Bab 14 Senyuman Kintani
by Evan Judika
18:13,Aug 28,2021
Caesar telah kalah !
Aku menghentikan langkah kaki dan tersenyum, saat menoleh ke belakang melihat Caesar, ekspresi wajahnya tidak lagi angkuh, sebaliknya seperti tidak bisa percaya dan pucat.
Dan Kintani, Desta beserta murid kelas lainnya yang berada di seberang lapangan, semuanya tercengang, tidak menyangka, aku bisa membalikkan keadaan di saat-saat terakhir menuju garis finis !
Hening, sangat hening, selanjutnya aku melihat dari kejauhan, Kintani tiba-tiba tersenyum.
Kecantikannya bagai batu giok, bibir lembutnya tersenyum, begitu indah seperti bidadari, bahkan lebih cantik dari Selir Raja.
"Punya sedikit kemampuan dan baru menang satu kali bukanlah apa-apa, masih ada dua lagi yang menunggumu, asal kamu bisa menang ketiganya, baru berhak jadi wali kelas. " Caesar mendengus, lalu berjalan melintasi dari tengah lapangan, kembali ke ke titik awal tempat dimana Kintani berada, Caesar terlihat sangat tidak senang, dia ingin memenangkan kembali dalam lomba lari cepat 100 meter.
Aku tersenyum acuh dan tidak berkata apa-apa, lomba lari satu kilometer tadi, hanya untuk pemanasan, sekarang kondisi fisik aku jauh lebih baik dibanding tadi.
Jika awal tadi lomba lari cepat 100 meter yang dilombakan terlebih dulu, maka aku pasti akan kalah, tetapi setelah melewati pemanasan, aku sangat yakin bisa mengalahkan Caesar, aku berjalan di belakangnya, kembali ke titik awal.
Kintani menyimpan kembali senyumannya, murid-murid kelas tenggelam dalam keterkejutan dan tidak bisa percaya, pada akhirnya tidak tahu siapa yang berkata terlebih dulu, satu per satu berubah menjadi cemas dan berkomentar.
"Ini... bagaimana mungkin ? Kenapa Caesar bisa kalah ? "
"Tidak mungkin, kenapa Bang Caesar bisa kalah dengan seorang kampungan ? "
"Tidak perlu gelisah, siapa tahu Bang Caesar sengaja, agar kampungan itu merasa senang dulu, lalu di dua pertandingan terakhir, baru membuat kampungan itu sepenuhnya malu !"
"Taktik, iya itu pasti taktik. "
Aku benar-benar kehabisan kata-kata, kenapa sudah kalah masih tetap mencari alasan untuk Caesar ?
Tetapi aku bisa melihat, meski kelas ini sangat arogan, tapi saat bertemu dengan musuh dari luar, tampak cukup kompak.
Sambil tersenyum, aku melihat sebentar ke Kintani, dia mengganguk pelan padaku, menunjukkan ketegasan.
"Ayo, lanjut. "
Terdengar sebuah suara dingin, saat aku menoleh, Caesar sudah kembali membungkuk jongkok, telah siap sepenuhnya di titik awal, wajahnya tidak banyak ekspresi, aku mengerti perasaannya saat ini, pasti sangat tidak senang.
"Oke. " Aku berjongkok dengan tenang, alhasil murid kelas mulai mengkritik lagi.
"Huh, lihat bagaimana Caesar membuatnya malu kali ini. "
" Bang Caesar kali ini pasti akan menunjukkan kekuatan sebenarnya, aku rasa Pak Kastano pasti akan berakhir dengan mengenaskan."
" Bang Caesar ! ! Buat dia malu, hina dia dengan kejam, agar dia tahu, bahwa untuk menandingimu saja dia tidak bisa, maka itu tidak pantas menjadi guru kita, terlebih tidak pantas menjadi wali kelas kita ! "
Mendengar itu, Kintani menoleh ke belakang memarahi : "Diam !"
Segera, sekeliling menjadi hening, aku tersenyum, diam-diam berkata 'Efek wanita cantik ternyata memang kuat', apalagi efek wanita cantik seperti Kintani.
"Bersiap ! " Kintani mengangkat tangan, menahan peluit di tengah bibirnya.
Tidak ingin gagal maka jangan membuat kegagalan, sehingga kali ini aku tidak berani menatap Kintani, kedua mataku melihat lurus ke depan, menunggu bunyi peluit dari Kintani.
