Bab 4 Menyelam Mengambil Tiram
by Boris Drey
11:01,May 17,2023
Lina Ding berjalan masuk ke dalam rumah sambil melenggak-lenggokkan bokongnya, Valtino Hu kembali berujar, “Buatlah makanan yang enak, gadis dada besar.”
“Kamu panggil aku apa?” Lina Ding menoleh menatap Valtino Hu, ini adalah pertama kalinya ada orang yang berani memanggilnya seperti itu di depannya.
“Jujur saja, apa itu tidak enak didengar?”
“Pergi sana, jangan membuat keributan denganku. Bicaralah kalau ada perlu, jika tidak jangan menggodaku!”
Lina Ding terlihat malu, jika orang lain yang menggodanya seperti ini, mungkin dia akan murka. Namun, orang di hadapannya ini adalah pemuda ramah senyum, hingga membuatnya tidak bisa marah.
Valtino Hu telah selesai menyiram tanaman, lalu meletakkan ember dan masuk ke dalam rumah, kemudian tercium arima masakan yang gosong.
Terlihat wajah dan hidung Lina Ding telah menghitam, matanya perih hingga berkaca-kaca, berjongkok di depan kompor panci besar utnuk membuat api, telur yang ada di dalam panci bahkan sudah mengeluarkan asap.
Valtino Hu segera menggunakan spatula untuk mengangkat telur itu.
“Kamu bisa masak atau tidak? Apa masakanmu ini untuk dimakan manusia?”
Lina Ding bangkit berdiri, lalu mengusap air matanya dengan punggung tangannya.
Kemudian berucap sambil terbatuk, “Siapa yang tidak bisa masak, aku ini tidak pernah menggunakan panci besar seperti di rumahmu ini. Sudah zaman apa sekarang, tapi rumahmu tidak punya kompor gas atau kompor listrik!”
Melihat Lina Ding mengisi kayu bakar dengan tangannya, lalu menggunakan tangannya untuk menyeka keringat, membuat wajahnya penuh dengan abu.
Seketika Valtino Hu tertawa terbahak-bahak. “Sudahlah, kelak biar aku saja yang masak, kamu cukup bantu aku mengisi kayu bakar saja!”
Meskipun Lina Ding tidak terima, tapi dia memang tidak bisa membuat api sambil masak.
Valtino Hu membersihkan panci, lalu kembali menuangkan minyak.
Telur yang ada di dalam mangkok diaduk dengan sumpit, lalu dituangkan ke panci setelah minyaknya panas.
Tidak lama kemudian sebuah telur berwarna kuning keemasan telah disajikan dan berbentuk bulat sempurna.
Lina Ding sangat kagum padanya. “Valtino, apa kamu pernah belajar memasak?”
Valtino Hu menghela napas panjang. “Anak-anak miskin sudah terbiasa mengurus rumah!”
Saat sedang makan, Valtino Hu bertanya pada Lina Ding berapa gaji menjadi kepala desa.
Lina Ding mengulurkan dua jari putihnya, Valtino Hu mengulurkan tangan untuk menyentuhnya, lalu berkata, “Astaga, jari yang lembut ini bahkan hampir melepuh.”
“Ish, siapa yang menyuruhmu melihat tanganku. Maksudku setiap bulan itu dua ribu Yuan, jika pekerjaanmu bagus akan ada bonus.”
“Oh, kalau begitu cukup untuk kita berdua makan selama beberapa hari.”
Valtino Hu berkata sambil menyeruput makanannya.
Lina Ding yang mendengarnya, lansgung mendelikkan sepasang mata almondnya. “Apa? Kamu menyuruhku menafkahimu?”
Valtino Hu berucap, “Untuk sementara saja, beberapa tahun ini aku menunda mencari uang, tapi sekarang sudah lebih baik, aku sudah punya waktu. Tidak lama lagi gajiku akan lebih tinggi dari gajimu, nanti aku yang akan menafkahimu!”
Ketika berbicara terdengar tidak serius, tapi terdengar penuh makna.
Lina Ding yang mendengar kalimat ‘aku akan menafkahimu’, merasa sedikit tersentuh.
Mungkin ini adalah kalimat yang paling diharapkan oleh gadis seusianya, yaitu ‘aku menafkahimu’, dibandingkan ‘aku mencintaimu’, akan lebih realistis.
Jika tidak, kalimat ‘aku akan menafkahimu’ dalam film Steven Zhou, bagaimana mungkin menjadi kalimat klasik yang membuat banyak orang tersentuh!
Lina Ding hanya tertegun, kemudian menggeleng dan tersenyum sambil berkata, “Tidak masalah kalau itu bukan hanya omongan belaka, kamu harus melakukan tindakan nyatanya!”
“Baik, aku akan menepati perkataanku!”
Valtino Hu mengambil sebuah keranjang ikan, lalu berbalik berjalan ke arah luar. “Aku akan pergi menangkap hasil laut dulu!”
Lina Ding langsung menggelengkan kepalanya. “Saat ini air pasang baru saja naik, kamu mau menangkap hasil laut di mana. Semua orang mengatakan Valtino adalah pemabuk, tidak berguna, ternyata yang mereka katakan itu memang benar!”
Valtino Hu keluar dari desa berjalan ke sisi selatan, tidak jauh kemudian terdengar suara deruan ombak dan merasakan angin laut yang menerpa wajah.
Beberapa tahun ini selalu fokus berkultivasi “Jurus Keabadian”, tidak ada waktu untuk mengembangkan rencana mencari uang, ini bukan berarti dirinya tidak pernah berpikir bagaimana caranya menghasilkan uang.
Desa H dikelilingi oleh pegunungan dan laut, bisa dikatakan kaya akan sumber daya.
Hanya saja karena jalanannya rusak, ditutupi oleh gunung besar, lalu lintas yang tidak memadai, jadi desa ini menjadi miskin dan terbelakang.
Namun, karena itu juga air laut dan hutan di pegunungan tidak tercemar sama sekali dan ada banyak sumber daya yang tidak dieksploitasi manusia.
Melihat lautan lepas yang tak berujung, seperti menyatu dengan langit, membuat pikiran dan hatinya terasa terbuka.
Sering kali orang mengatakan, “Menyesuaikan diri di mana tempatmu tinggal!”
Belum ada manusia yang mengeksploitasi sumber daya desa ini, kalau begitu biarkan dirinya menjadi orang pertama yang melakukannya!
Dirinya menatap lautan dan langit yang biru, hatinya memiliki banyak pemikiran yang sedang menyusun sebuah rencana besar.
Valtino Hu melepaskan sepatunya, lalu menginjak pasir yang lembut.
Merasakan kelembutan pasir sambil berjalan ke arah batu karang di tepi laut.
Orang-orang di sini lebih memilih berdiam di rumah menjaga tanah bergaram alkali untuk bertani dari pada pergi menangkap hasil laut, karena menurut mereka jalanan sulit untuk dilalui, ditambah lagi mereka juga tidak mau pergi jauh untuk menjual hasil lautan.
Ada satu lagi, mereka juga memilih pantai datar untuk menggali beberapa kerang laut dan memungut cangkang kerang, juga udang kecil.
Sedangkan dirinya berbeda, dirinya secara khusus memanjat tebing, melintasi puncak yang bahaya. Di sini ada Lembah Shanwanzi yang dikelilingi oleh pegunungan dan hanya ada satu sisi yang menghadap ke laut.
Di sini bisa ditemukan tiram besar, kerang laut kecil dan teripang besar.
Kekayaan yang berani mengambil resiko, kawasan yang semakin sulit dilalui, maka akan semakin mendapatkan barang bagus.
Pantai ini panjangnya beberapa kilometer, tidak ada orang yang datang, bisa dikatakan kawasan ini masih asli.
Dulu dirinya tidak punya waktu, jadi dirinya juga tidak berani mengambil banyak barang-barang di sini untuk dibawa pergi, cukup untuk dirinya makan dan minum saja.
Hari ini berbeda, dirinya telah menerobos tahap pertama, waktu berlatih setiap hari juga berkurang menjadi semalaman sudah cukup.
Kalau begitu sebagian besar waktunya akan dia gunakan untuk mencari uang!
Membelah satu batu karang, kepiting seukuran piring merangkak keluar dari dalam.
Di genangan air juga ada penyu kecil, ubur-ubur dan ikan laut.
Di bawah batu ini, terdapat sebuah tiram yang sangat gemuk.
Jika mengambil semua barang yang ada di pantai ini, maka harus dijual dengan harga berapa?!
Jika memiliki perahu, dia juga bisa pergi ke tengah laut untuk menangkap ikan.
Saat ini belum waktunya air surut, lebih baik dia melepaskan bajunya, lalu melompat masuk ke dalam air.
Dia menyelam ke dalam air, lalu menyentuh pasir yang ada di dalam.
Saat ini, matahari yang ada di atas kepala menyinari hingga ke dalam air laut, jadi dasar air bisa terlihat dengan jelas.
Dia mengambil beberapa tiram dari dalam pasir.
Biasanya tiram hidup di laut yang dangkal, karena keterbatasan kondisi pertumbuhan yang sesuai, jumlah tiram lebih sedikit dibandingkan yang lainnya, oleh karena itu harganya di pasaran sedikit lebih mahal dibandingkan scallop.
Bentuk tanah di sini membuat keuntungan, area laut yang tergolong asli, mungkin belum pernah ada manusia yang datang.
Jika bukan karena Valtino Hu pernah menjadi tentara khusus, dirinya gesit dan pandai memanjat tebing, mungkin dirinya juga tidak akan bisa tiba di sini.
Dia memasukkan beberapa kepiting, teripang dan tiram besar ini ke dalam keranjang ikan, kemudian kembali menyelam ke dalam air.
Saat sebelum air surut, lebih mudah untuk menemukan tiram dibandingkan menangkap hasil laut.
Namun, dirinya juga tidak tahan berendam terlalu lama di laut, tangan dan kakinya mulai terasa kebas, seperti ada lapisan garam yang menempel.
Hingga sore hari ketika air surut, Valtono Hu telah mengisi penuh keranjang ikannya.
Pada dasarnya semuanya adalah barang berkualitas tinggi, setelah air surut, dia tidak lagi memedulikan scallop dan keong kecil.
Valtino Hu membawa keranjang ikan sambil kembali memanjat tebing.
Dulu setiap kali memanjat tebing, dirinya hanya sanggup membawa hasil laut seberat 10 hingga 15 kg, tapi kali ini diirnya bahkan sanggup membawa seberat 25 hingga 30 kg sekaligus. Sepertinya menerobos tahap pertama, membuat kekuatannya menjadi berlipat ganda!
Setelah kembali ke desa, langit sudah gelap.
Saat sudah dekat dengan pintu rumah, berpikir ada seorang wanita yang menunggunya di dalam rumah, membuat hatinya merasa jauh lebih senang dari biasanya.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved