Bab 2 Bertemu Lagi Di Bandara
by Cinta Laura
16:18,Jul 16,2021
Empat tahun kemudian.
Bandara kota Wiguna.
Velina mengenakan pakaian formal lengkap, kacamata dan masker juga menutupi wajah kecilnya dengan rapat.
Lima tahun sudah berlalu, entah pria yang ini ‘mengembalikan beratus kali lipat’ itu tetap terus mencarinya atau tidak.
Dia mendorong kopernya dengan perasaan tidak tenang, membuat langkahnya tanpa sadar menjadi semakin cepat.
Tiba-tiba, terdengar suara manja yang lantang terdengar dibelakangnya: “mami aku lapar! Aku ingin makan coklat, ingin makan kue bolu, ingin makan toast susu, makan….”
“Ssstt…” Velina menoleh dan segera memberi isyarat diam.
Mimi adalah bocah rakus, dan lebih tepatnya bocah rakus yang memiliki suara kencang, begitu melihat makanan manis juga cemilan matanya akan langsung berbinar.
Kenken adalah kakak laki-laki, melihat adiknya yang memasang wajah rakus, langsung mengulurkan tangannya yang gemuk untuk menutup mulut Mimi.
“Tidak, kamu tidak bisa.”
Mimi membelalakkan matanya dengan besar melihat kearah Ryuken, matanya berkaca-kaca dan memasang wajah memelas.
Aku sungguh lapar, apakah kamu tidak tahu kalau perutku sudah mengamuk sejak tadi?
“ Mimi yang pintar ya, nanti mami akan mengajakmu makan ke toko dessert, ok?”
Mata Mimi langsung berbinar dan mengangguk bagaikan anak ayam yang sedang smamik mematuki beras.
Momo yang berada disamping melihat kearah Mimi sambil menggeleng juga menghela nafas bagaikan orang dewasa kecil.
“Kalau anak perempuan begitu rakus, nanti begitu besar pasti akan seperti babi! Kita harus menjaga bentuk tubuh!”
Mimi menggeleng, lalu melirik dengan tidak senang: “Memangnya kamu tidak makan?”
“Aku itu hanya mencicipi, hanya mencicipi satu suap!”
“Satu suap juga makan!”
“Satu suap tidak masuk hitungan!”
“Termasuk!”
“Tidak! Kenken katakan apakah itu termasuk?”
Momo kesal dan segera mencari Kenken untuk menjadi juri.
Kenken memegang kepala kecilnya dengan bingung.
Velmo, Velmi, semua adalah adiknya, siapa yang harus dia bantu?
“aku merasa… apa yang kalian katakan benar!”
Momo dan Mimi memutar bola mata dengan tidak senang, lalu mendengus dingin dan pergi dengan kesal.
Heee…
Jelas-jelas tidak ingin menyinggung keduanya, tapi akhirnya……
“Sudah, ayo.”
Velina mengusap kepala Kenken, Kenken mengangguk dan ikut dibelakangnya.
Mimi paling kecil, dia menahan amarah dan berjalan dengan kesal dan kepala menunduk, begitu tidak sengaja langsung menabrak kaki seorang wanita, karena tidak bisa menjaga keseimbangan, langsung terduduk di lantai.
“Ada apa ini, tidak punya mata!”
Mimi mengangkat kepalanya menatap wanita yang membentaknya.
Wah, tante ini galak sekali.
“Adik, ayo bangun.”
Melihat adiknya jatuh tertabrak, Momo segera maju dan membantu Mimi berdiri, lalu memperhatikan wanita dihadapannya.
Meskipun dia cantik, namun tetap tidak secantik mami.
Bicaranya tidak sopan juga galak, dia tidak suka, dan pemikiran ini terlukis jelas sekali di wajah kecilnya.
“Anak ini kenapa melihatku seperti itu, sikap apa ini? Miinta maaf!”
“Tante maaf!”
Setelah Mimi mengatakannya dengan suara yang imut, kedua matanya yang bulat dan jernih terlihat begitu tulus.