"Biitt ! " Bunyi peluit, kedua kakiku tiba-tiba mengerahkan kekuatan, begitu juga dengan Caesar, kami berdua mirip seperti dua buah kilatan, berlari lurus menuju garis finis.
Sisa delapan puluh meter...
Caesar benar-benar muda dan kuat, kemampuan fisiknya sangat bagus, ternyata bisa seimbang dengan diriku, terlihat jelas dia tidak ingin kalah lagi.
Aku merespon dengan tenang, objek aku tetap sama yakni pada pertengahan babak akhir, saat pertengahan babak awal aku hanya mengerahkan 70% dari kekuatanku.
Sisa tujuh puluh meter...
Caesar menggertakkan gigi, saat lari, rambutnya yang teringat menjadi tergerai dan berhamburan.
Sisa enam puluh meter...
Aku sedikit meningkatkan kecepatan, selalu satu langkah di depan Caesar, membuat dia marah dan berteriak.
Pada saat sisa lima puluh meter, kemarahan Caesar tampak telah mencapai titik paling akhir, dalam sekejap mengerahkan kekuatan dan mengejar ketertinggalan, bahkan melampaui aku sedikit.
Aku dalam hati diam-diam memujinya, kemampuan fisik Caesar sangat hebat, merupakan bibit yang bagus.
Aku menarik napas dalam-dalam, mengepalkan tinju, menimbulkan bunyi kepalan krek krek krek, lalu tubuhku seperti anak panah, seketika melampaui Caesar.
Sisa empat puluh meter, Caesar tertinggal dua meter di belakangku.
Sisa tiga puluh meter, Caesar tertinggal lima meter di belakangku.
Sisa dua puluh meter, Caesar tertinggal delapan meter di belakangku.
Sisa sepuluh meter, Caesar tertinggal sembilan meter di belakangku.
Saat aku mencapai garis finis, melihat ke belakang, Caesar tertinggal sepuluh meter di belakangku !
Sampai saat Caesar berlari ke garis finis, dia menatapku dan berkata : "Masih ada lomba gulat bebas, jika kalah kamu hanya akan jadi guru olahraga, tetap tidak berhak untuk menjadi wali kelas. "
Selesai berkata, Caesar berbalik berjalan menuju tempat awal sebelumnya.
Aku hanya tersenyum, aku tahu, meski wajah Caesar tetap angkuh dan dingin, tapi dari tatapan matanya terlihat jelas bahwa dia tidak senang, sangat sangat tidak senang.
Sampai saat aku kembali ke titik awal, Caesar dan murid kelas lainnya sudah memasuki Stadium sekolah terlebih dahulu, hanya Kintani yang menungguku di tempat awal.
Saat beradumemandang dengan Kintani, aku merasa tidak enak hati dan menghindar, lalu menggaruk bagian belakang kepalaku, " Direktur Kintan, ayo kita masuk. "
"Semangat, jangan mengecewakanku. " Kata Kintani.
"Direktur kamu tenang. " Aku mengangguk dan berjalan masuk ke Stadium, aku sama sekali tidak percaya diri terhadap lomba pergulatan bebas, karena aku hanya seorang yang bertarung dengan kasar, pasti akan kalah saat menghadapi seorang yang terlatih.
Terutama, Caesar yang merupakan pegulat juara satu dalam kota Gyongbo, meski tidak tahu tingkat juara satu apa, tapi juara satu tetaplah juara satu.
Maka itu aku merasa sangat tertekan, mungkin lomba terakhir ini aku akan kalah, bahkan Caesar akan menjadikan aku sebagai tempat pelampiasan amarah, menderita pukulan keras darinya.
Stadium sekolah sangat besar, di dalamnya terdapat tempat gym, lapangan basket, lapangan bulu tangkis, lapangan tenis, lapangan bergulat, fasilitasnya sangat lengkap.
Kintani menuntunku berjalan ke depan, melewati tempat gym, peralatan di dalamnya lengkap, juga terdapat banyak pria berotot yang sedang berolahraga.
Saat berjalan masuk ke lapangan bergulat, aku melihat Caesar sudah menganti pakaiannya, kedua tangan mengenakan sarung tinju, bagian kepalanya memakai alat pelindung, terlihat tidak sabar ingin segera menghajarku.
Dan begitu aku masuk, semua siswa kelas menatapku dengan tatapan penuh kebencian, sialan, apa aku ada menyinggung kalian ? Kalian yang meminta untuk bertanding, saat menang kalian juga yang membenciku, pemikiran macam apa ini ? Sepertinya sekelompok murid ini memang sangat sulit diatur.
Kintani menatap Caesar, kembali sedikit mengerutkan alis, lalu menunjuk ke arah ruang ganti dan berkata padaku : "Kamu pergi ambil sarung tinju dan alat pelindung kepala dulu di dalam ruang ganti. "
"Oke, aku tidak punya baju, jadi tidak perlu ganti. " Aku sedikit mengangguk, selanjutnya berbalik dan berjalan ke ruang ganti, sebaliknya dalam hati berpikir 'Aku tentu saja tidak mau ganti pakaian, memakai lebih banyak bukankah lebih tidak terasa sakit saat dipukul ?'
Tetapi saat aku pergi ke ruang ganti mengenakan sarung tinju dan pelindung kepala, terdengar teriakan keras dari luar.
" Bang Caesar, nanti pukul dia sampai mati, jangan menunjukkan belas kasihan. "
"Aku curiga Pak Kastano telah meminum obat doping, jika tidak bagaimana bisa dia menang darimu ?"
"Iya pasti begitu, Caesar nanti kamu jangan menunjukkan belas kasihan, hajar hingga semua obat doping dalam perutnya juga ikut keluar, lagipula kompetisi ini dikatakan di depan Direktur Kintan, si kampungan itu sendiri juga setuju, bahkan jika terjadi sesuatu, Direktur Kintan juga pasti tidak bisa berkata apa-apa. "
"Dan pada saat paling akhir nanti, permalukan dia di depan Direktur Kintan. "
Tidak tahu mengapa, setelah mendengar perkataan ini, dalam hatiku timbul sebuah perasaan yang aneh.
Benar, aku pasti kalah, aku sama sekali tidak mengerti teknik bergulat, hanya bisa menerima pukulan, tapi kalian mengatakan aku seperti itu, bahkan ingin mempermalukan aku di depan Direktur Kintan, itu tidak boleh !
Siapa pun boleh memprovokasi aku, tapi harus menerima akibat memprovokasi aku !
Kelinci saja bisa menggigit saat tersedak, apalagi aku ? Bahkan jika aku kalah, juga harus kalah dengan gentleman, kalah dengan terhormat, kalah dengan semangat pantang nyerah.
Aku menghentikan langkah kaki dan tersenyum, saat menoleh ke belakang melihat Caesar, ekspresi wajahnya tidak lagi angkuh, sebaliknya seperti tidak bisa percaya dan pucat.
Dan Kintani, Desta beserta murid kelas lainnya yang berada di seberang lapangan, semuanya tercengang, tidak menyangka, aku bisa membalikkan keadaan di saat-saat terakhir menuju garis finis !
Hening, sangat hening, selanjutnya aku melihat dari kejauhan, Kintani tiba-tiba tersenyum.
Kecantikannya bagai batu giok, bibir lembutnya tersenyum, begitu indah seperti bidadari, bahkan lebih cantik dari Selir Raja.
"Punya sedikit kemampuan dan baru menang satu kali bukanlah apa-apa, masih ada dua lagi yang menunggumu, asal kamu bisa menang ketiganya, baru berhak jadi wali kelas. " Caesar mendengus, lalu berjalan melintasi dari tengah lapangan, kembali ke ke titik awal tempat dimana Kintani berada, Caesar terlihat sangat tidak senang, dia ingin memenangkan kembali dalam lomba lari cepat 100 meter.
Aku tersenyum acuh dan tidak berkata apa-apa, lomba lari satu kilometer tadi, hanya untuk pemanasan, sekarang kondisi fisik aku jauh lebih baik dibanding tadi.
Jika awal tadi lomba lari cepat 100 meter yang dilombakan terlebih dulu, maka aku pasti akan kalah, tetapi setelah melewati pemanasan, aku sangat yakin bisa mengalahkan Caesar, aku berjalan di belakangnya, kembali ke titik awal.
Kintani menyimpan kembali senyumannya, murid-murid kelas tenggelam dalam keterkejutan dan tidak bisa percaya, pada akhirnya tidak tahu siapa yang berkata terlebih dulu, satu per satu berubah menjadi cemas dan berkomentar.
"Ini... bagaimana mungkin ? Kenapa Caesar bisa kalah ? "
"Tidak mungkin, kenapa Bang Caesar bisa kalah dengan seorang kampungan ? "
"Tidak perlu gelisah, siapa tahu Bang Caesar sengaja, agar kampungan itu merasa senang dulu, lalu di dua pertandingan terakhir, baru membuat kampungan itu sepenuhnya malu !"
"Taktik, iya itu pasti taktik. "
Aku benar-benar kehabisan kata-kata, kenapa sudah kalah masih tetap mencari alasan untuk Caesar ?
Tetapi aku bisa melihat, meski kelas ini sangat arogan, tapi saat bertemu dengan musuh dari luar, tampak cukup kompak.
Sambil tersenyum, aku melihat sebentar ke Kintani, dia mengganguk pelan padaku, menunjukkan ketegasan.
"Ayo, lanjut. "
Terdengar sebuah suara dingin, saat aku menoleh, Caesar sudah kembali membungkuk jongkok, telah siap sepenuhnya di titik awal, wajahnya tidak banyak ekspresi, aku mengerti perasaannya saat ini, pasti sangat tidak senang.
"Oke. " Aku berjongkok dengan tenang, alhasil murid kelas mulai mengkritik lagi.
"Huh, lihat bagaimana Caesar membuatnya malu kali ini. "
" Bang Caesar kali ini pasti akan menunjukkan kekuatan sebenarnya, aku rasa Pak Kastano pasti akan berakhir dengan mengenaskan."
" Bang Caesar ! ! Buat dia malu, hina dia dengan kejam, agar dia tahu, bahwa untuk menandingimu saja dia tidak bisa, maka itu tidak pantas menjadi guru kita, terlebih tidak pantas menjadi wali kelas kita ! "
Mendengar itu, Kintani menoleh ke belakang memarahi : "Diam !"
Segera, sekeliling menjadi hening, aku tersenyum, diam-diam berkata 'Efek wanita cantik ternyata memang kuat', apalagi efek wanita cantik seperti Kintani.
"Bersiap ! " Kintani mengangkat tangan, menahan peluit di tengah bibirnya.
Tidak ingin gagal maka jangan membuat kegagalan, sehingga kali ini aku tidak berani menatap Kintani, kedua mataku melihat lurus ke depan, menunggu bunyi peluit dari Kintani.
"Biitt ! " Bunyi peluit, kedua kakiku tiba-tiba mengerahkan kekuatan, begitu juga dengan Caesar, kami berdua mirip seperti dua buah kilatan, berlari lurus menuju garis finis.
Sisa delapan puluh meter...
Caesar benar-benar muda dan kuat, kemampuan fisiknya sangat bagus, ternyata bisa seimbang dengan diriku, terlihat jelas dia tidak ingin kalah lagi.
Aku merespon dengan tenang, objek aku tetap sama yakni pada pertengahan babak akhir, saat pertengahan babak awal aku hanya mengerahkan 70% dari kekuatanku.
Sisa tujuh puluh meter...
Caesar menggertakkan gigi, saat lari, rambutnya yang teringat menjadi tergerai dan berhamburan.
Sisa enam puluh meter...
Aku sedikit meningkatkan kecepatan, selalu satu langkah di depan Caesar, membuat dia marah dan berteriak.
Pada saat sisa lima puluh meter, kemarahan Caesar tampak telah mencapai titik paling akhir, dalam sekejap mengerahkan kekuatan dan mengejar ketertinggalan, bahkan melampaui aku sedikit.
Aku dalam hati diam-diam memujinya, kemampuan fisik Caesar sangat hebat, merupakan bibit yang bagus.
Aku menarik napas dalam-dalam, mengepalkan tinju, menimbulkan bunyi kepalan krek krek krek, lalu tubuhku seperti anak panah, seketika melampaui Caesar.
Sisa empat puluh meter, Caesar tertinggal dua meter di belakangku.
Sisa tiga puluh meter, Caesar tertinggal lima meter di belakangku.
Sisa dua puluh meter, Caesar tertinggal delapan meter di belakangku.
Sisa sepuluh meter, Caesar tertinggal sembilan meter di belakangku.
Saat aku mencapai garis finis, melihat ke belakang, Caesar tertinggal sepuluh meter di belakangku !
Sampai saat Caesar berlari ke garis finis, dia menatapku dan berkata : "Masih ada lomba gulat bebas, jika kalah kamu hanya akan jadi guru olahraga, tetap tidak berhak untuk menjadi wali kelas. "
Selesai berkata, Caesar berbalik berjalan menuju tempat awal sebelumnya.
Aku hanya tersenyum, aku tahu, meski wajah Caesar tetap angkuh dan dingin, tapi dari tatapan matanya terlihat jelas bahwa dia tidak senang, sangat sangat tidak senang.
Sampai saat aku kembali ke titik awal, Caesar dan murid kelas lainnya sudah memasuki Stadium sekolah terlebih dahulu, hanya Kintani yang menungguku di tempat awal.
Saat beradumemandang dengan Kintani, aku merasa tidak enak hati dan menghindar, lalu menggaruk bagian belakang kepalaku, " Direktur Kintan, ayo kita masuk. "
"Semangat, jangan mengecewakanku. " Kata Kintani.
"Direktur kamu tenang. " Aku mengangguk dan berjalan masuk ke Stadium, aku sama sekali tidak percaya diri terhadap lomba pergulatan bebas, karena aku hanya seorang yang bertarung dengan kasar, pasti akan kalah saat menghadapi seorang yang terlatih.
Terutama, Caesar yang merupakan pegulat juara satu dalam kota Gyongbo, meski tidak tahu tingkat juara satu apa, tapi juara satu tetaplah juara satu.
Maka itu aku merasa sangat tertekan, mungkin lomba terakhir ini aku akan kalah, bahkan Caesar akan menjadikan aku sebagai tempat pelampiasan amarah, menderita pukulan keras darinya.
Stadium sekolah sangat besar, di dalamnya terdapat tempat gym, lapangan basket, lapangan bulu tangkis, lapangan tenis, lapangan bergulat, fasilitasnya sangat lengkap.
Kintani menuntunku berjalan ke depan, melewati tempat gym, peralatan di dalamnya lengkap, juga terdapat banyak pria berotot yang sedang berolahraga.
Saat berjalan masuk ke lapangan bergulat, aku melihat Caesar sudah menganti pakaiannya, kedua tangan mengenakan sarung tinju, bagian kepalanya memakai alat pelindung, terlihat tidak sabar ingin segera menghajarku.
Dan begitu aku masuk, semua siswa kelas menatapku dengan tatapan penuh kebencian, sialan, apa aku ada menyinggung kalian ? Kalian yang meminta untuk bertanding, saat menang kalian juga yang membenciku, pemikiran macam apa ini ? Sepertinya sekelompok murid ini memang sangat sulit diatur.
Kintani menatap Caesar, kembali sedikit mengerutkan alis, lalu menunjuk ke arah ruang ganti dan berkata padaku : "Kamu pergi ambil sarung tinju dan alat pelindung kepala dulu di dalam ruang ganti. "
"Oke, aku tidak punya baju, jadi tidak perlu ganti. " Aku sedikit mengangguk, selanjutnya berbalik dan berjalan ke ruang ganti, sebaliknya dalam hati berpikir 'Aku tentu saja tidak mau ganti pakaian, memakai lebih banyak bukankah lebih tidak terasa sakit saat dipukul ?'
Tetapi saat aku pergi ke ruang ganti mengenakan sarung tinju dan pelindung kepala, terdengar teriakan keras dari luar.
" Bang Caesar, nanti pukul dia sampai mati, jangan menunjukkan belas kasihan. "
"Aku curiga Pak Kastano telah meminum obat doping, jika tidak bagaimana bisa dia menang darimu ?"
"Iya pasti begitu, Caesar nanti kamu jangan menunjukkan belas kasihan, hajar hingga semua obat doping dalam perutnya juga ikut keluar, lagipula kompetisi ini dikatakan di depan Direktur Kintan, si kampungan itu sendiri juga setuju, bahkan jika terjadi sesuatu, Direktur Kintan juga pasti tidak bisa berkata apa-apa. "
"Dan pada saat paling akhir nanti, permalukan dia di depan Direktur Kintan. "
Tidak tahu mengapa, setelah mendengar perkataan ini, dalam hatiku timbul sebuah perasaan yang aneh.
Benar, aku pasti kalah, aku sama sekali tidak mengerti teknik bergulat, hanya bisa menerima pukulan, tapi kalian mengatakan aku seperti itu, bahkan ingin mempermalukan aku di depan Direktur Kintan, itu tidak boleh !
Siapa pun boleh memprovokasi aku, tapi harus menerima akibat memprovokasi aku !
Kelinci saja bisa menggigit saat tersedak, apalagi aku ? Bahkan jika aku kalah, juga harus kalah dengan gentleman, kalah dengan terhormat, kalah dengan semangat pantang nyerah.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved