Bab 1 Wanita Cantik Dalam Bahaya

by Boris Drey 11:01,May 17,2023
Di musim panas dengan matahari yang bersinar terik di langit.

Suhu yang tinggi, membuat jalanan di bumi menjadi retak.

Valtino Hu membawa tas ransel sambil berjalan ke luar desa.

Terdengar suara mengejek dari belakangnya.

“Sepertinya pria ini sudah tidak punya uang untuk beli alkohol lagi. Sekarang dia akan pergi ke pantai untuk menangkap hasil laut.”

“Di siang bolong seperti ini, ini belum waktunya air surut. Pergi menangkap hasil laut apanya! Dia pasti mencari tempat lagi untuk bersemedi!”

“Hmph, lihatlah dia, celananya sudah sangat lusuh hingga hampir memperlihatkan bokongnya. Dia juga tidak punya uang untuk membeli celana baru, dia pasti miskin sekali!”

“Benar, pria seperti ini, sampai tua pun tidak akan bisa punya istri!”

Valtino Hu mendengar semua ini, langsung menoleh dan menatap marah orang-orang itu.

Beberapa pria dan wanita paruh baya yang ada di belakang langsung menutup mulut mereka. Namun, di mata mereka masih penuh dengan tatapan merendahkan.

Valtino Hu sangat miskin, selain tiga rumah dan satu pekarangan yang ditinggalkan oleh nenek moyangnya, dia tidak memiliki apa pun.

Namun, Valtino Hu tidak merasa tertekan, karena ketika dia menjadi tentara di Kota T, dia mendapatkan sebuah buku yang bernama “Jurus Keabadian”.

Setelah pensiun selama tiga tahun, dia tidak melakukan apa pun. Dia hanya menangkap hasil laut beberapa kali dalam kurun waktu tidak lama. Dia menjual hasil tangkapan lautnya untuk bertahan hidup, sisa waktunya dia gunakan untuk berkultivasi “Jurus Keabadian” ini.

Buku ini diberikan oleh seorang pertapa tua bernama Pertapa Chandra, seorang pertapa terkemuka. Dia mengatakan bahwa Valtino Hu berbeda dari yang lain, dirinya bukanlah orang biasa, sehingga menyerahkan buku ajaib yang selama ini disimpannya untuknya.

Setelah Pertapa Chandra memberikannya buku itu, dia langsung menghilang.

Pertapa Chandra selalu mencari orang yang cocok untuk Jurus Keabadian, lalu mewariskan buku itu pada Valtino Hu, kemudian dirinya langsung menghilang dan pergi mengasingkan diri.

Berdasarkan apa yang dikatakan Pertapa Chandra, Jurus Keabadian melatih darah dan meridian tubuh terlebih dahulu. Setelah seluruh meridian terbuka, energi yang ada di dalam tubuh bisa dikendalikan dan meningkat perlahan-lahan, itu membuat masa depan yang tak terbatas.

Setelah melewati tahap pertama, Jurus Medis Ilahi, Jurus Fisiognomi dan Jurus Seni Bela Diri yang ada dalam Jurus Keabadian dapat digunakan secara bebas.

Asalkan banyak berlatih, peningkatan secara perlahan-lahan, pada akhirnya bisa mencapai suatu alam yang bahkan tidak bisa diprediksi oleh Pertapa Chandra.

Karena Jurus Keabadian ini hanya diperuntukkan kepada orang yang telah ditakdirkan. Sepintar apa pun orang, kalau tidak ditakdirkan akan sulit untuk mencapai puncak.

Valtino Hu malas bertemu dengan orang-orang biasa dari desa ini. Dirinya membawa tas ransel keluar dari desa, hingga tiba di hutan dekat Danau Xiaojing.

Udara di sini sangat segar, dikelilingi oleh pegunungan dan sungai, juga memiliki Energi Langit dan Bumi, sangat cocok untuk latihan.

Mengeluarkan buku berkulit kambing dari dalam ransel, melihatnya sejenak, kemudian duduk bersila, memejamkan matanya untuk bersemedi, dan terus meningkat secara bertahap.

Aura di tubuhnya terlihat seperti dua ekor naga yang beterbangan bolak-balik.

Sudah tiga tahun, Valtino Hu tidak pernah bermalas-malasan satu hari pun, tidak perna beristirahat satu hari pun, hari ini adalah tepat tahun ketiga.

Tiba-tiba pikiran Valtino Hu menjari jernih, dua aura yang awalnya tidak bisa dijalin telah menjadi satu, ternyata dia telah berhasil melewati tahap pertama dan menggabungkan semua meridian.

Sebuah suara orang tua terdengar di udara.

“Lapisan pertama Jurus Keabadian telah berhasil dilatih. Jurus Medis Ilahi dan Jurus Fisiognomi telah aktif, bisa melakukan penyelamatan. Jurus Seni Bela Diri bisa untuk melindungi diri, masih perlu dilatih lebih giat lagi.”

Valtino Hu merasa sangat senang dan langsung bangkit berdiri. Dia melihat ke sekitar, tapi tidak ada satu orang pun.

Dia hanya merasa energi di tubuhnya penuh, sekujur tubuh penuh dengan kekuatan.

Saat ini di jalanan kecil di luar hutan, seorang wanita cantik bertubuh tinggi berjalan mendekat sambil membawa tas ransel.

Kemeja kotak-kotak yang dibuka, bagian bawahnya diikat di depan perit, menunjukkan pakaian dalamnya yang bewarna kuning.

Mengenakan celana denim pendek robek-robek, membungkus bokongnya yang sintal dan indah. Kedua kaki panjangnya tidak mengenakan stocking, membuat kakinya terlihat putih dan berisi di bawah pantulan sinar matahari.

Dia adalah aparat desa yang belum lama datang ke Desa H, namanya adalah Lina Ding.

Desa H adalah desa yang miskin, terletak di bawah gunung besar, dikelilingi pegunungan dan menghadap ke laut selatan.

Hanya ada satu jalan gunung untuk masuk ke sini, jalanan gunung itu terjal dan rusak, lalu lintasnya sangat sulit.

Penduduk desa yang rajin biasanya menangkap hasil laut untuk nafkah mereka, sedangkan penuduk desa yang malas mengandalkan beberapa hektar tanah basa, dan sepanjang tahun tidak menghasilkan banyak tanaman, jadi ini adalah desa miskin yang terkenal di seluruh kabupaten.

Lina Ding datang ke sini menjadi aparat desa, tahu jika pekerjaannya pasti akan sulit, tapi dia memiliki ketekunan dan menyukai tantangan, jadi dia ingin membangkitkan tempat miskin ini.

Saat ini, dia baru saja kembali dari kabupaten, dia berjalan di bawah matahari hingga seluruh tubuhnya kepanasan. Tangannya terulur merobek bagian bawah kemeja, lalu mengusap butiran keringat yang ada di wajah putihnya.

Di depan adalah Danau Xiaojing, air danau itu sangat jernih dan mengeluarkan uap air.

Saat Lina Ding belajar di kota, dia pernah menjadi juara dalam klub renang di sekolahnya, jadi hatinya tergelitik ketika melihat air.

Terutama danau alami seperti ini, berenang di sini pasti akan terasa seperti menyatu dengan alam!

Melihat ke sekitar, saat ini adalah siang bolong, tidak ada satu orang pun di jalanan kecil ini.

Mungkin di jam seperti ini penduduk desa sedang berkumpul di desa bermain kartu atau sedang tidur siang di rumah mereka.

Tidak akan ada yang keluar di siang bolong seperti ini.

Akhirnya Lina Ding menggantung ranselnya di salah satu pohon kecil.

Melepaskan kemeja dan celana denim pendeknya, lalu ditindih di bawah batu.

Di tubuhnya hanya tersisa pakaian dalam, lalu dia langsung melompat masuk ke dalam Danau Xiaojing.

Dirinya berenang di danau seperti seekor putri duyung, seketika rasanya sekujur tubuhnya luar biasa segar.

Dia berenang ke bawah dengan cepat, tiba-tiba bagian dadanya terasa mengendur.

Dia mengelurkan tangan untuk menyentuh. Gawat, pakaian dalam atasnya lepas.

Ini adalah model keluaran terbaru pertama, dia menghabiskan seratus Yuan lebih untuk ini, dirinya segera berenang ke dalam air untuk mencarinya.

Tiba-tiba, di air danau yang jernih muncul sebuah bayangan hitam.

Astaga, itu adalah seekor ular piton besar.

Melihat tubuh ular piton besar ini akan melilit kakinya, Lina Ding tidak lagi peduli dengan pakaian dalamnya dan segera naik ke tepi danau.

Dia naik ke tepi danau dengan tidak memakai sandal atau sepatu apapun, baru saja berjalan beberapa langkah, bagian bawah kakinya terasa sakit, kakinya tertancap sebuah duri rumput, rasa sakit itu membuatnya terjatuh ke atas tanah.

Rasanya tubuhnya mendingin, dirinya telah dililit oleh ular piton tadi.

Mulai dari betisnya hingga bagian pinggangnya telah dililit.

Meskipun Lina Ding terus memukul sisik ular piton yang keras itu, tapi tidak melukai ular itu sama sekali.

Lina Ding tidak bisa berdiri, juga tidak bisa kabur. Tahu jika selanjutnya ular piton ini akan mencekik dan meremukkan tubuhnya, lalu akhirnya akan menyantap tubuhnya.

Dirinya segera menoleh, lalu berteriak dengan putus asa, “Tolong, tolong!”

Saat ini, baik jalanan besar maupun jalanan kecil, tidak ada satu orang pun.

Namun, di dalam hutan ada Valtino Hu yang baru saja berhasil menerobos tahap pertama.

Saat ini, Valtino Hu yang sedang mengingat-ingat manfaat yang diberikan dari energi ini, mendengar ada teriakan wanita yang meminta tolong.

Dirinya segera memakai ranselnya dan berjalan keluar.

Melihat ada seorang wanita cantik berkulit putih sedang dililit oleh ular piton hijau di tepi danau, seketika dia merasa senang.

“Kepala Desa Ding, kalau melihat ular jangan diganggu, biasanya ular tidak akan menyerang manusia.”

Lina Ding tidak menyangka benar-benar ada orang yang datang, lalu langsung mendongak melihatnya.

Terlihat seorang pria muda berotot sedang berdiri tidak jauh darinya, mengenakan celana abstrak, rompi dan membawa tas ransel.

Bukankah pria ini adalah si pemabuk miskin, Valtino Hu?!

Lina Ding tidak peduli tubuh atasnya yang tidak memakai baju, langsung melambaikan tangannya dan memanggil, “Valtino, cepat tolong aku!”

Download APP, continue reading

Chapters

45