Bab 3 Masih Ingin Kabur
by Cinta Laura
16:18,Jul 16,2021
Sorot mata Evan menjadi tajam, lalu melangkah kearah Velina, setiap kali dia berjalan satu langkah, jantungnya langsung tersentak satu kali.
Oh Tuhan, bagaimana ini?
Bagaimana kalau sampai berandal ini melihat wajahnya?
Jantungnya sudah hampir meloncat keluar dari tenggorokannya.
Evan berdiri dengan tegak dihadapannya, matanya yang tajam menatap lurus kearahnya.
Gawat, gawat.
Matilah!
“Kau……”
Evan baru ingin bicara Kenken langsung memotongnya.
“Aku mau pipis, sudah tidak tahan, aku mau pipis.”
Kenken menarik lengan Velina dan merengek, meskipun tidak tahu kenapa, tetapi Kenken tahu kalau mami cemas dan ketakutan.
Karena mami takut pada paman ini, maka harus membantu mami segera pergi darinya.
Velina tidak menyangka kalau Kenken akan melakukan ini, dia tercengang sesaat, lalu sengaja menekan lehernya: “Mami bawa kamu ke toilet.” Setelah mengatakannya, dia menarik Kenken seperti kabur dan pergi begitu saja.
Situasi apa ini?
Momo dan Mimi saling bertatapan lalu segera mengejar.
Evan bersiap mengejar, namun Nissa Sabyan yang ada dibelakangnya tiba-tiba memanggilnya.
“Evan, sudahlah, anaknya tidak berakhlak, sebagai maminya juga pasti tidak berbeda jauh, tidak perlu mengejarnya sampai seperti itu.”
Evan menoleh melirik Nissa, teringat ucapan yang dikatakan Momo.
Seketika dia tersenyum dengan dingin yang melengkung di bibir tipisnya, terlihat begitu sinis.
“Aku malah merasa apa yang dikatakan anak itu cukup masuk akal, yang kurang ajar mungkin saja bukan anak itu.”
Setelah mengatakan ini, dia memberikan ekspresi penuh arti kearah Nissa, lalu melangkah pergi.
“Evan, maksudmu? Jangan bilang kamu percaya pada anak kecil dan tidak percaya padaku? Kita tumbuh besar bersama, berdasarkan hubungan, seharusnya kita lebih akrab!”
Akrab.
Huh, wanita ini selalu seenaknya.
Keluarga Sabyan dan Keluarga Sumitro meskipun berelasi, namun dia sama sekali tidak memiliki kesan yang baik pada Nona besar keluarga Sabyan ini, kalau bukan karena keluarga Sabyan memiliki kabar seseorang yang dibutuhkan, maka dia tidak akan datang menjemput kebandara.
Evan sama sekali tidak ingin mempedulikan Nissa yang bicara dibelakangnya, dia langsung membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.
Nissa ikut masuk ke dalam, lalu bergumam dengan tidak senang: “Evan, wanita menutup dirinya dengan begitu rapat, pasti dia punya sebuah rahasia yang tidak bisa diketahui orang lain, Bisa saja dia buronan.”
“Jalan!”
Setelah mengatakannya, Evan memejamkan mata, langsung mengabaikan Nissa dan menganggapnya sebagai angin lalu.
“……”
Melihatnya tidak suka dengar, Nissa langsung menutup mulutnya, lalu mengganti topik, menanyakan pertanyaan yang lebih perhatian terhadap Evan.
“Penyakit Alvi …”
Setelah terdiam sesaat, Evan baru menjawab, lalu menjawab dengan datar: “Asalkan bisa menemukan dokter jenius Bermoth, dia pasti akan pulih.”
membicarakan dokter jenius Bermoth ini, tidak ada yang tidak mengenalnya di dunia ini.
Beberapa tahun lalu dia menyelamatkan nyawa Ratu Inggris hanya dengan beberapa jarum saja, sejak saat itu namanya langsung terkenal, bahkan tersebar kabar kehebatannya dalam ilmu pengobatan sudah sampai tahap yang begitu hebat.
Dalam mata Nissa tersirat rasa bangga, karena saat ini hanya ayahnya yang punya informasi tentang Dokter jenius ini, jadi baginya, ini adalah satu-satunya nilai tawar yang dia miliki untuk bernegosiasi dengan Evan
Memanfaatkan nilai tawar ini, mungkin akan bisa segera menikah politik dengan keluarga Sumitro, meminta Evan untuk menjadikannya istri.
Ini juga salah satu tujuan utama Ayus Sabyan mendesaknya untuk segera pulang.
“Evan, kamu tenang saja, ayahku pasti akan membantumu mencari dokter jenius itu.”
“Baguslah kalau begitu!” sorot mata Evan tetap begitu tajam.
Penyakit Alvi sudah tidak bisa ditunda lagi.
……
Mansion keluarga Sabyan.
Sofa kulit berbentuk setengah lingkaran, Evan duduk di kursi utama dengan jas handmade eksklusif, jari yang panjang, diletakkan di pegangan sofa sambil mengetuknya perlahan,
Jelas-jelas Ayus adalah tuan rumah keluarga Sabyan, namun saat ini duduk disamping Evan, jelas dia terlihat begitu gugup.
“Paman Sabyan, orangnya sudah kujemput, mengenai informasi Bermoth, entah kapan akan diberikan padaku?”
Ayus Sabyan adalah seorang rubah tua, sekarang dia memanfaatkan informasi dokter jenius Bermoth untuk menukar kesempatan Evan dan Nissa Sabyan untuk bersama, kalau dikatakan dengan begitu mudah, bukankah masalah Nissa yang ingin menikah masuk keluarga Sumitro akan kehilangan kesempatan?
Ayus menyeruput tehnya dengan santai, “Mengenai ini, kamu jangan terburu-buru, aku menerima informasi kalau dokter jenius ini kembali lebih awal, aku sudah menyuruh orang untuk mencari tahu jadwalnya.”
Begitu mendengar ini, sorot mata Evan yang begitu tajam langsung terpampang di wajahnya.
Tangannya dikepalkan sampai menggertak, rubah tua, sebelumnya mengatakan kalau tahu, itu untuk menipunya?
Ayus masih belum memperlihatkan reaksinya, Evan sudah bangkit berdiri, lalu berjalan keluar dengan cepat.
“ Evan, kamu mau kemana?” Nissa mengejar dengan panik.
“Mengenai dokter jenius Bermoth, aku akan mengurusnya sendiri, kelak, tidak perlu menyusahkan keluarga Sabyan kalian lagi…”
Berani mempermainkannya, sungguh bernyali besar!
……
Toko dessert Kids Sweetie.
Mimi menatap tumpukan dessert yang berada dihadapannya bagaikan seekor srigala kecil lapar.
“Mami, sudah boleh makan?”
“Boleh!” Velina bisa melihat cahaya yang berbinar di mata Mimi.
Bocah rakus ini, begitu melihat makanan dia langsung berubah seperti srigala kecil yang lapar.
Begitu mendapat ijin, Mimi langsung mengangkat cake coklat dan menggigitnya.
Cara makannya yang seperti ini membuat Momo menggeleng.
Adiknya ini sedikitpun tidak anggun.
Sementara Kenken segera menyuruh adiknya makan dengan pelan, jangan sampai tersedak.
“ Kenken kamu tidak perlu khawatir, manusia rakus tidak akan takut tersedak.”
“ Momo kalau kamu hebat jangan makan satu suap pun.”
“Aku tidak makan! Kalau kamu hebat habiskan.”
“Ini kamu yang katakan ya.” Mimi benar-benar kegirangan.
Velina hanya menghela nafas, kalau ini semua dihabiskan bukankah berat badannya akan bertambah satu kilo lagi……
“ Mimi dengarkan mami, jangan dihabiskan sekaligus, nanti mami minta kotak pada pelayan, kita bawa sebagian untuk makan dirumah ya?”
Mimi mengangguk, Velina berdiri dan langsung berjalan ke meja kasir.
“Dua potong cheese cake, seperti biasa dibungkus!”
Dari belakang terdengar suara dingin seorang pria.
Suara ini sangat mirip dengan orang itu!
Velina menoleh dengan penasaran, dan tepat bertemu dengan kedua mata Evan.
Wajah ini……
Dia……
Seketika tersentak.
Ekspresi wajah Velina langsung berubah, jantungnya langsung berdegup kencang sampai hampir terlontar keluar!
Betapa sialnya ini, awalnya dia mengira bisa menghindari musibah kali ini, siapa yang menyangka bisa bertemu dengannya disini?
Benar-benar rasa penasaran yang mematikan!
Setelah tersadar, dia segera menoleh, kemudian menerima kotak take away, lalu berjalan kesamping dengan sikap biasa saja.
Apakah Evan mengenalinya?
Jelas sekali dia melihatnya!
Bagaimana kalau sampai dikenali olehnya……
Tidak bisa, demi keamanan, tidak bisa menemui ketiga anaknya, tidak boleh membuat mereka ketahuan!
Dia berjalan ke salah satu tempat duduk kosong dan membungkus kue yang tersisa dengan cepat, lalu berjalan keluar dengan kepala menunduk, “buk”
Namun langsung menabrak tubuh seseorang tanpa persiapan, Velina mengusap kepalanya sambil mengangkat kepala, dan tiba-tiba melihat wajah yang begitu menyeramkan.
