berdehem kemudian melangkah pergi masuk ke ruang VIPnya lagi.

Nikita Su berdiri di tempat, sampai dia benar-benar pergi, dia baru bisa menghela nafas lega. Leonard Li adalah paman Aldo Ye, 1 bulan yang lalu pernah berjumpa sekali. Pada saat itu dia tahu, kalau Leonard Li adalah lelaki yang begitu dingin, hanya dia tak menyangka bisa bertemu dengannya disini.

Memanfaatkan pikirannya yang saat ini masih sadar, Nikita Su mengambil tasnya membayar birnya, melihat jam, dengan terhuyung-huyung pergi ke pintu utama. Di pembelokan, Leonard Li menghentikan langkahnya, melihat punggungnya.

Nikita Su keluar dari bar, melihat jalanan di depannya, seketika, dia tidak tahu harus pergi kemana. Dari pada ke rumah Aldo, dia lebih baik tidak usah pulang, tapi rumah ibunya...Dia tersenyum pahit, dengan sedih menyadari, di kota A yang besar ini, tidak ada tempat untuknya.

Setelah berhenti untuk waktu yang lama, Nikita Su hanya duduk di tangga, memeluk tangannya, dan diam-diam memandang ke jalanan yang ramai. Perlahan efek dari bir yang diminumnya muncul, kepala Nikita Su menjadi semakin berat, dan tak lama dia jatuh tertidur masuk ke dunia mimpi.

Leonard Li selesai dengan urusan bisnisnya, keluar dari bar. Memijit pelipisnya, sambil menyuruh supir Li untuk menjemputnya di depan bar. Setelah berjalan beberapa menit, Leonard Li tiba-tiba menghentikan langkahnya, menolehkan kepala melihat wanita yang duduk di tangga dan telah tertidur pulas.

Angin malam di musim panas agak dingin, tubuh kurus Nikita Su tentu dengan alami meringkuk. Dan rambut panjangnya kini dengan acak-acakan terurai, wajah sempurnanya terlihat memerah karena efek bir yang diminumnya.

Dia diam di tempat selama setengah menit, hingga akhirnya berbalik, berjalan ke hadapannya. “Nikita.” Suara Leonard Li terdengar begitu dingin.

Nikita Su nasih tenggelam dalam mimpinya, sama sekali tidak ada rencana untuk bangun. Melihat itu, Leonard Li menjongkokan diri, memegang bahunya. Nikita Su dengan setengah sadar mengangkat kepalanya, melihat lelaki di depannya: “Aldo...”

Download APP, continue reading

Chapters

451