Bab 7 Paman Sakit, Sakit...
by Kate
10:30,Sep 02,2020
Bunyi suara plak, tamparan yang begitu keras jatuh di sebelah wajahnya, dan seketika langsung bengkak dan memerah. Dengan suara keras dan kasar memotong perkataannya, Aldo Ye saat ini terlihat seperti singa yang mengamuk: “Diam, aku tidak mau mendengarmu menyebut laki-laki itu lagi! Walaupun kamu mati, kamu tetap akan menjadi hantuku, aku mau membuatmu menderita selamanya!”
Saat mengatakan itu, Aldo Ye mengambil surat cerainya dan mengoyaknya menjadi hancur lebur. “Pergi menyingkir!” Dia menunjuk pintu, dan memerintahnya untuk pergi dari sana.
Nikita Su bangkit dari ranjang, memegang pipinya, dengan air mata berlinang keluar dari sana. Melihat punggung kepergiannya, Aldo Ye mengepal tangannya, dengan sekuat tenaga meninju dinding kamar. Matanya terlihat memancarkan darah, seolah tengah mengatakan rasa sakitnya. Selama 3 tahun ini, dia tak berhenti menyakitinya, tapi sebaliknya rasa sakit itu malah terasa di dirinya sendiri.
Nikita Su dengan air mata berlinangan pergi ke taman, kemudian jongkok, kedua tangan memeluk kakinya, lalu menangis sesenggukan. Dia tak berani mengeluarkan suara yang besar, takut memancing perhatian orang-orang.
Tidak tahu sudah menangis berapa lama, sebuah suara yang rendah terdengar di telinganya: “Kenapa setiap melihatmu, kamu selalu sedang menangis.”
Nikita Su perlahan mengangkat kepalanya, dengan air mata berlinangan menatap lelaki yang berdiri begitu tinggi di depannya: “Pa...Paman...”
Leonard Li menatap sebelah pipinya yang bengkak dan merah, alisnya seketika berkerut. Dia ikut jongkok dan mengangkat dagunya: “Aldo yang pukul?”
Nikita Su memalingkan wajah, ingin mengelap air matanya, tapi malah tersentuh pipinya, karena sakit tak sengaja meringis. “Bukan, aku sendiri tak hati-hati ketabrak barang.” Jawab Nikita Su berbohong.
Setelah kata-katanya jatuh, Leonard Li tiba-tiba mencubit pipinya, Nikita Su secara alami mengeluarkan suara: “Paman sakit, sakit...”
Leonard Li melepaskannya, meliriknya dan berkata: “Ini adalah balasan dari kebohongan.” Setelah mengatakan itu, Leonard Li berdiri dan pergi dari sana. Tak lama kembali muncul, dan di tangannya ada 2 butir telur.
Tubuh Nikita Su tiba-tiba terangkat, dia terkejut membuka mata, melihat Leonard Li menggendongnya dan mendudukannya di kursi panjang: “Paman...”
Leonard Li tidak mengatakan apapun, dengan tenang menjongkokan diri, lalu meletakan 2 butir telur yang sudah di kupas ke pipinya. “Kalau kamu tidak mau wajahmu bengkak seperti babi, diam ya.” Ucapnya dengan suara dingin.
Nikita Su dengan patuh duduk disana tidak bersuara, tatapannya jatuh pada matanya. Dengan latar belakang kegelapan, ada bayangan di atasnya. Nikita Su melihatnya dengan saksama, dan bertanya dengan lembut, “Paman, apakah aku pernah bertemu denganmu di suatu tempat sebelumnya...?”
Mendengar itu, tubuh Leonard Li mengaku. Sorot matanya mengeluarkan kilat, tapi hanya sekilas. Di gelap malam membuat orang susah menangkapnya. “Tidak pernah.” Leonard Li dengan wajah tanpa ekspresi menjawabnya.
Kalau di pikir iya juga, kalau dia memang pernah melihat orang seganteng pamannya ini, dia mana mungkin bisa melupakannya. Setelah memikirkan itu, Nikita Su dengan cepat merasa lega. Dengan gerakan lembut Leonard Li di pipinya, membuat sakit di pipinya perlahan berkurang.
Leonard Li kemudian meletakan telurnya ke tangannya, berdiri: “Kamu sudah bisa pergi.”
Pergi, dia bisa pergi kemana...Saat memikirkan Aldo Ye barusan sudah mengusirnya, dan nyonya Ye memerintahnya harus bercinta dengan Aldo Ye...Dia mengangkat kepalanya, dengan tersenyum tipis berkata: “Paman kembali saja dulu, aku masih mau disini.”
Leonard Li melihat wajahnya, dan berdehem kemudian melangkahkan kaki pergi dari sana. Saat berjalan di koridor, dia melihat bayangan wanita yang kurus dan lemah itu, kemudian menarik pandangannya, naik ke lantai 2.
Aldo Ye kebetulan juga keluar dari kamar, mau melihat dia ada dimana. “Aldo.” Kata-kata Leonard Li begitu dingin.
Aldo Ye melihatnya, dengan sungkan berkata: “Paman, ada apa?”
Berdiri di hadapannya, dengan tinggi 183 cm, cukup membuatnya mengadahkan kepala. “Nikita ada di taman, kalau sampai ayah melihat dia malam ini tidur disana...” Leonard Li pada saat ini memberinya peringatan.
Aldo Ye melihatnya tersenyum tipis: “Terima kasih atas perhatian paman. Aku dan Nikita hanya ada masalah kecil, sebentar lagi sudah tidak akan ada apa-apa.”
Leonard Li tidak meresponnya, hanya mengatakan kata-kata yang memiliki makna yang dalam: “Sebaiknya memang benar begitu.” Setelah mengatakan itu, dia melangkahkan kaki pergi dari sana.
Melihat kepergiannya, sempat ragu, tapi Aldo Ye melangkahkan kakinya pergi ke taman. Saat melihatnya yang duduk sendiri disana, hatinya terasa begitu sakit. Memejamkan mata, menyimpan segala emosi dalam hati. Pernah memberitahu dirinya untuk tidak perduli dengan hal itu, tapi dia tetap tak bisa melakukannya.
Saat mengatakan itu, Aldo Ye mengambil surat cerainya dan mengoyaknya menjadi hancur lebur. “Pergi menyingkir!” Dia menunjuk pintu, dan memerintahnya untuk pergi dari sana.
Nikita Su bangkit dari ranjang, memegang pipinya, dengan air mata berlinang keluar dari sana. Melihat punggung kepergiannya, Aldo Ye mengepal tangannya, dengan sekuat tenaga meninju dinding kamar. Matanya terlihat memancarkan darah, seolah tengah mengatakan rasa sakitnya. Selama 3 tahun ini, dia tak berhenti menyakitinya, tapi sebaliknya rasa sakit itu malah terasa di dirinya sendiri.
Nikita Su dengan air mata berlinangan pergi ke taman, kemudian jongkok, kedua tangan memeluk kakinya, lalu menangis sesenggukan. Dia tak berani mengeluarkan suara yang besar, takut memancing perhatian orang-orang.
Tidak tahu sudah menangis berapa lama, sebuah suara yang rendah terdengar di telinganya: “Kenapa setiap melihatmu, kamu selalu sedang menangis.”
Nikita Su perlahan mengangkat kepalanya, dengan air mata berlinangan menatap lelaki yang berdiri begitu tinggi di depannya: “Pa...Paman...”
Leonard Li menatap sebelah pipinya yang bengkak dan merah, alisnya seketika berkerut. Dia ikut jongkok dan mengangkat dagunya: “Aldo yang pukul?”
Nikita Su memalingkan wajah, ingin mengelap air matanya, tapi malah tersentuh pipinya, karena sakit tak sengaja meringis. “Bukan, aku sendiri tak hati-hati ketabrak barang.” Jawab Nikita Su berbohong.
Setelah kata-katanya jatuh, Leonard Li tiba-tiba mencubit pipinya, Nikita Su secara alami mengeluarkan suara: “Paman sakit, sakit...”
Leonard Li melepaskannya, meliriknya dan berkata: “Ini adalah balasan dari kebohongan.” Setelah mengatakan itu, Leonard Li berdiri dan pergi dari sana. Tak lama kembali muncul, dan di tangannya ada 2 butir telur.
Tubuh Nikita Su tiba-tiba terangkat, dia terkejut membuka mata, melihat Leonard Li menggendongnya dan mendudukannya di kursi panjang: “Paman...”
Leonard Li tidak mengatakan apapun, dengan tenang menjongkokan diri, lalu meletakan 2 butir telur yang sudah di kupas ke pipinya. “Kalau kamu tidak mau wajahmu bengkak seperti babi, diam ya.” Ucapnya dengan suara dingin.
Nikita Su dengan patuh duduk disana tidak bersuara, tatapannya jatuh pada matanya. Dengan latar belakang kegelapan, ada bayangan di atasnya. Nikita Su melihatnya dengan saksama, dan bertanya dengan lembut, “Paman, apakah aku pernah bertemu denganmu di suatu tempat sebelumnya...?”
Mendengar itu, tubuh Leonard Li mengaku. Sorot matanya mengeluarkan kilat, tapi hanya sekilas. Di gelap malam membuat orang susah menangkapnya. “Tidak pernah.” Leonard Li dengan wajah tanpa ekspresi menjawabnya.
Kalau di pikir iya juga, kalau dia memang pernah melihat orang seganteng pamannya ini, dia mana mungkin bisa melupakannya. Setelah memikirkan itu, Nikita Su dengan cepat merasa lega. Dengan gerakan lembut Leonard Li di pipinya, membuat sakit di pipinya perlahan berkurang.
Leonard Li kemudian meletakan telurnya ke tangannya, berdiri: “Kamu sudah bisa pergi.”
Pergi, dia bisa pergi kemana...Saat memikirkan Aldo Ye barusan sudah mengusirnya, dan nyonya Ye memerintahnya harus bercinta dengan Aldo Ye...Dia mengangkat kepalanya, dengan tersenyum tipis berkata: “Paman kembali saja dulu, aku masih mau disini.”
Leonard Li melihat wajahnya, dan berdehem kemudian melangkahkan kaki pergi dari sana. Saat berjalan di koridor, dia melihat bayangan wanita yang kurus dan lemah itu, kemudian menarik pandangannya, naik ke lantai 2.
Aldo Ye kebetulan juga keluar dari kamar, mau melihat dia ada dimana. “Aldo.” Kata-kata Leonard Li begitu dingin.
Aldo Ye melihatnya, dengan sungkan berkata: “Paman, ada apa?”
Berdiri di hadapannya, dengan tinggi 183 cm, cukup membuatnya mengadahkan kepala. “Nikita ada di taman, kalau sampai ayah melihat dia malam ini tidur disana...” Leonard Li pada saat ini memberinya peringatan.
Aldo Ye melihatnya tersenyum tipis: “Terima kasih atas perhatian paman. Aku dan Nikita hanya ada masalah kecil, sebentar lagi sudah tidak akan ada apa-apa.”
Leonard Li tidak meresponnya, hanya mengatakan kata-kata yang memiliki makna yang dalam: “Sebaiknya memang benar begitu.” Setelah mengatakan itu, dia melangkahkan kaki pergi dari sana.
Melihat kepergiannya, sempat ragu, tapi Aldo Ye melangkahkan kakinya pergi ke taman. Saat melihatnya yang duduk sendiri disana, hatinya terasa begitu sakit. Memejamkan mata, menyimpan segala emosi dalam hati. Pernah memberitahu dirinya untuk tidak perduli dengan hal itu, tapi dia tetap tak bisa melakukannya.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved