Bab 13 Seekor Kunpeng Melebarkan Sayap

by Evan Judika 18:13,Aug 28,2021
Caesar tersenyum mencibir, ekspresi wajahnya penuh percaya diri, perlahan berdiri dan bergerak pergi dari tempat duduknya.

Aku menoleh melihat Kintani sebentar, tanpa basa basi langsung berjalan keluar dari ruang kelas, selanjutnya terdapat sejumlah murid yang mengikuti aku dari belakang, atau dengan kata lain mereka mengikuti dari belakang Caesar dan Desta.

Dalam perjalanan, Kintani bergegas menyusulku dari belakang dan berjalan berdampingan bersamaku, meski diam tapi aku tahu, dalam alam bawah sadarnya Kintani yakin aku tidak bisa menang dari Caesar, kali ini mencari bencana untuk diri sendiri.

Tetapi, meski Kintani tidak mengatakan isi pikirannya, tapi sedikit banyak juga memegang harapan padaku, tetapi harapan ini terlalu kecil.

Lagipula sekelompok murid di belakang berkomentar dengan sembarang, begitu melihat Kintani berjalan di sampingku, tiba-tiba berteriak, terdengar iri, cemburu, benci, curiga, bisakah dewasa sedikit ?

" Direktur Kintan kenapa jalan berdampingan dengan idiot itu ? Bukankah ini menurunkan nilai Direktur Kintan ? Direktur Kintan adalah salah satu dari Empat Dewi. "

"Hari ini Direktur Kintan sedikit berbeda dengan sebelumnya, dia biasanya hanya membawa orang kemari dan membiarkannya begitu saja, kenapa kali ini berbeda ? Apakah si idiot ini pacar Direktur Kintan ?"

"Tidak mungkin, bagaimana mungkin Direktur Kintan suka dengan orang kampungan seperti itu ? Tidak tidak, seharusnya si kampungan ini yang mengejar hal-hal yang tidak mungkin didapat. "

"Benar, lagipula menurutku, hanya Bos Desta yang cocok dengan Direktur Kintan. "

"Huh, Desta apaan ? Bang Caesar jauh lebih baik. "

Tidak dewasa, sangat tidak dewasa, bahkan bertengkar demi masalah seperti ini, satu per satu menjadi marah, kedua ketua mereka juga tidak berkata apa-apa, hanya membeku.

Pada akhirnya tetap Kintani yang berbicara untuk menghentikannya, agar mencegah timbul masalah lain.

Saat tiba di lapangan, murid-murid berdiri menonton dari luar lapangan, Kintani mencari peluit dan bertindak sebagai wasit, aku dan Caesar berdiri di titik awal landasan pacu, Caesar berkata : "Lari seribu meter dulu, totalnya dua setengah putaran, anggap saja sebagai pemanasan, siapa yang duluan selesai maka dia yang menang. "

Selesai berkata, Caesar mengikat rambutnya dengan gelang karet menjadi kuncir kuda, lalu juga tidak ganti baju, seolah-olah menghadapi aku adalah hal kecil yang tidak perlu repot-repot, saat membungkuk jongkok dan kedua tangan menyentuh tanah, Caesar melirik ke samping menatapku, dalam mata tersirat meremehkan.

Aku membalasnya dengan sebuah senyuman, Caesar tanpa sadar membeku sesaat, tampak seperti tidak mengerti, mengapa aku bisa begitu percaya diri, bahkan sampai detik sekarang masih bisa tersenyum.

Ketika semuanya sudah siap, Kintani berdiri di sisi samping landasan pacu, aku dan Caesar membungkuk bersamaan dan kedua tangan menyentuh tanah.

"Begitu aku tiup peluit, maka mulai. " Kintani berkata : "Bersiap... "

Selanjutnya, Kintani menahan peluit di mulut, bersiap untuk mulai kapan saja.

Aku merasa tegang, tapi tetap bisa merasakan fisikku turun drastis karena kurang olahraga untuk waktu yang lama.

Aku memanfaatkan waktu saat-saat terakhir untuk menatap Kintani, kebetulan tepat di saat aku menatap, Kintani meniup peluit !

Dalam sekejap, tiba-tiba kedua payudara montok Kintani bergetar saat dia meniup peluit !

Getaran seperti itu membuatku menarik napas dan hampir mimisan, seketika menjadi bengong.

Saat tersadar kembali, Caesar sudah mulai lari, gerakannya sangat cepat, dalam sekejap sudah lari sepuluh meter dariku.

Kintani heran, wajahnya yang selalu terlihat dingin saat ini tampak bengong, seperti sedang berkata : "Kamu kenapa ? Caesar sudah lari, kenapa kamu masih diam saja tidak bergerak ?

"Shit ! " Tanpa banyak berkata aku langsung lari, bergegas mengejar Caesar dengan kecepatan seperti seekor cheetah, dalam hati berpikir wanita cantik adalah sumber masalah, ternyata benar.

Kecepatan Caesar sangat cepat, kakiku seperti telah menua, sama sekali tidak sehebat dulu, tertinggal sepuluh meter dari Caesar.

Selama dua tahun saat menjadi menantu keluarga Jelani, aku hampir tidak pernah latihan, setiap hari mencuci pakaian keluarga mereka, mencuci piring, mengepel lantai, saat lari sekarang, aku merasa sangat membenci Fatima.

Setelah satu putaran, Caesar lebih unggul dua puluh meter dariku.

Aku dalam hati merasa tertekan, semuanya karena bencana menatap tadi, jika tidak aku pasti tidak akan tertinggal begitu jauh.

Saat melewati Kintani beserta murid-murid kelas, Desta menatapku dengan ekspresi mengejek, sekelompok murid di belakangnya sedang mencemooh.

"Kamu kira bisa menang dari Caesar ? Benar-benar bodoh. "

" Bang Caesar kami merupakan nomor satu di kota Gyongbo, Pak Kastano hanya akan dibuat malu. "

"Hahaha, si idiot ini, berani tanding kemampuan fisik dengan Bang Caesar, bukankah itu murni sengaja membuat diri sendiri malu ?"

Dalam berbagai cemooh ini, hanya Kintani yang tidak berkata apa-apa, alisnya sedikit berkerut, pertama kali ekspresinya tampak gelisah karena demi aku.

Meski aku tidak tahu Kintani gelisah karena takut aku malu, atau karena apa aku bisa menang, tapi kspresinya itu adalah motivasi terbesarku !

Dan kebiasaan lari jarak jauhku yakni menghemat kekuatan saat diawal, meregangkan tubuh, tapi saat setengah putaran paling akhir, barulah lari cepat yang sebenarnya.

Aku meningkatkan kecepatan sebisa mungkin, agar tubuh yang telah istirahat lama bisa beradaptasi dengan cepat, kembali ke kondisi terkuat seperti waktu dulu.

Tetapi Caesar sebaliknya menoleh menatapku dari kejauhan, dalam mata penuh dengan rasa mengejek.

"Bocah ini. " Aku mendengus, lalu berlari dengan mantap selangkah demi selangkah.

Perlahan-lahan, putaran kedua hampir selesai, dengan usaha keras, aku berhasil mempertahankan jarak dengan Caesar menjadi sekitar lima enam belas meter, tubuhku sedikit demi sedikit sudah memanas, kenyamanan otot dan tulang membuat aku menambah kecepatan.

Sekali lagi melewati Kintani, murid-murid tetap mencemooh, mereka yakin bahwa aku kali ini pasti kalah, tidak ada kemungkinan untuk menang.

"Menyerah saja, setidaknya tidak perlu begitu mengenaskan, kamu benar ingin dipermalukan oleh Bang Caesar ?"

"Si idiot ini punya sedikit kemampuan, putaran kedua masih bisa mempertahankan jarak, tetapi jika dibanding dengan Caesar, tetap masih terlalu jauh. "

Aku melirik ke samping ke arah siswa, tersenyum menyeringai dalam-dalam, kemudian tiba-tiba menambah kecepatan, langkah kaki kencang bagaikan angin dan tubuh seperti macan tutul, kecepatan langsung terus meningkat, seperti manusia terbang, mulai mengejar ketertinggalan !

Seiring menuju setengah putaran terakhir, Caesar juga menyadari kecapatan lari aku, dia segera mengerahkan kekuatan dan berlari.

Meski aku berada di belakang, tapi kecepatan aku lebih cepat dibandingkan Caesar, setengah putaran terakhir mempunyai jarak dua ratus meter, saat berada dalam jarak lima puluh meter dari titik akhir, aku sudah sejajar dengan Caesar !

Empat puluh lima meter...

Empat puluh meter...

Tiga puluh lima meter...

Waktu tampak melambat seperti slow motion, wajah Caesar memerah dan ekspresinya seperti tidak bisa percaya, tiba-tiba dia kembali mengerahkan kekuatan, berlari dengan cepat !

Meski demikian, aku masih punya kekuatan dan sama sekali tidak terlihat melemah, kecepatanku bertambah semakin cepat, tubuhku yang kaku karena lama tidak berlatih, pada saat terakhir ini seperti sedikit terbangun, darah di dada langsung mendidih !

Aku menarik napas dalam-dalam, satu langkah dua langkah, cepat bagaikan seekor phoenix yang melebarkan sayapnya dalam ribuan mil !









Download APP, continue reading

Chapters

62