Bab 12 Kalau Tidak Mau Dia Datang, Tenanglah

by Kate 10:30,Sep 02,2020
Tidak jauh dari kafe, Nikita Su menundukan kepala, kakinya menendang batu kecil jalanan. Melihat kopernya, tatapan Leonard Li penuh dengan kebingungan: “Sedang ada perjalanan bisnis?”

Nikita Su menggelengkan kepala, dengan senyum tipis menjawab: “Bukan, mau pindah.”

Leonard Li dengan satu tangan berada di kantong celana, alisnya tertaut, dan kebingungan di matanya terlihat semakin dalam: “Ribut dengan Aldo?”

Dia adalah paman Aldo Ye, dan dia pasti akan membela keluarganya. Nikita Su jadi tidak ingin terlalu bicara banyak dengannya, hanya tersenyum mengalihkan pembicaraan: “Paman, aku masih ada urusan lain, next time baru ngobrol lagi ya.”

Melihatnya yang tak ingin mengatakan apapun, Leonard Li juga tidak banyak tanya. Saat bersiap berbalik badan dan pergi, dia tiba-tiba melihat wajahnya begitu pucat. Waktu saat dia menangkap tangannya, dia menyadari kalau tangannya begitu dingin: “Kenapa?”

Nikita Su dari awal merasa kepalanya begitu berat dan pusing. Saat ditarik olehnya, kedua kakinya langsung lemas, seluruh tubuhnya jatuh dalam pelukannya dan langsung menabrak dadanya, kepalanya semakin terasa pusing.

“Tidak tahu, kepala terasa sakit dan pusing.” Nikita Su memegang dahinya dengan kesakitan berkata: “Harusnya di bawa istirahat saja akan membaik...”

Girno Chen melihat ini langsung maju: “Direktur, nona Su mungkin dehidrasi karena kepanasan tidak?”

Dehidrasi? Nikita Su baru mau mengatakan sesuatu, tapi tubuhnya tiba-tiba melayang: “Paman, aku tidak...”

“Diam!” Perintah Leonard Li dengan wajah memuram.

Karena rasa sakit yang sangat menyiksa, Nikita Su dengan patuh menutup mulutnya, lalu merasakan tubuhnya dibawa masuk ke dalam mobil. “Rumah sakit.” Ucap Leonard Li pada supir Wang.

Supir Wang melirik keadaannya, langsung menganggukan kepala: “Baik, bos.” Ujung katanya masih belum jatuh, menginjak pedal gas, dan mobil dengan cepat melaju ke arah rumah sakit.

Di ruang pemeriksaan, wajah Nikita Su masih tampak pucat: “Paman, maaf merepotkanmu lagi.” Suaranya begitu lemah, kalau bukan karena di ruang rawat begitu tenang, dia mungkin saja tidak bisa mendengar kata-katanya.

Leonard Li berdiri di tepi ranjang mengeluarkan hp. Seperti mengerti tindakannya, Nikita Su langsung merebut hpnya. “Aku tidak ingin melihatnya.” Nikita Su memohon padanya: “Paman, aku mohon.”

Melihat jelas matanya, seperti ingin menelisik masuk ke dalam pikirannya. Girno Chen masuk ke ruang rawat, dengan tersenyum berkata: “Direktur, biaya rumah sakit sudah diselesaikan, dokter bilang tinggal infus satu jam lagi setelah itu boleh pulang.”

Leonard Li berdehem dengan tenang berkata: “Kalau tidak mau dia datang, diam tenang disini.”

Sudut bibir Nikita Su terlihat senyum tipis, dengan penuh rasa terima kasih berkata: “Terima kasih.”

Melirik jam, Leonard Li kemudian keluar dari ruang rawat. Tak lama, suster datang menggantikan infusnya, kemudian dengan envy berkata: “Yang barusan tadi pacarnya ya? Ganteng sekali, keren lagi.”

“Bukan, itu pamanku.” Nikita Su menjawab dengan senyum tipis. Dia itu paman Aldo Ye, karena menikah dengan Aldo Ye, dia jadi memanggilnya dengan sebutan itu juga. Walaupun dalam hati Aldo Ye, dia tidak pantas menjadi istrinya.

Nikita Su yang berbaring di ranjang sedang berpikir selanjutnya mau pergi kemana, tiba-tiba hpnya bergetar: “Halo, Henny.”

20 menit kemudian, seorang wanita jangkung muncul di koridor rumah sakit dengan mimik wajah cemas. Sampai di ruang rawat, Henny An berteriak dengan suara nyaring: “Nikita, apakah kamu harus membuat dirimu terluka seperti ini?”

Nikita Su melihatnya dengan senyum tipis berkata: “Aku tidak apa-apa, hanya dehidrasi saja. Henny An kamu bukannya pergi perjalanan bisnis keluar negeri 1 minggu, kenapa pulang lebih awal?”

Sebuah tepukan jatuh di dahinya, Henny An dengan tidak puas berkata: “Kalau aku tidak pulang, kamu pasti akan menjadi gelandangan kan? Bodoh, terjadi hal sebesar ini, kenapa tidak menceritakannya padaku.”

Nikita Su tahu dia mengkhawatirkan dirinya, kemudian menangkap tangannya, dengan nada minta maaf berkata: “Maaf, membuatmu khawatir.”

Setiap kali melihatnya yang jelas sedang sedih tapi selalu memaksakan senyum, hati Henny An terasa begitu sakit. Dia mengelus kepalanya, berpura tegar berkata: “Baguslah kalau begitu, pindah ke Jingyuan ya, jadi selanjutnya kita bisa setiap hari bertemu. Nikita, selanjutnya kamu dan aku akan saling bergantung ya.”

Download APP, continue reading

Chapters

451