Momo memutar bola matanya melihat sikap adiknya, kenapa tidak berguna sekali!
“Kamu juga! Kamu juga minta maaf!” wanita itu membentak Momo dengan sombong dan angkuh.
Momo menatapnya dengan angkuh, dan hanya berdiri disana tanpa mengatakan apapun.
“Ada masalah apa?”
“Kenapa?”
Pertanyaan yang dilontarkan bersamaan, suara seorang pria dan wanita terdengar bersamaan.
Pertanyaan yang satu dilayangkan oleh Velina, dan pertanyaan yang lain……
Terdengar sangat tidak asing, begitu Velina mengangkat wajahnya, jantungnya bagaikan teremas, lalu segera kembali menunduk.
Itu adalah pria 4 tahun lalu! Evan Sumitro !
Dunia benar-benar sempit! Hari pertama kembali sudah langsung bertemu dengannya!
“Evan, anak ini sangat tidak sopan, menabrakku malah tidak mau minta maaf, kamu lihat sikapnya yang angkuh, sungguh…”
Evan menundukkan kepalanya melihat Momo, wajah kecilnya yang putih dan lembut, terlihat jelas keangkuhan dalam matanya.
Velina yang berada disamping hanya menundukkan kepala, melihat mata Evan yang memandang wajah Momo, dalam hatinya berdoa, jangan sampai dia sadar, Momo Mimi begitu mirip dengannya!
Kalau sampai dia menyadarinya, maka……
Tuhan tolong, Tuhan tolonglah!
Jantungnya hampir melompat dari tenggorokannya.
Kenken yang berada disampinig melihat ada yang aneh dengan maminya, matanya menatap wajah Evan dengan cermat.
Aneh sekali.
Wajah paman ini, mirip dengannya!
Dulu sama sekali tidak pernah bertemu dengan hal seperti ini.
Kenken penasaran, baru berniat untuk maju dan membandingkan, apakah sama, Velina langsung menariknya! Mengambil masker anak dan menutup wajah kecilnya.
sayang~ kamu jangan sampai menambah masalah!
Kalau Evan melihat wajahmu ini… maka habis sudah! Kamu pasti akan kehilangan mami tercintamu ini!
Kenken tidak mengerti kenapa Velina melakukan ini, namun dia tidak maju lagi, melainkan membiarkan Velina merangkulnya.
“Anakmu?”
Suara Evan yang berat dan serak membuat Velina begitu ketakutan.
Dia mengangguk dengan kuat, tidak berani bicara lagi.
Dia takut Evan mengenali suaranya.
“Heh, anak sekecil ini diajari dengan baik, kalau tidak kelak setelah besar akan menjadi orang yang tidak berakhlak!”
Dalam hati Velina mengumpat: Kamu yang tidak berakhlak! Aku mengajarinya dengan sangat baik!
“Atas dasar apa kamu mengatakan aku tidak berakhlak, barusan dia yang terlebih dahulu memarahi adikku tidak punya mata dengan galak! Kalau bukan karena sikapnya yang mengganggu anak kecil itu, aku pasti sudah meminta maaf padanya.”
Momo mengangkat wajah kecilnya dan menatap Evan tanpa rasa takut.
“Kau, lidah anak ini sungguh tajam!” wanita ini melihat Momo dengan wajah terkejut.
Evan tersenyum, masih sekecil ini saja sudah segalak ini, gayanya yangbegitu arogan, sungguh mirip dengan seseorang!
Mirip……
Berpikir demikian, dia kembali menatap wajah Momo yang putih dengan seksama sekali lagi.
Kemudian melihat lagi kearah Mimi.
Dan terakhir melihat Velina yang mengenakan pakaian formal lengkap.
Kedua anak gadis ini terlihat begitu mirip dengan maminya, mungkinkah maminya juga…
Velina mengangkat kepala, dan matanya bertatapan dengan tatapan Evan yang tajam, membuatnya tanpa sadar mencengkram baju Kenken dengan erat.
