Bab 4 Dibawa Paman Pulang

by Kate 10:29,Sep 02,2020
Mendengar suara yang renyah dan lembut itu, Leonard Li karena terbiasa kembali mengerutkan keningnya. “Pulang.” Leonard Li dengan ringkas mengeluarkan satu kata itu.

Pulang...dengan sekuat tenaga menggelengkan kepala, Nikita Su menjawab: “Aku tidak mau pulang...Aku tidak mau melihatmu bercinta dengan wanita lain, aku tidak mau pulang...”

Sambil mengatakan itu, air mata Nikita Su jatuh bercucuran, pada saat ini dia terlihat seperti seorang anak yang di campakan orang tuanya, terlihat lemah tak berdaya.

Leonard Li baru bersiap ingin menelepon Aldo Ye, kemudian mendengar celotehannya: “Aldo, aku mohon, jangan benci aku ya? Aku dulu melakukan itu, hanya karena aku ingin kamu tetap hidup, dan agar ayah ibu bisa terbebas dari malasah. Aldo, kamu kenapa tidak mau memaafkanku...”

Mendengar perkataannya itu, gerakan Leonard Li langsung terhenti, di matanya kembali muncul kejadian 3 tahun yang lalu, saat pertama kali melihatnya.

Mengingat hasil selidikan sekretarisnya, dari sorot matanya terlihat sebuah sinar. “Terserah kamu mau menyiksaku bagaimana, tapi aku mohon...Jangan bercinta dengan para wanita lagi ya? Hatiku sakit sekali...” Nikita Su sambil menangis dan memohon padanya.

Leonard Li tidak bersuara, hanya melihat penampilannya yang mengenaskan, dia menundukan badannya, langsung menggendongnya. Mata Nikita Su sedikit tertutup, hati dan perasaannya tenggelam dalam rasa sakit.

Membuka pintu mobil, sikap Leonard Li tidak lembut dia dengan sedikit kasar memasukannya ke dalam mobil kursi belakang. Supir Li melihat ini, dengan penuh perhatian bertanya: “Bos, nona Su ini...”

Leonard Li duduk di sebelah Nikita Su, dengan wajah tanpa ekspresi memerintah: “Jalan.”

Supir Li awalnya ingin menanyakan tujuan mereka pergi kemana, tapi setelah berpikir sesaat, dia langsung mengemudikan mobilnya, langsung pergi ke vila Leonard Li. Tubuh Nikita Su meringkuk, dengan alami mencari tempat yang hangat. Air mata masih menggantung di bulu mata, dan sedikit bergetar.

Leonard Li menundukan kepala, melihat wanita yang tengah memeluk lengannya, dia mengerutkan kening, tapi tidak mendorongnya. Wanita ini di bandingkan 3 tahun yang lalu, telah berubah banyak...

Saat sinar matahari pagi meyinari tubuhnya, Nikita Su perlahan membuka matanya. Melihat langit ruangan, otaknya seketika kosong. Dia mendudukan diri, menyelisik setiap sudut ruangan dan tatanan di dalamnya, kemudian dengan cepat menundukan kepala. Dia lalu melihat baju di tubuhnya masih tapi, baru akhirnya menghela nafas lega.

Bunyi ketukan pintu terdengar, seorang pembantu masuk ke dalam, dengan rasa hormat berkata: “Nona Su, sarapan sudah siap, silahkan pergi ke rumah makan untuk menyantapnya.”

Nikita Su melihatnya, menelan air ludah, lalu dengan waw-was bertanya: “Sorry, ini dimana ya?”

10 menit kemudian, Nikita Su dengan gugup turun ke bawah. Melihat seseorang yang sedang duduk di ruang tamu membaca korannya, jantungnya berdegup sangat kencang. Sampai di depannya, Nikita Su kemudian dengan hormat: “Selamat pagi, paman.”

Leonard Li meliriknya dengan wajah tanpa ekspresi berkata: “Bagaimana tidurmu?”

Kedua tangannya berada di depan tubuhnya, terlihat begitu gugup, Nikita Su dengan senyum tipis menjawab: “Sangat enak dan nyaman, terima kasih paman sudah mau membawaku pulang.” Kemarin malam karena minum terlalu banyak, ada banyak hal yang sudah dia tidak ingat lagi.

Leonard Li menutup korannya, berdiri, dengan tenang menatapnya: “Selesai sarapan aku akan mengantarmu pulang.”

Pulang...Saat teringat kalau pulang nanti akan bertemu dengan Aldo Ye, dada Nikita Su terasa begitu sesak, dia memaksakan senyumnya berkata: “Tidak usah, aku bisa pulang sendiri.”

Leonard Li juga tidak memaksa, menjawab: “Pergilah makan.” Setelah mengatakan itu, kemudian melangkahkan kaki pergi dari sana.

Baru melangkah beberapa langkah, Nikita Su tiba-tiba merasa perutnya begitu sakit. Dia menundukan badan, dengan kesakitan memegang perutnya. Merasa di belakangnya tidak ada suara, Leonard Li menoleh ke belakang. Melihatnya, dia langsung berjalan menghampirinya: “Kenapa?” Saat mengatakan itu, dia sedikit menjongkokan diri.

Nikita Su mengangkat kepalanya, baru mau menjawab, tapi bibirnya jatuh di bawah dagu Leonard Li. Dan seluruh tubuhnya seketika mengaku, dia dengan terkejut membelalakan kedua matanya.

Begitu pula dengan Leonard Li, dia terkejut tapi responnya cukup cepat: “Mana yang tidak enak?”

Wajah Nikita Su memerah, dia dengan natural mundur satu langkah: “Tidak...Tidak apa-apa, perutnya cuma sedikit sakit.”

Leonard Li mengabaikan kecanggungannya, dan dengan suara ringan berkata: “Lain kali minum sedikit saja jangan terlalu banyak.” Setelah mengatakan itu, dia dengan tenang pergi menuju ruang makan. Seolah kejadian yang tak terduga barusan tadi seperti tak pernah terjadi.

Download APP, continue reading

Chapters

451