“Masih ingin kabur?”
Oh Tuhan, bagaimana ini?
Bagaimana kalau sampai berandal ini melihat wajahnya?
Jantungnya sudah hampir meloncat keluar dari tenggorokannya.
Evan berdiri dengan tegak dihadapannya, matanya yang tajam menatap lurus kearahnya.
Gawat, gawat.
Matilah!
“Kau……”
Evan baru ingin bicara Kenken langsung memotongnya.
“Aku mau pipis, sudah tidak tahan, aku mau pipis.”
Kenken menarik lengan Velina dan merengek, meskipun tidak tahu kenapa, tetapi Kenken tahu kalau mami cemas dan ketakutan.
Karena mami takut pada paman ini, maka harus membantu mami segera pergi darinya.
Velina tidak menyangka kalau Kenken akan melakukan ini, dia tercengang sesaat, lalu sengaja menekan lehernya: “Mami bawa kamu ke toilet.” Setelah mengatakannya, dia menarik Kenken seperti kabur dan pergi begitu saja.
Situasi apa ini?
Momo dan Mimi saling bertatapan lalu segera mengejar.
Evan bersiap mengejar, namun Nissa Sabyan yang ada dibelakangnya tiba-tiba memanggilnya.
“Evan, sudahlah, anaknya tidak berakhlak, sebagai maminya juga pasti tidak berbeda jauh, tidak perlu mengejarnya sampai seperti itu.”
Evan menoleh melirik Nissa, teringat ucapan yang dikatakan Momo.
Seketika dia tersenyum dengan dingin yang melengkung di bibir tipisnya, terlihat begitu sinis.
“Aku malah merasa apa yang dikatakan anak itu cukup masuk akal, yang kurang ajar mungkin saja bukan anak itu.”
Setelah mengatakan ini, dia memberikan ekspresi penuh arti kearah Nissa, lalu melangkah pergi.
“Evan, maksudmu? Jangan bilang kamu percaya pada anak kecil dan tidak percaya padaku? Kita tumbuh besar bersama, berdasarkan hubungan, seharusnya kita lebih akrab!”
Akrab.
Huh, wanita ini selalu seenaknya.
Keluarga Sabyan dan Keluarga Sumitro meskipun berelasi, namun dia sama sekali tidak memiliki kesan yang baik pada Nona besar keluarga Sabyan ini, kalau bukan karena keluarga Sabyan memiliki kabar seseorang yang dibutuhkan, maka dia tidak akan datang menjemput kebandara.
Evan sama sekali tidak ingin mempedulikan Nissa yang bicara dibelakangnya, dia langsung membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.
Nissa ikut masuk ke dalam, lalu bergumam dengan tidak senang: “Evan, wanita menutup dirinya dengan begitu rapat, pasti dia punya sebuah rahasia yang tidak bisa diketahui orang lain, Bisa saja dia buronan.”
“Jalan!”
Setelah mengatakannya, Evan memejamkan mata, langsung mengabaikan Nissa dan menganggapnya sebagai angin lalu.
“……”
Melihatnya tidak suka dengar, Nissa langsung menutup mulutnya, lalu mengganti topik, menanyakan pertanyaan yang lebih perhatian terhadap Evan.
“Penyakit Alvi …”
Setelah terdiam sesaat, Evan baru menjawab, lalu menjawab dengan datar: “Asalkan bisa menemukan dokter jenius Bermoth, dia pasti akan pulih.”
membicarakan dokter jenius Bermoth ini, tidak ada yang tidak mengenalnya di dunia ini.
Beberapa tahun lalu dia menyelamatkan nyawa Ratu Inggris hanya dengan beberapa jarum saja, sejak saat itu namanya langsung terkenal, bahkan tersebar kabar kehebatannya dalam ilmu pengobatan sudah sampai tahap yang begitu hebat.
Dalam mata Nissa tersirat rasa bangga, karena saat ini hanya ayahnya yang punya informasi tentang Dokter jenius ini, jadi baginya, ini adalah satu-satunya nilai tawar yang dia miliki untuk bernegosiasi dengan Evan
Memanfaatkan nilai tawar ini, mungkin akan bisa segera menikah politik dengan keluarga Sumitro, meminta Evan untuk menjadikannya istri.
Ini juga salah satu tujuan utama Ayus Sabyan mendesaknya untuk segera pulang.
“Evan, kamu tenang saja, ayahku pasti akan membantumu mencari dokter jenius itu.”
“Baguslah kalau begitu!” sorot mata Evan tetap begitu tajam.
Penyakit Alvi sudah tidak bisa ditunda lagi.
……
Mansion keluarga Sabyan.
Sofa kulit berbentuk setengah lingkaran, Evan duduk di kursi utama dengan jas handmade eksklusif, jari yang panjang, diletakkan di pegangan sofa sambil mengetuknya perlahan,
Jelas-jelas Ayus adalah tuan rumah keluarga Sabyan, namun saat ini duduk disamping Evan, jelas dia terlihat begitu gugup.
“Paman Sabyan, orangnya sudah kujemput, mengenai informasi Bermoth, entah kapan akan diberikan padaku?”
Ayus Sabyan adalah seorang rubah tua, sekarang dia memanfaatkan informasi dokter jenius Bermoth untuk menukar kesempatan Evan dan Nissa Sabyan untuk bersama, kalau dikatakan dengan begitu mudah, bukankah masalah Nissa yang ingin menikah masuk keluarga Sumitro akan kehilangan kesempatan?
Ayus menyeruput tehnya dengan santai, “Mengenai ini, kamu jangan terburu-buru, aku menerima informasi kalau dokter jenius ini kembali lebih awal, aku sudah menyuruh orang untuk mencari tahu jadwalnya.”
Begitu mendengar ini, sorot mata Evan yang begitu tajam langsung terpampang di wajahnya.
Tangannya dikepalkan sampai menggertak, rubah tua, sebelumnya mengatakan kalau tahu, itu untuk menipunya?
Ayus masih belum memperlihatkan reaksinya, Evan sudah bangkit berdiri, lalu berjalan keluar dengan cepat.
“ Evan, kamu mau kemana?” Nissa mengejar dengan panik.
“Mengenai dokter jenius Bermoth, aku akan mengurusnya sendiri, kelak, tidak perlu menyusahkan keluarga Sabyan kalian lagi…”
Berani mempermainkannya, sungguh bernyali besar!
……
Toko dessert Kids Sweetie.
Mimi menatap tumpukan dessert yang berada dihadapannya bagaikan seekor srigala kecil lapar.
“Mami, sudah boleh makan?”
“Boleh!” Velina bisa melihat cahaya yang berbinar di mata Mimi.
Bocah rakus ini, begitu melihat makanan dia langsung berubah seperti srigala kecil yang lapar.
Begitu mendapat ijin, Mimi langsung mengangkat cake coklat dan menggigitnya.
Cara makannya yang seperti ini membuat Momo menggeleng.
Adiknya ini sedikitpun tidak anggun.
Sementara Kenken segera menyuruh adiknya makan dengan pelan, jangan sampai tersedak.
“ Kenken kamu tidak perlu khawatir, manusia rakus tidak akan takut tersedak.”
“ Momo kalau kamu hebat jangan makan satu suap pun.”
“Aku tidak makan! Kalau kamu hebat habiskan.”
“Ini kamu yang katakan ya.” Mimi benar-benar kegirangan.
Velina hanya menghela nafas, kalau ini semua dihabiskan bukankah berat badannya akan bertambah satu kilo lagi……
“ Mimi dengarkan mami, jangan dihabiskan sekaligus, nanti mami minta kotak pada pelayan, kita bawa sebagian untuk makan dirumah ya?”
Mimi mengangguk, Velina berdiri dan langsung berjalan ke meja kasir.
“Dua potong cheese cake, seperti biasa dibungkus!”
Dari belakang terdengar suara dingin seorang pria.
Suara ini sangat mirip dengan orang itu!
Velina menoleh dengan penasaran, dan tepat bertemu dengan kedua mata Evan.
Wajah ini……
Dia……
Seketika tersentak.
Ekspresi wajah Velina langsung berubah, jantungnya langsung berdegup kencang sampai hampir terlontar keluar!
Betapa sialnya ini, awalnya dia mengira bisa menghindari musibah kali ini, siapa yang menyangka bisa bertemu dengannya disini?
Benar-benar rasa penasaran yang mematikan!
Setelah tersadar, dia segera menoleh, kemudian menerima kotak take away, lalu berjalan kesamping dengan sikap biasa saja.
Apakah Evan mengenalinya?
Jelas sekali dia melihatnya!
Bagaimana kalau sampai dikenali olehnya……
Tidak bisa, demi keamanan, tidak bisa menemui ketiga anaknya, tidak boleh membuat mereka ketahuan!
Dia berjalan ke salah satu tempat duduk kosong dan membungkus kue yang tersisa dengan cepat, lalu berjalan keluar dengan kepala menunduk, “buk”
Namun langsung menabrak tubuh seseorang tanpa persiapan, Velina mengusap kepalanya sambil mengangkat kepala, dan tiba-tiba melihat wajah yang begitu menyeramkan.
“Masih ingin kabur?”
Xi'an Perfect Planet Internet Technology Co., Ltd. (西安完美星球网络科技有限公司) © 2020 www.readmeapps.com All rights reserved