Bandara kota Wiguna.
Velina mengenakan pakaian formal lengkap, kacamata dan masker juga menutupi wajah kecilnya dengan rapat.
Lima tahun sudah berlalu, entah pria yang ini ‘mengembalikan beratus kali lipat’ itu tetap terus mencarinya atau tidak.
Dia mendorong kopernya dengan perasaan tidak tenang, membuat langkahnya tanpa sadar menjadi semakin cepat.
Tiba-tiba, terdengar suara manja yang lantang terdengar dibelakangnya: “mami aku lapar! Aku ingin makan coklat, ingin makan kue bolu, ingin makan toast susu, makan….”
“Ssstt…” Velina menoleh dan segera memberi isyarat diam.
Mimi adalah bocah rakus, dan lebih tepatnya bocah rakus yang memiliki suara kencang, begitu melihat makanan manis juga cemilan matanya akan langsung berbinar.
Kenken adalah kakak laki-laki, melihat adiknya yang memasang wajah rakus, langsung mengulurkan tangannya yang gemuk untuk menutup mulut Mimi.
“Tidak, kamu tidak bisa.”
Mimi membelalakkan matanya dengan besar melihat kearah Ryuken, matanya berkaca-kaca dan memasang wajah memelas.
Aku sungguh lapar, apakah kamu tidak tahu kalau perutku sudah mengamuk sejak tadi?
“ Mimi yang pintar ya, nanti mami akan mengajakmu makan ke toko dessert, ok?”
Mata Mimi langsung berbinar dan mengangguk bagaikan anak ayam yang sedang smamik mematuki beras.
Momo yang berada disamping melihat kearah Mimi sambil menggeleng juga menghela nafas bagaikan orang dewasa kecil.
“Kalau anak perempuan begitu rakus, nanti begitu besar pasti akan seperti babi! Kita harus menjaga bentuk tubuh!”
Mimi menggeleng, lalu melirik dengan tidak senang: “Memangnya kamu tidak makan?”
“Aku itu hanya mencicipi, hanya mencicipi satu suap!”
“Satu suap juga makan!”
“Satu suap tidak masuk hitungan!”
“Termasuk!”
“Tidak! Kenken katakan apakah itu termasuk?”
Momo kesal dan segera mencari Kenken untuk menjadi juri.
Kenken memegang kepala kecilnya dengan bingung.
Velmo, Velmi, semua adalah adiknya, siapa yang harus dia bantu?
“aku merasa… apa yang kalian katakan benar!”
Momo dan Mimi memutar bola mata dengan tidak senang, lalu mendengus dingin dan pergi dengan kesal.
Heee…
Jelas-jelas tidak ingin menyinggung keduanya, tapi akhirnya……
“Sudah, ayo.”
Velina mengusap kepala Kenken, Kenken mengangguk dan ikut dibelakangnya.
Mimi paling kecil, dia menahan amarah dan berjalan dengan kesal dan kepala menunduk, begitu tidak sengaja langsung menabrak kaki seorang wanita, karena tidak bisa menjaga keseimbangan, langsung terduduk di lantai.
“Ada apa ini, tidak punya mata!”
Mimi mengangkat kepalanya menatap wanita yang membentaknya.
Wah, tante ini galak sekali.
“Adik, ayo bangun.”
Melihat adiknya jatuh tertabrak, Momo segera maju dan membantu Mimi berdiri, lalu memperhatikan wanita dihadapannya.
Meskipun dia cantik, namun tetap tidak secantik mami.
Bicaranya tidak sopan juga galak, dia tidak suka, dan pemikiran ini terlukis jelas sekali di wajah kecilnya.
“Anak ini kenapa melihatku seperti itu, sikap apa ini? Miinta maaf!”
“Tante maaf!”
Setelah Mimi mengatakannya dengan suara yang imut, kedua matanya yang bulat dan jernih terlihat begitu tulus.
Momo memutar bola matanya melihat sikap adiknya, kenapa tidak berguna sekali!
“Kamu juga! Kamu juga minta maaf!” wanita itu membentak Momo dengan sombong dan angkuh.
Momo menatapnya dengan angkuh, dan hanya berdiri disana tanpa mengatakan apapun.
“Ada masalah apa?”
“Kenapa?”
Pertanyaan yang dilontarkan bersamaan, suara seorang pria dan wanita terdengar bersamaan.
Pertanyaan yang satu dilayangkan oleh Velina, dan pertanyaan yang lain……
Terdengar sangat tidak asing, begitu Velina mengangkat wajahnya, jantungnya bagaikan teremas, lalu segera kembali menunduk.
Itu adalah pria 4 tahun lalu! Evan Sumitro !
Dunia benar-benar sempit! Hari pertama kembali sudah langsung bertemu dengannya!
“Evan, anak ini sangat tidak sopan, menabrakku malah tidak mau minta maaf, kamu lihat sikapnya yang angkuh, sungguh…”
Evan menundukkan kepalanya melihat Momo, wajah kecilnya yang putih dan lembut, terlihat jelas keangkuhan dalam matanya.
Velina yang berada disamping hanya menundukkan kepala, melihat mata Evan yang memandang wajah Momo, dalam hatinya berdoa, jangan sampai dia sadar, Momo Mimi begitu mirip dengannya!
Kalau sampai dia menyadarinya, maka……
Tuhan tolong, Tuhan tolonglah!
Jantungnya hampir melompat dari tenggorokannya.
Kenken yang berada disampinig melihat ada yang aneh dengan maminya, matanya menatap wajah Evan dengan cermat.
Aneh sekali.
Wajah paman ini, mirip dengannya!
Dulu sama sekali tidak pernah bertemu dengan hal seperti ini.
Kenken penasaran, baru berniat untuk maju dan membandingkan, apakah sama, Velina langsung menariknya! Mengambil masker anak dan menutup wajah kecilnya.
sayang~ kamu jangan sampai menambah masalah!
Kalau Evan melihat wajahmu ini… maka habis sudah! Kamu pasti akan kehilangan mami tercintamu ini!
Kenken tidak mengerti kenapa Velina melakukan ini, namun dia tidak maju lagi, melainkan membiarkan Velina merangkulnya.
“Anakmu?”
Suara Evan yang berat dan serak membuat Velina begitu ketakutan.
Dia mengangguk dengan kuat, tidak berani bicara lagi.
Dia takut Evan mengenali suaranya.
“Heh, anak sekecil ini diajari dengan baik, kalau tidak kelak setelah besar akan menjadi orang yang tidak berakhlak!”
Dalam hati Velina mengumpat: Kamu yang tidak berakhlak! Aku mengajarinya dengan sangat baik!
“Atas dasar apa kamu mengatakan aku tidak berakhlak, barusan dia yang terlebih dahulu memarahi adikku tidak punya mata dengan galak! Kalau bukan karena sikapnya yang mengganggu anak kecil itu, aku pasti sudah meminta maaf padanya.”
Momo mengangkat wajah kecilnya dan menatap Evan tanpa rasa takut.
“Kau, lidah anak ini sungguh tajam!” wanita ini melihat Momo dengan wajah terkejut.
Evan tersenyum, masih sekecil ini saja sudah segalak ini, gayanya yangbegitu arogan, sungguh mirip dengan seseorang!
Mirip……
Berpikir demikian, dia kembali menatap wajah Momo yang putih dengan seksama sekali lagi.
Kemudian melihat lagi kearah Mimi.
Dan terakhir melihat Velina yang mengenakan pakaian formal lengkap.
Kedua anak gadis ini terlihat begitu mirip dengan maminya, mungkinkah maminya juga…
Velina mengangkat kepala, dan matanya bertatapan dengan tatapan Evan yang tajam, membuatnya tanpa sadar mencengkram baju Kenken dengan erat.
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved